Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Suatu organisasi dibentuk adalah untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Dalam mencapai tujuan organisasi diperlukan suatu sistem pengendalian. Sistem pengendalian diperlukan oleh manajemen untuk membantu memperlancar proses pencapaian dari tujuan organisasi tersebut. Menurut Puspa dan Riyanto 1999 menyatakan bahwa sistem pengendalian organisasi disebut juga sebagai sistem pengendalian birokratis atau administratif, dimana sistem pengendalian birokratif tersebut didesain untuk mengarahkan atau mengatur aktivitas anggota organisasi agar sesuai dengan yang dikehendaki oleh pimpinan organisasi. Akan tetapi, keefektifan suatu sistem pengendalian ditentukan, antara lain, oleh seberapa jauh sistem tersebut sesuai dengan karakteristik organisasi. Apabila sistem pengendalian manajemen tidak sesuai dengan karakteristik organisasi, maka bisa menimbulkan dysfunctional behaviour lingkungan yang tidak terkendali bagi anggota organisasi. Dapat dikatakan bahwa jika organisasi yang pelaksanaan aktivitas produksinya melibatkan banyak tenaga profesional pasti memerlukan sistem pengendalian yang berbeda dengan organisasi yang proses produksinya tidak banyak melibatkan tenaga profesional. Secara lebih spesifik bisa dikatakan bahwa sistem pengendalian organisasi kemungkinan besar akan 18 mengakibatkan dysfunctional behavior apabila profesional yang sudah menjadi karyawan suatu perusahaan tetap mempertahankan norma dan aturan kode etik profesinya dalam melaksanakan aktivitas perusahaan. Konflik yang muncul terjadi karena tenaga kerja profesional memiliki norma dan sistem nilai yang diperolehnya dalam proses pendidikan berbenturan dengan norma, aturan dan sistem nilai yang berlaku di perusahaan. Beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa tenaga kerja profesional yang bekerja di lingkungan organisasi yang birokratis mengalami konflik peran Role Conflict Puspa dan Riyanto, 1999 dalam Hernowo, 2006:1. Konflik seperti ini tidak akan timbul apabila seorang profesional yang bekerja dalam suatu organisasi mau beradaptasi dengan lingkungan pengendalian organisasi dimana ia bekerja. Dengan kata lain, potensi terjadinya konflik akan semakin kecil apabila tenaga profesional mau mengurangi sikap profesionalannya professional orientation. Menurut Schuler 1985 dalam Listyani 2003 menemukan konflik peran mempunyai dampak yang negatif terhadap perilaku karyawan, seperti timbulnya penurunan kepuasan kerja, ketegangan kerja, peningkatan perputaran kerja dan penurunan kinerja secara keseluruhan. Sistem pengendalian manajemen terdiri dari mekanisme dan prosedur yang menyangkut batasan wewenang untuk mengambil keputusan, aturan- aturan, kebijakan-kebijakan, prosedur operasi, mekanisme penyusunan anggaran dan penilaian kinerja atau reward sistem. Tenaga profesional telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang kompleks secara independen, dan 19 memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan tugas-tugas tersebut dengan menggunakan pengalaman dan keahlian mereka. Sikap dan kemandirian profesional ini kemungkinan akan melekat pada saat profesional tersebut bekerja dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, di dalam organisasi yang didominasi pekerja profesional, penerapan bentuk pengendalian birokratis yang mendominasi dan membatasi aktivitas para profesional untuk mengatur diri sendiri dapat menimbulkan konflik Puspa dan Riyanto, 1999 dalam Hernowo, 2006:2. Menurut O’Driscoll et.al., 1992 dalam Listyani 2003 menunjukkan bahwa stres karena peran dan ketidakpastian dalam konteks pekerjaan akan menyebabkan ketidakpuasan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan ketegangan, mengurangi komitmen organisasi dan meningkatkan kecenderungan karyawan untuk keluar dari pekerjaannya. Konflik peran adalah suatu konflik dalam diri pribadi seseorang yang timbul akibat dari mekanisme pengendalian birokratis organisasi yang tidak sesuai dengan norma, aturan, etika dan kemandirian profesional. Konflik yang timbul dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kepuasan kerja Listyani, 2003. Menurut Robbin 1996 dalam Listyani 2003 menyatakan bahwa kepuasan kerja Job Satisfaction adalah suatu sikap umum terhadap suatu pekerjaan seseorang sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan yang diyakini akan diterima. Sedangkan menurut Lekatompessy 2003 dalam Hernowo 2006:3, kepuasan kerja merupakan 20 orientasi efektif dari pekerja secara individual terhadap pekerjaan dan karakteristiknya. Menurut Abernethy dan Stoelwinder 1995 dalam Puspa dan Riyanto 1999 menyatakan bahwa profesional yang bekerja pada lingkungan pengendalian administratif atau birokratis dan memiliki professional orientation yang tinggi akan mengalami role conflict. Disamping itu, Abernethy dan Stoelwinder juga melaporkan bahwa semakin tinggi role conflict para profesional, semakin rendah kinerja dan kepuasan kerja mereka, dan sebaliknya. Menurut Puspa dan Riyanto 1999 menyatakan bahwa karakteristik hubungan antara lingkungan pengendalian, orientasi profesional dan konflik peran untuk kelompok dosen dan untuk kelompok dokter berbeda. Dosen memiliki nilai yang tinggi jika mereka bekerja dalam lingkungan pengendalian yang menekankan pada pencapaian target kuantitatif output control. Sedangkan dokter yang mempunyai orientasi yang kuat mengalami konflik peran yang tinggi jika mereka bekerja dalam lingkungan pengendalian yang menekankan pada ketaatan tindakan kepada aturan atau prosedur behaviour control . Selain itu juga, untuk kelompok dosen, konflik peran berpengaruh secara negatif terhadap kepuasan kerja sedangkan pada dokter, konflik peran berpengaruh terhadap kinerja subunit. 21 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspa dan Riyanto 1999. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Periode penelitian Periode penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 1999, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2008. 2. Responden penelitian Pada penelitian sebelumnya responden yang digunakan adalah kelompok dosen dan dokter di beberapa universitas dan rumah sakit, sedangkan pada penelitian ini responden yang digunakan adalah auditor eksternal pada kantor akuntan publik di wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk menyusun skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Orientasi Profesional Terhadap Kinerja Auditor, Konflik Peran Sebagai Variabel Intervening”. 22

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan audit sistem informasi terhadap kinerja auditor dengan teknologi informasi sebagai variabel intervening

2 15 140

PENG ARUH ORIENTASI PROFESIONAL TERHADAP KONFLIK PERAN DENGAN TIPE PENGENDALIAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

0 3 20

PENGARUH KONFLIK PERAN, KETIDAKJELASAN PERAN DAN KELEBIHAN PERAN PADA KINERJA AUDITOR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran Dan Kelebihan Peran Pada Kinerja Auditor Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai Variabel Pemoderas

2 21 19

PENGARUH ORIENTASI PROFESIONAL DAN ORIENTASI MANAJERIAL TERHADAP KONFLIK PERAN DALAM PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN.

0 3 75

AMEN14. PENGARUH ORIENTASI PROFESIONAL TERHADAP KONFLIK PERAN: INTERAKSI ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DAN PENGGUNAAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DENGAN ORIENTASI MANAJERIAL

0 0 19

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN PROFESIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ipi7630

0 0 11

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP KEPUTUSAN ETIS AUDITOR NEGARA DENGAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 19

Penelitian Orientasi Profesional terhadap Konflik peran

0 0 73

Pengaruh Pelaksanaan Mentoring terhadap Kinerja auditor melalui Konflik peran dan Ambiguitas Peran sebagai Variabel Intervening - Unika Repository

0 0 15

Pengaruh Pelaksanaan Mentoring terhadap Kinerja auditor melalui Konflik peran dan Ambiguitas Peran sebagai Variabel Intervening - Unika Repository

0 0 46