Syirkah Wujuh, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih dengan Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah

30 kerja atau bagi hasil, berbeda sesuai dengan kesepakatan mereka. 40 b. Syirkah al-Mufawadhah adalah persekutuan antara dua orang atau lebih dalam modal dan keuntungannya, dengan syarat besar modal masing-masing yang disertakan harus sama, hak melakukan tindakan hukum terhadap harta syirkah harus sama dan setiap anggota adalah penanggung dan wakil dari anggota lainnya. 2. Syirkah ‟Amalabdan persekutuan kerjafisik, yaitu perjanjian persekutuan antara dua orang atau lebih untuk menerima pekerjaan dari pihak ketiga yang akan dikerjakan bersama dengan ketentuan upah dibagi diantara para anggotanya sesuai dengan kesepakatan mereka.

3. Syirkah Wujuh, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih dengan

modal harta dari pihak luar untuk mengelola modal bersama-sama tersebut dengan membagi keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Syirkah ini berdasarkan kepercayaan yang bersifat kredibilitas. 41 40 Ibid., hal. 45. 41 Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, hal. 118-119. 31

4. Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah

Penetapan nisbah dalam akad musyarakah dapat ditentukan melalui 2 cara, yaitu 42 : A. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal Keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai modal yang disetor tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama atau tidak. Ini adalah pandangan mazhab Maliki dan S yafi’i. Menurut mereka keuntungan adalah hasil modal. Karenanya, pembagian keuntungan itu harus proposional. 43 B. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal Dengan cara ini, penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya didasarkan atas modal yang disetorkan, tetapi juga didasarkan atas tanggung jawab, pengalaman, kompetensi, atau waktu kerja yang lebih panjang. Mahzab Hanafi dan Mazhab Hanabilah menyetujui pembagian keuntungan yang tidak proposional terhadap modal bila para mitra membuat syarat-syarat tertentu dalam kontrak. Argumen ini didasarkan pada pandangan bahwa keuntungan adalah bukan hasil modal saja, melainkan hasil interaksi antara modal dan kerja. Bila 42 Ibid., hal. 141. 43 Sofiniyah Ghufron Penyunting, Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah, hal. 53. 32 salah satu mitra lebih berpengalaman, ahli dan teliti dari yang lain, dibolehkan baginya untuk mensyaratkan bagi dirinya sendiri suatu bagian tambahan dari keuntungan sebagai pengganti dari sumbangan kerja yang lebih banyak. 44 Ibnu Qudamah mengatakan : ” pilihan dalam keuntungan dibolehkan dengan adanya kerja, karena seseorang dari mereka mungkin lebih ahli dalam bisnis dari yang lain dan ia mungkin lebih kuat ketimbang yang lainnya dalam melaksanakan pekerjaan. Karenanya ia diizinkan untuk menuntut lebih bagian keuntungannya. 45

5. Pembagian Kerugian