antara bangsa di dunia akan menyatukan mereka dalam suatu kerjasama yang damai. Demikian pula Ricardo percaya bahwa perdagangan bebas mengikat
negara dalam kebersamaan h.63.
3. Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional oleh kaum neoliberal berakar dari konsepsi Adam Smith bahwa kebiasaan individu meraih kemakmuran sendiri merupakan
kondisi yang normal dalam kehidupan manusia. Lalu kepentingan masing-masing individu tersebut terakumulasi menjadi satu yang kemudian dikenal dengan
kepentingan nasional. Kepentingan nasional itu juga menjadi dasar untuk pembangunan kedamaian global, salah satunya dengan melakukan perdagangan
bebas Burchill 2005:104. Kaum Neoliberal Institusional juga mengadopsi pemahaman kaum realis
dalam mendefinisikan kepentingan nasional. Kaum realis seperti Rosenau 2006 menjelaskan bahwa kepentingan nasional juga dikenal dengan istilah national
honor , the public interest, dan the general will h.247. Selain itu Holsti 1992
menyatakan bahwa kepentingan nasional merupakan alat untuk menganalisis tujuan dari kebijakan luar negeri suatu negara h.168. Rosenau 2006 juga
menyatakan bahwa konsep ini digunakan sebagai alat analisa kebijakan luar negeri dan sebagai instrumen tindakan politik internasional. Sebagai alat analisis,
Ia digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau mengevaluasi sumber atau kecukupan kebijakan luar negeri suatu negara. Sebagai instrumen dari
tindakan politik internasional, ia berfungsi sebagai sarana membenarkan, mencela, atau mengusulkan kebijakan h.246.
Perbedaan mendasar antara kaum realis dan neoliberal dalam hal penerapan kepentingan nasional. Kaum realis berasumsi bahwa aktor concern dalam hal
memaksimalkan relative gains mereka, yaitu keuntungan yang didapatkan negara bersifat relatif, tergantung dari berapa besar kontribusi yang diberikan suatu
negara. Neoliberal Institusionalisme berasumsi bahwa dalam hal memenuhi kepentingan nasional, aktor negara concern dalam hal memaksimalkan absolut
gains , yaitu keuntungan yang sama didapatkan oleh masing-masing negara dalam
suatu kerjasama Burchill 2005: 122. Keohane juga mengkritik pandangan kaum realis mengenai pemahaman
implementasi kepentingan nasional, terutama pandangan Morghentau yang mengatakan bahwa kepentingan nasional lebih didahului daripada tujuan atau
kepentingan internasional. Menurutnya, Morghentau melihat kepentingan nasional secara dangkal, tanpa memperhatikan efek dari tindakan aktor pada isu-isu atau
nilai-nilai lain, atau dengan cara yang lebih berpandangan jauh, dengan mempertimbangkan dampak melanggar aturan dan norma-norma internasional
oleh tujuan negara lain. Hal yang terpenting adalah bagaimana kepentingan didefinisikan,
dan bagaimana
institusi mempengaruhi
negara untuk
mendefinisikan kepentingan mereka sendiri Keohane 2005: 99-100.
4. Kebijakan Luar Negeri
Secara umum, kebijakan luar negeri merupakan suatu upaya, perangkat formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan,
dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional Yani, 2007:1. Kaum liberalis memberikan kontribusi dalam kebijakan luar
negeri untuk menjelaskan bagaimana individu, kekuatan sosial kapitalisme dan pasar, dan institusi politik bisa memberikan efek langsung kepada hubungan luar
negeri Smith, Hadfield, dan Dunne 2008: 54. Keohane seperti yang di kutip oleh Carlsnaes 2008 menjelaskan bahwa
pembuatan kebijakan luar negeri sebagai proses pembatasan pilihan pada negara untuk bertindak secara rasional dan strategis, dimana pembatasan ini bukan dalam
hal kapabilitas power yang dihadapi negara di internasional, tetapi dalam hal sistem anarkis yang menumbuhkan ketidakpastian. Oleh karena itu masalah
keamanan, harus tetap dipengaruhi oleh penciptaan rezim untuk memberikan informasi dan aturan umum, sehingga mendorong kerjasama internasional
h.121.
F. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik studi pustaka. Menurut Prof. Dr. Sugiyono 2009, metode kualitatif merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah, yang mana seorang peneliti diagggap sebagai instrumen kunci h.9. Pendapat lain, Dr
Husaini Usman 2009 menyatakan bahwa alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode kualitatif adalah peneliti. Jadi, seorang peneliti
merupakan key instrument dalam pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data seperti obeservasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian Kualitatif pada dasarnya dilakukan dalam situasi yang wajar natural setting
dan data yang dikumpulkan juga berupa data yang umumnya bersifat kualitatif h.78. Menurut Hendrarsono 2010, pada dasarnya proses