Sejarah TRANS PACIFIC PARTNERSHIP

5. Memberikan perlindungan yang memadai dan efektif, serta menegakkan hak kekayaan intelektual di wilayah masing-masing pihak; 6. Menciptakan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan menyelesaikan sengketa perdagangan h.1-1. TPSEP adalah perjanjian perdagangan bebas pertama yang menghubungkan Asia, Pasifik, dan Amerika Latin. Brunei Darussalam dan Singapura yang berada di Asia, Selandia Baru yang berada di Pasifik, dan Chili yang berada di Amerika Latin dihubungkan secara perdagangan oleh TPSEP tersebut. Selain keragaman geografis, perjanjian ini juga mempunyai cakupan yang luas. Hal ini dikarenakan perjanjian ini meliberalisasikan hampir semua produk barang, termasuk produk kebutuhan pokok. Hingga akhirnya pada tahun 2017, P4 harus benar-benar menjadikan tarif mereka menjadi nol pada semua barang, kecuali Brunei Darussalam dalam beberapa produk Lewis 2010:31-32. Selain itu perjanjian ini juga merespon permasalahan-permasalahan baru yang terkait dengan perdaganan internasional, sehingga perjanjian ini sering disebut dengan perjanjian High Level dan atau 21 Century. Akan terus ada pembahasan lanjutan terkait isu-isu perdangan. Misalnya, pada perjanjian TPSEP bab 20 pasal 20.1 dan 20.2 mengatakan bahwa tidak lebih dari 2 tahun setelah TPSEP diberlakukan, negara anggota harus melakukan negosiasi lanjutan terkait investasi dan layanan finansial. Dengan demikian, sudah dapat dipastikan bahwa negara P4 akan terus melakukan pembahasan dan perundingan lanjutan sebelum tahun 2009 dan tentunya hal ini membuat TPSEP menjadi perjanjian perdagangan yang akan terus mengalami perkembangan. Secara institusi, TPSEP membuat suatu badan yang bernama Trans pacific Strategic Economic Partnership Commission sebagai badan utama yang bertanggung jawab atas administrasi perjanjian. Komisi ini dapat membuat pertemuan di tingkat menteri atau pejabat senior yang didelegasikan oleh negara anggota. Menurut Pasal 17.2, Komisi ini mengawasi kerja komite dan kelompok kerja yang dibentuk di bawah TPSEP. Pasal tersebut juga menyebutkan bahwa komisi bertanggung jawab atas setiap hal yang berkaitan dengan implementasi perjanjian, penelaahan kesepakatan, pertimbangan jika terdapat proposal untuk melakukan amandemen, menentukan langkah-langkah untuk melakukan ekspansi perdagangan dan investasi antara negara anggota dan mengidentifikasi area kerjasama komersial, industri dan teknis, serta mempertimbangkan segala hal yang dapat mempengaruhi operasi perjanjian. Sehingga berdasarkan kepada penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwasanya TPSEP merupakan perjanjian perdagangan bebas yang diprakarsai dan berlaku bagi negara P4. Perjanjian ini menggunakan kerjasama dan perdagangan bebas dalam berbagai bidang, serta beberapa regulasi sebagai instrumennya. Selain itu, penandatanganan TPSEP ini juga dibarengi dengan ratifikasi dua nota kesepahaman terkait kerjasama lingkungan dan tenaga kerja. Walaupun TPSEP ini terkesan fleksibel, namun ia mempunyai badan dan komite yang memastikan implementasi perjanjian. Terbentuknya TPSEP dan berjalannya perjanjian perdagangan bebas antara negara trans pasifik ini ternyata berhasil menarik intensi negara lain untuk bergabung. Apalagi TPSEP bersifat ekspansif secara keanggotan, berdasarkan kepada bab 20 pasal 20.6 yang mengatur mengenai aksesi, menyatakan bahwa aksesi perjanjian ini terbuka atas persetujuan anggota, untuk negara anggota APEC ataupun negara lainnya h.20.1-20.3. Sehingga selain negara P4, terlebih lagi negara APEC, berkesempatan besar untuk bisa bergabung dengan perjanjian ini. Amerika Serikat adalah negara anggota APEC pertama yang menyatakan intensinya untuk bergabung dengan TPSEP. Keinginan Amerika Serikat tersebut disampaikan pada 4 February 2008 oleh pejabat United States Trade Representative USTR Susan Schwab yang berada di bawah kepemimpunan George W Bush. USTR mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan berusaha untuk bergabung kembali dengan negara P4, dan ingin mengikuti negosiasi lanjutan TPSEP tentang investasi dan layanan finansial Office of the USTR 2008:n.h. Analis, pengamat, dan para pengambil keputusan umumnya percaya bahwa Amerika Serikat bisa menjadi katalisator bagi negara Asia Pasifik untuk bergabung dengan TPSEP Verguson dan Vaughn 2009:1. Hal itu terbukti dengan adanya beberapa negara APEC lainnya yang menyatakan intensinya untuk bergabung dengan perjanjian ini beberapa bulan setelah bergabungnya Amerika Serikat. Australia dan Peru mengumumkan keinginannya untuk bergabung pada November 2008, dan Vietnam juga mendaftarkan dirinya sebagai observer dalam perjanjian tersebut Kuriyama:5. Akhirnya negara P4 pun berkembang menjadi negara P7, dengan tambahan Amerika Serikat, Australia, Peru, dan Vietnam. Negara P7 merancanakan untuk memulai proses negosiasi pada Maret 2009. Namun, dikarenakan terjadi peralihan pemerintahan di Amerika Serikat dari presiden George W. Bush ke Barack H. Obama, maka negara tersebut meminta proses negosiasi di undur Evenett, Mikic, dan Ratnayake 2009:144. Hingga akhirnya proses negosiasi TPSEP dengan jumlah anggota yang baru dimulai pada 15-19 Maret 2010 di Australia Foreign Affair and Trade of New Zealand 2012:n.h. Proses negosiasi lanjutan TPSEP dengan jumlah negara anggota baru inilah yang dikenal dengan sebutan Trans pacific Partnership TPP Kuriyama:6. Selama proses negoasiasi berjalan, TPP pun masih bisa menampung keanggotaan baru. Seperti Malaysia yang bergabung dalam proses negosiasi ke tiga yang diadakan di Brunei Darussalam pada 5-8 Oktober 2010 Frangos dan Willamsom 2010:n.h.

B. Potensi

Trans Pacific Partnership Secara umum, perjanjian perdagangan bebas mempunyai tujuan yang sama diantaranya penghapusan tarif dan hambatan perdagangan lainya Glodstein dan Pevehouse 2009:297. Manfaat perjanjian perdagangan bebas ini diantaranya meningkatkan perdagangan, konsumen mendapatkan barang atau jasa dengan biaya yang murah, dan meningkatkan investasi asing Glodstein dan Pevehouse 2009:314. Namun TPP mempinyai distingsi tersendiri, jika dilihat dari potensi yang dimilikinya. Adapun potensi TPP adalah:

1. Potensi Keanggotaan dan Perekonomian

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa berdasarkan kepada bab 20 pasal 20.6 TPSEP mengenai aksesi, keanggotaan TPSEP terbuka bagi negara lain terutama negara anggota APEC. TPSEP pun bertranformasi menjadi TPP dengan bergabungnya satu persatu negara anggota APEC dari tahun 2008 hingga 2011, dimulai dari Amerika Serikat, Australia, Peru, Vietnam, dan Malaysia. Sehingga dengan sifat TPP yang ekspansif dari segi keanggotaan, tidak menutup kemungkinan bahwa keanggotaan TPP akan semakin bertambah dan semua negara anggota APEC bergabung dengan perjanjian perdangan tersebut. APEC adalah forum ekonomi yang beranggotakan dua puluh satu negara yang berada di kawasan Asia Pasifik. Kedua puluh satu negara anggota APEC itu adalah Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Cina, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Taipei, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam Asia Pacific Economic Cooperation 2013:n.h. Hingga tahun 2011, 9 dari 21 negara di kawasan Asia Pasifik sudah bergabung dengan TPP. Jika jumlah negara anggota yang berpartisipasi dalam negosiasi TPP bertambah, maka potensi perekonomiannya juga bertambah. Apalagi kawasan Asia Pasifik yang merupakan kawasan dari anggota APEC tersebut merupakan wilayah yang perekonomiannya paling dinamis di seluruh dunia Asia Pacific Economic Cooperation 2013:n.h, seperti yang digambarkan oleh tabel II.B.1. Tabel III.B.1. Data Statistik Perekonomian 21 Negara Anggota APEC 2012 Nama Negara Pendapatan Nasional Juta Persentase kenaikan GDP Populasi juta jiwa Amerika Serikat 15.684.800 2,20 313,9 Cina 8.227.103 7,80 1350,7 Jepang 5.959.718 1,90 127,6 Rusia 2.014.775 3,40 143,5 Kanada 1.821.424 1,70 34,9 Australia 1.520.608 3,40 22,7 Meksiko 1.177.271 3,90 120,8 Korea Selatan 1.129.598 2,00 50 Indonesia 878.043 6,20 246,9 Taipei 473.971 1,30 Thailand 365.564 6,40 66,8 Malaysia 303.526 5,60 29,2 Singapura 274.701 1,30 5,3 Chili 268.314 5,60 17,5 Hong Kong 263.259 1,50 7,2 Filipina 250.265 6,60 96,7 Peru 197.111 6,30 30 Vietnam 141.669 5,00 88,8 Selandia Baru 139.768 3,00 4,4 Brunei Darussalam 16.954 2,20 0,4 Papua Nugini 15.654 8,00 7,2 TPP P9 18.547.451 25,9 3,8 512,2 7,3 Asia Pasifik 41.124.096 57,4 4,1 2764,4 39,2 Dunia 71.666.350 7046,4 Sumber: Data Kolektif dari World Bank 2013 dan World Trade Organization 2013 Berdasarkan kepada Tabel III.B.1, dapat kita lihat bahwa 21 negara anggota APEC dan kawasan Asia Pasifik ini merupakan wilayah dengan perekonomian yang besar. Pendapatan nasional kawasan ini melebihi setengah dari pendapatan dunia yaitu 41.124.096 juta dolar Amerika Serikat atau 57,4 dari pendapatan nasional seluruh negara di dunia. Selain itu, perekonomian kawasan ini dinamis dan terus berkembang dengan rata-rata kenaikan pendapatan nasional pertahunnya sebesar 4,1 dan lebih dari 10 negara mempunyai kenaikan pendapatan nasional lebih dari 3. Selain itu, kawasan ini merupakan rumah dari hampir 40 penduduk dunia. Sehingga dengan demikian, TPP berpotensi untuk mempunyai anggota tambahan di masa yang akan datang, yang secara otomatis juga menambah potensi perdagangan perjanjian tersebut.

2. Perjanjian Abad ke-21 dan Sindrom

Noodle Bowl Saat suatu kawasan mempunyai puluhan atau bahkan ratusan perjanjian perdagangan yang masih dalam proses diskusi dan negosiasi, atau sudah ditandatangani, maka kawasan tersebut cenderung terkena sindrom noodle atau spagethi bowl Baldwin 2007:5. Hal ini dikarenakan terlalu banyaknya komitmen perdagangan sehingga tidak terorganisir Baldwin 2008:3. Hal ini mengakibatkan negara di kawasan tersebut terikat dengan komitmen yang berbeda-beda, mekanisme yang berbeda, dan batas pelaksanaan yang berbeda-beda pula Kawai dan Wignaraja 2009:6. Selain itu, menurut Petri et. al 2011 sindrom ini juga bisa memberikan masalah karena perjanjain perdagangan membebankan biaya dan mengurangi insentif dan tidak meningkatkan produktivitas h.4. Kawasan Asia Pasifik merupakan wilayah yang terjangkit sindrom noodle bowl . Jika kita gambarkan bagaimana perjanjian perdagangan yang ada di kawasan Asia Pasifik, maka ia akan berbentuk seperti gambar II.B.2. Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana perjanjian perdagangan bebas di kawasan