46 berkaitan dengan kinerja auditor yang dikembangkan oleh Hendy 2007.
Sedangkan pertanyaan nomor tujuh hingga nomor sembilan, pertanyaan tersebut berkaitan dengan kepuasan kerja yang dikembangkan oleh
Hernowo 2006:18. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala likert 4 poin, yaitu:
Tingkat Kinerja Auditor
STS = Sangat Tidak Setuju = 1
TS = Tidak Setuju = 2
S = Setuju = 3
SS = Sangat Setuju = 4
Skor yang tinggi menunjukkan kinerja auditor yang tinggi dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan kinerja auditor yang rendah.
3. Konflik Peran Intervening Variable
Variabel intervening dalam penelitian ini yaitu konflik peran. Konflik peran merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan dan prestasi kerja
karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan. Konflik peran dipandang sebagai sisi lain dari tekanan kerja, yang merupakan
dampak dari pelaksanaan orientasi profesional yang mereka peroleh. Konflik peran juga dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan karyawan
dalam organisasi. Profesionalisme otoriter mengakibatkan konflik peran
47 yang tinggi. Pengukuran konflik peran menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Hernowo 2006:17. Konflik peran diukur dengan menggunakan pertanyaan yang
dikembangkan oleh Hernowo 2006:17 yang terdiri dari 9 pertanyaan, yaitu pada tabel 3.3. Dalam hal ini, penulis menggunakan seluruh
pertanyaan tersebut dikarenakan pertanyaan tersebut telah terbukti keakuratannya
dan mencerminkan
orientasi profesional
yang sesungguhnya.
Penghitungan untuk
variabel konflik peran
ini menggunakan nilai rata-rata average dari jumlah yang dihasilkan dari
setiap responden Ghozali, 2006:174. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala likert 4 poin, yaitu:
Tingkat Konflik Peran
STS = Sangat Tidak Setuju = 1
TS = Tidak Setuju = 2
S = Setuju = 3
SS = Sangat Setuju = 4
Skor yang tinggi menunjukkan konflik peran yang tinggi dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan konflik peran yang rendah.
48
Tabel 3.1 Operasional Variabel Orientasi Profesional
Variabel Sub Variabel
No. Indikator
Skala
1. Bagi
saya dapat
mewujudkan dan
melaksanakan riset dari ide saya sendiri itu penting.
2. Bagi
saya dapat
menerbitkan hasil kerja saya dalam jurnal atau
majalah professional itu penting.
3. Bagi saya dapat melakukan
jenis penelitian yang akan memberi kontribusi pada
keberadaan profesi saya itu penting artinya bagi saya.
4. Pada akhirnya nanti saya
lebih cenderung memilih ingin dihormati diantara
para rekan auditor eksternal diluar
lingkungan perusahaan.
5. Saya ingin dihormati di
lingkungan tempat saya bekerja.
6. Saya
ingin dihormati
masyarakat luas. 7.
Dalam waktu dekat, saya sangat ingin menerbitkan
tulisan saya dalam jurnal atau majalah terkemuka
dibidang
profesi saya,
meskipun topiknya tidak begitu
penting bagi
perusahaan tempat saya bekerja.
Orientasi Profesional
X Dikembangkan
oleh Puspa dan Riyanto, 1999
Orientasi Profesional Sejauhmana sikap
keprofesionalan yang dimiliki dalam
melakukan suatu pekerjaan
8. Dalam waktu dekat, saya
sangat ingin banyak terlibat pada salah satu proyek
yang ada di kantor dalam memberikan solusi masalah
terkait dengan bidang saya. Ordinal
49
Tabel 3.2 Operasional Variabel Kinerja Auditor
Variabel Sub Variabel
No. Indikator
Skala 1.
Penilaian kinerja saya diukur
dengan hasil
kerja saya.
2.
Saya melakukan
pekerjaan dengan adil.
3.
Kinerja saya
sudah dievaluasi
dengan sangat tepat.
4.
Penilaian kinerja saya telah sesuai dengan kode
etik profesi.
5.
Supervisor saya adalah orang yang berwenang
untuk menilai kinerja saya.
6.
Penilaian kinerja saya sesuai dengan penilaian
supervisor.
7.
Secara umum saya suka bekerja disini.
8.
Secara keseluruhan saya puas
dengan hasil
pekerjaan saya.
Kinerja Auditor Y
Dikembangkan oleh Hendy,
2007 Kinerja Auditor
Merupakan salah satu faktor yang
dapat meningkatkan keefektifan operasi
suatu organisasi.
9.
Saya punya keinginan untuk berpindah dari
pekerjaan saya saat ini.
Ordinal
50
Tabel 3.3 Operasional Variabel Konflik Peran
Variabel Sub Variabel
No. Indikator
Skala
1. Saya bekerja dengan dua
kelompok atau
lebih
yang cara melakukan pekerjaannya tidak sama.
2. Saya melakukan hal-hal
yang harus dilakukan tidak seperti biasanya.
3. Saya menerima beberapa
permintaan untuk
melakukan suatu
pekerjaan yang saling tidak bersesuaian satu
sama lain. 4.
Saya menerima
penugasan tanpa
didukung sumber daya manusia
yang cukup
untuk melakukannya. 5.
Saya harus melanggar peraturan atau kebijakan
untuk bisa melaksanakan suatu penugasan.
6. Saya melakukan hal-hal
yang mungkin
dapat diterima oleh seseorang
tetapi ditolak oleh orang lain.
7. Saya mengerjakan hal-
hal yang menurut saya tidak perlu.
8. Saya bekerja dibawah
kebijakan atau aturan yang bertentangan.
Konflik Peran Variabel
Intervening Dikembangkan
oleh Hernowo, 2006
Konflik Peran merupakan suatu
gejala psychologis yang dialami oleh
anggota organisasi yang bisa
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam
bekerja dan secara potensial bisa
menurunkan motivasi kerja
9. Saya
harus bekerja
dibawah perintah atau instruksi yang tidak jelas.
Ordinal
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berwilayah di DKI Jakarta. Karena jumlah
auditor di Jakarta tidak diketahui jumlahnya yang pasti, maka peneliti membagikan dan mengumpulkan kuesioner secara langsung kepada 7
KAP yang terdapat di wilayah DKI Jakarta. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel berikut
Tabel 4.1 Wilayah dan Nama KAP
No. Nama KAP
Wilayah
1. Ernst Young
Jakarta Selatan 2.
Heroe, Pramono rekan Jakarta Selatan
3. Ishak, Saleh, Soewondo rekan
Jakarta Selatan 4.
Kanaka Puradiredja,
Robert Yogi,
Suhartono Jakarta Selatan
5. Soejatna, Mulyana rekan
Jakarta Barat 6.
Tasnim Ali Widjanarko rekan Jakarta Pusat
7. Usman rekan
Jakarta Selatan Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2008