1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sektor UMKM memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Pemberdayaan, pengembangan serta penguatan UMKM akan memperkokoh struktur
perekonomian Indonesia. Tak hanya sampai disini, ternyata UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki potensi yang besar dalam peningkatan taraf hidup
rakyat banyak. Peran UMKM yang sangat besar ini ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap
3 hal yakni ; produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja.
1
Berdasarkan data yang bersumber dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Bagian Data-Biro Perencanaan bahwa dari segi
kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto PDB Nasional pada tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga yang berlaku tercatat
sebesar Rp. 2.609,37 Triliun atau 55,56 dari total PDB Nasional, terdiri dari kontribusi skala usaha mikro sebesar Rp. 1.505,31 Triliun 32,05, skala usaha kecil
sebesar Rp. 473,27 Triliun 10,08, dan skala usaha menengah sebesar Rp. 630,79
1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, Jakarta : CV. Eko Jaya 2001, Cet pertama, hal. 279.
2 Triliun 13,43. Sisanya kontribusi skala usaha besar yakni Rp. 2.087,12 Triliun
44,44. Sedangkan pada tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional
menurut harga yang berlaku tercatat sebesar Rp. 2.105,13 Triliun atau 56,23 dari total PDB Nasional. Sedangkan kontribusi usaha besar sebesar Rp. 1.638,84 Triliun
43,77.
2
Dari segi perkembangan jumlah UMKM, pada tahun 2008 jumlah UMKM yang ada sebesar 51.257.537 unit usaha atau 99,99 dari jumlah seluruh unit usaha,
yang terdiri dari usaha mikro sebesar 50.697.659 unit 98,90 pangsa usaha, jumlah usaha kecil sebesar 520.221 unit 1,01 pangsa usaha, dan usaha menengah sebesar
39.657 unit 0,08 pangsa usaha. Sedangkan posisi jumlah usaha besar sebesar 4.372 unit 0,01 dari seluruh jumlah pangsa usaha. Jumlah UMKM ini mengalami
peningkatanperkembangan yakni sebesar 1.433.414 unit atau 2,88 dari jumlah UMKM pada tahun 2007 yang hanya sebesar 49.824.123 unit. Sedangkan posisi
jumlah usaha besar sebesar 4.463 unit ,01 dari pangsa usaha yang ada.
3
Dari segi kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja nasional, pada tahun 2008 UMKM hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.270 orang
atau 97,04 dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, dengan komposisi penyerapan tenaga kerja yang terdiri dari usaha mikro sebesar 83.647.711 orang
2
Kementerian Koperasi dan UMKM, “Leaflet Kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM
tahun 2007-2008
”, diakses pada tanggal 5 feb 2010 jam 16:41 dari http:www.depkop.go.idstatistik-ukmcat_view35-statistik37-statistik-ukm212-statistikukm2009
224-leaflet-data-kumkm 2009.html, hal. 2.
3
Ibid., hal. 2.
3 89,30, usaha kecil sebesar 3.992.371 orang 4,26, dan usaha menengah sebesar
3.256.118 orang 3,48. Sedangkan usaha besar pada tahun 2008 hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2.776.214 orang 2,96. Jumlah penyerapan tenaga
kerja ini meningkat sebesar 2.156.526 orang atau 2,43 dibandingkan dengan tahun 2007.
Pada tahun 2007, UMKM hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 88.739.744 orang atau 96,95 dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.
Sedangkan usaha besar pada tahun 2007 hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2.788.518 orang 3,05.
4
Dari semua potensi serta implikasi positif lainnya yang dimiliki oleh UMKM, ternyata UMKM memiliki permasalahan-permasalahan serius yang harus diatasi agar
tidak mengganggu dan menghambat perkembangan UMKM. Permasalahan yang dialami UMKM tersebut diantaranya adalah 1. rendahnya
produktivitas, 2. terbatasnya akses UMKM kepada sumber daya produktif terutama terhadap akses permodalan, teknologi, informasi dan pasar. 3. kurang kondusifnya
iklim usaha
5
Terkait dengan permasalahan terbatasnya akses UMKM kepada sumber daya produktif, bisa kita lihat bahwa dalam hal pendanaan, produk jasa lembaga keuangan
4
Kementerian Koperasi dan UMKM, “Buku Statistik Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM
tahun 2007-2008
”, diakses pada tanggal 5 feb 2010 jam 16:41 dari http:www.depkop.go.idstatistik-ukmcat_view35-statistik37-statistik-ukm212-statistik-ukm-
2009216-buku-statistik-ukm-2009.html, hal. 48.
5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, Cet pertama, hal. 279-280.
4 sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk kredit investasi
sangat terbatas. Keadaan ini bagi UMKM dinilai sulit untuk meningkatkan kapasitas usaha ataupun pengembangan produk-produk yang bersaing. Permasalahan lainnya
adalah persyaratan pinjamanpembiayaan yang tidak mudah untuk dipenuhi bagi UMKM. Meskipun usahanya dinilai layak tetapi jumlah jaminan yang ada harus
memadai dan cukup menurut penilaian bank. Disamping itu, dunia perbankan yang merupakan sumber pendanaan terbesar masih memandang UMKM sebagai kegiatan
yang beresiko tinggi sehingga perbankan cenderung untuk berhati-hati dalam pemberian pembiayaanpinjaman kepada UMKM.
6
Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, maka optimalisasi peran perbankan menjadi sangat penting karena fungsi utama perbankan di Indonesia
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
7
Disamping itu, perbankan juga berperan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi antara
penyimpan dan peminjam dana.
8
6
Ibid., hal. 280.
7
Bank Indonesia, “Institusi Perbankan Indonesia”, diakses pada tanggal 15 April 2010 jam 10.32 dari http:www.bi.go.idwebidPublikasiPerbankan+dan+Stabilitas+KeuanganArsitektur+Per
bankan+Indonesiaapi2.htm.
8
A. Riawan Amin, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Perbankan Syariah, Sidang Senat
Terbuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu 11 Juli 2009.
5 Peran sebagai lembaga intermediasi harus dijalankan secara baik dan
maksimal oleh perbankan. Hal ini bertujuan agar permasalahan-permasalahan yang dihadapi sektor UMKM bisa berkurang dan terselesaikan. Bila fungsi intermediasi
perbankan baik dan maksimal maka akses sektor riil UMKM terhadap permodalanpendanaan bisa terpenuhi dan hal ini berimplikasi pada perkembangan
sektor riil UMKM kearah yang semakin baik. Namun sebaliknya, bila fungsi intermediasi perbankan tidak berjalan dengan baik dan maksimal maka akses sektor
riil UMKM terhadap permodalanpendanaan tidak bisa terpenuhi dan hal ini akan berimplikasi pada terhambatnya perkembangan sektor riil UMKM.
Namun faktanya, sampai saat ini fungsi intermediasi yang dilakukan oleh perbankan nasional masih kurang maksimal. Berdasarkan data Bank Indonesia, dari
jumlah bank secara keseluruhan per Januari 2010 yakni 121 bank - terdiri dari 4 Bank Persero State Owned Banks, 35 BUSN Devisa Foreign Exchange Commercial
Banks, 30 BUSN Non Devisa Non-Foreign Exchange Commercial Banks, 26 BPD Regional Development Banks, 16 Bank Campuran Joint Venture Banks, 10 Bank
Asing Foreign Owned Banks
9
- tingkat LDR Loan to Deposit Ratio bank umum yang lebih dari sama dengan 50 hanya 108 bank. Sedangkan sisanya 13 bank
memliki LDR Loan to Deposit Ratio kurang dari 50. Kinerja LDR Bank Umum secara keseluruhan per Januari 2010 hanya sebesar 72,13, kredit yang disalurkan
9
Bank Indonesia, “Statistika Perbankan Indonesia Januari 2010 : Tabel 1.85 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum Growth
of Total Banks and Bank Offices”, di akses pada tanggal 15 April 2010 jam 10.40 dari http:www.bi.go.idwebidStatistikStatistik+PerbankanSta
tistik+Perbankan+Indonesiaspi_0110.htm hal. 88.
6 hanya sebesar Rp. 1.405.640 Miliar dari Rp. 1.948.890 Miliar dana pihak ketiga
DPK yang berhasil dihimpun. Non Performing Loan Nominal Bank Umum per Januari 2010 sebesar
Rp.48.830 Miliar atau sekitar
3,47 .
10
Dibandingkan dengan bank umum, fungsi intermediasi perbankan syariah menunjukan kinerja yang mengagumkan. Ini bisa dilihat dari tahun ke tahun besarnya
fungsi intermediasi bank syariah mendekati 100 persen, bahkan pernah melampauinya. Dengan kata lain, hampir 100 persen dana pihak ketiga yang ada di
bank syariah disalurkan kembali kepada masyarakat. Sementara bank konvensional paling tinggi mendekati angka 70 persen.
11
Per Januari 2010, dari 6 bank umum syariah dan 25 unit usaha syariah yang ada, tercatat bahwa pembiayaan financing
bank umum syariah dan unit usaha syariah sebesar Rp. 47.140 Miliar dengan Non Performing Financing Nominal Rp. 2.053 Miliar atau sekitar 4,36 . Tingkat FDR
Financing to Deposit Ratio sebesar 88.67. Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun per Januari 2010 sebesar Rp. 50.109 Miliar.
12
Fakta ini menunjukkan, bank syariah lebih pro dalam pengembangan sektor riil.
Dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dan memperluas penyaluran pembiayaankredit oleh perbankan, maka Bank Indonesia membuat
10
Bank Indonesia, “Statistika Perbankan Indonesia Januari 2010 : Tabel 1.22 Kinerja Bank Umum Commercial Banks Performance
”, diakses pada tanggal 15 April 2010 jam 10.40 dari http:www.bi.go.idwebidStatistikStatistik+PerbankanStatistik+Perbankan+Indonesiaspi_0110.htm
, hal. 25.
11
A. Riawan Amin, Buku Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Perbankan Syariah , hal. 77.
12
Bank Indonesia, ”Statistika Perbankan Indonesia Januari 2010 : Tabel 2.5 Aktiva Produktif Perbankan Syariah Earning Assets of Syariah Banks
”, diakses pada 15 April 2010 jam 10.40 dari http:www.bi.go.idwebidStatistikStatistik+PerbankanStatistik+Perbankan+Indonesiaspi_0110.htm
, hal. 96.
7 kebijakan linkage program. Linkage program merupakan perluasan pola pembiayaan
perbankan dengan membangun kerjasama kemitraan dengan lembaga keuangan lainnya, baik BPRS, BMT, Koperasi, Koperasi Syariah, dan lembaga keuangan
lainnya. Linkage Program yang dicanangkan semenjak tahun 2002 merupakan kerjasama antara bank umum dan BPRS yang bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas penyaluran kredit BPRS dan efisiensi pelaksanaan skim kredit bank umum, terutama untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil UMK.
13
Beberapa pola linkage yang bisa dilakukan oleh perbankan yakni executing, channeling, dan joint financing.
Daftar Bank Umum pelaku penandatangan Linkage Program pada Rabu, 1 April 2009, tercatat sebanyak 19 bank umum diantaranya adalah PT. Bank Muamalat
Indonesia sebesar Rp. 66.586.747.138 mitra program BPRS dan BMT, PT. Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 27.000.000.000 mitra program BPR dan BPRS , PT.
Bank Negara Indonesia Persero Tbk sebesar Rp. 512.000.000.000 mitra program BPR dan Koperasi, dan PT. Bank Mega Tbk sebesar Rp. 15.000.000.000 mitra
program BPR. Total plafon kredit linkage program BPRS periode Juli 08 – Maret
09 16 Bank Umum sebesar Rp. 1.538.000.000.000, sedangkan total plafon kredit linkage program Koperasi, BMT periode Juli 08
– Maret 09 12 Bank Umum sebesar Rp. 1.928.000.000.000.
14
13
Bank In donesia, “Lampiran Siaran Pers No.1111PSHMHumas : Daftar Bank Umum
Pelaku Penandatangan Linkage Program pada Rabu, 1 April 2009 ”, diakses pada tanggal 15 April
10.45 dari http:www.bi.go.idwebidRuang+Media Siaran+Perssp_1111109.htm, hal .1.
14
Ibid., hal. 2.
8 Menurut Direktur Pengaturan dan Penelitian Perbankan BI Halim Alamsyah,
penyaluran kredit linkage program mencapai Rp 6 Triliun pada 2008 dari Rp 2,8 Triliun pada 2006. Sedangkan per Februari 2009 mencapai Rp.6,4 Triliun.
15
Salah satu bank umum syariah yang melakukan linkage program dalam pembiayaan mikro adalah Bank Muamalat Indonesia. Dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi, yakni memperluas pembiayaannya kepada sektor- sektor ekonomis dan UMKM, maka disamping melakukan pembiayaannya sendiri,
Bank Muamalat Indonesia juga menjalankan kerjasama linkage program dengan mitra program BPRS dan LKMS BMT.
Per Februari 2010, Bank Muamalat memiliki jaringan kantor individual perbankan syariah Individual Islamic Banking Network terluas yakni 1 kantor pusat,
75 kantor cabang, 35 kantor cabang pembantu, dan 92 kantor kas.
16
Kinerja keuangan Bank Muamalat pun dari tahun ke tahun terlihat baik. Pada tahun 2009, Bank
Muamalat Indonesia memiliki total aktiva sebesar RP. 16.027,18 Miliar, total dana pihak ketiga DPK sebesar Rp. 13.316,90 Miliar, dan total pembiayaan yang
disalurkan sebesar Rp. 11.428,01 Miliar. Sementara itu, Tingkat FDR pembiayaan Dana Pihak III BMI sebesar 85,82 , dan tingkat rasio pembiayaan bermasalah
Bersih NPF sebesar 4,10 .
17
17
Media Center Koperasi dan UKM, “Perkuat Kinerja BPR dan UMKM”, diakses pada
tanggal 18 April 2010 jam 14.10 dari http:www.depkop.go.iddetail-berita.php.htm.
16
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Februari 2010, Jakarta : Direktorat Perbankan Syariah, hal. 2.
17
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2009, hal. 5.
9 Dalam penyaluran pembiayaan melalui linkage program, per 1 April 2009
Bank Muamalat Indonesia telah melakukan penandatangan linkage program dengan menyalurkan pembiayaan kemitraan kepada mitra program BPRS dan BMT dengan
plafon pembiayaan sebesar Rp. 66.586.747.138.
18
Disamping itu, dalam rangka mendukung pengembangan usaha mikro maka Bank Muamalat juga bekerjasama dengan Pusat Inkubasi Usaha Kecil PINBUK
dengan cara membuat dan mengembangkan BMT Shar-E. Bank Muamalat bersama dengan PINBUK menargetkan memberi dukungan pengembangan 500 BMT dengan
layanan Shar-E di seluruh Indonesia. Hingga saat ini baru terdapat sebanyak 349 BMT Shar-E. Dan sisanya dapat beroperasi di semester kedua tahun ini tahun 2009.
19
Dalam kemitraan tersebut, BMT memiliki modal Rp 100 juta, sekitar Rp 15 juta dari Bank Muamalat, Rp 10 juta dari PINBUK dan Rp 75 juta dari swadaya
masyarakat. Dari porsi tersebut Bank Muamalat berkomitmen menyiapkan dukungan hardware, standarisasi counter, warkat administrasi, penyelenggaraan pelatihan, biaya
pendampingan, dan fasilitasi EDC dan PC Banking. Sementara PINBUK mempunyai peran mendorong swadaya masyarakat pada pendirian BMT Shar-E, menyiapkan
standar prosedur manajemen dan standar prosedur operasional, software aplikasi BMT Online, fasilitasi pelatihan pengurus dan pengelola dan pendampingan BMT.
20
18
Bank Indonesia, “Lampiran Siaran Pers No.1111PSHMHumas : Daftar Bank Umum Pelaku Penandatangan Linkage Program pada Rabu, 1 April 2009
”, hal. 1.
19
Republika Newsroom, “Bank Muamalat Dukung Pengembangan BMT Share-E”, diakses
pada tanggal 28 Juli 2010 jam 10:15 dari www.republika.co.id
20
Ibid.,
10 Berdasarkan penjelasan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
permasalahan ini dengan judul
“Pola Hubungan Bank Muamalat Indonesia dengan BMT Shar-E dalam Penyaluran Pembiayaan M
ikro”
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH A.