1. Lansia
1.1 Defenisi lansia
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat Hurlock, 1999.
1.2 Batasan - batasan lansia
Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan Middle age antara 45 - 59 tahun, usia lanjut Elderly antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut
tua Old antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua very old diatas 90 tahun Nugroho, 2000.
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut
yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45 – 54 tahun, usia lanjut dini prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia
lanjut antara 55 – 64 tahun, kelompok usia lanjut senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70
tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat Mutiara, 1996.
Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas Deputi I Menkokesra, 1998.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Teori-teori penuaan
Terdapat banyak teori tentang penuaan yaitu teori biologis dan teori kejiwaan sosial. Teori-teori biologis terdiri dari teori sintesis protein, teori
keracunan oksigen, teori sistem imun, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori reaksi dari kekebalan sendiri dan lain-lain. Teori-teori kejiwaan sosial
terdiri dari teori pengunduran diri, teori aktivitas, teori subkultur, dan teori kepribadian berlanjut.
1.3.1. Teori Biologis
Teori seluler. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan sel yang hanya
dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah sekitar 50 kali. Bila sebuah sel pada lansia dilepas
dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit Spence Mason 1992, dalam Watson,
2003. Pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, justru kemampuan sel akan menurun sesuai dengan
bertambahnya usia Boedhi Darmojo Nugroho, 2000; Watson, 2003. Sedangkan pada sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada
jaringan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami
penuaan dan memiliki kemampuan yang rendah untuk tumbuh dan memperbaiki diri dan sel dalam tubuh seseorang ternyata cenderung
mengalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati karena sel tidak dapat
membelah lagi Watson, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Teori sintesis protein. Teori sintesis protein menyatakan bahwa proses
penuaan terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Observasi dapat dilakukan pada jaringan
seperti kulit dan kartilago, hal ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa
protein terutama kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit dibuat oleh tubuh dengan struktur yang berbeda dengan protein tubuh orang yang lebih
muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elstin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia,
perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya akan cenderung berkerut Tortora Anaqnostakos 1990 dalam Watson, 2003.
Teori keracunan oksigen. Teori ini menyatakan bahwa adanya sejumlah
penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi tanpa
mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan untuk mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan
dan terjadi kesalahan genetik Tortora Anaqnostakos 1990 dalam Watson, 2003. Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungan yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Konsekuensi dari
kesalahan genetik adalah adanya penurunan repsoduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal
ini dapat menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh Watson, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Teori sistem imun. Teori ini mengemukakan kemampuan sistem imun
mengalami kemunduran, walaupun demikian kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berdistribusi dalam proses penuaan. Hal ini dimanifestasikan dengan meningkatnya infeksi autoimun dan kanker Watson,
2003.
Teori radikal bebas. Nugroho 2000 menyatakan bahwa dalam teori
terjadi ketidakstabilan radikal bebas sehingga oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak mampu
lagi beregenerasi. 1.3.2.
Teori Kejiwaan Sosial Teori pengunduran diri. Teori ini menyatakan bahwa saat lanjut usia
terjadi pengunduran diri yang mengakibatkan penurunan interaksi antara lanjut usia dengan lingkungan sosialnya Cummins and Henry 1961 dalam
Suriadi, 1999.
Teori kegiatan. Teori ini menyatakan bahwa pada saat seseorang
menginjak usia lanjut, maka mereka tetap mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama seperti pada masa-masa sebelumnya. Mereka tidak ingin
mengundurkan diri dari lingkungan sosialnya. Lansia yang aktif melaksanakan peranan-peranannya di masyarakat akan mencapai usia lanjut yang optimal.
Teori kepribadian berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki lansia tersebut Kuntjoro, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan-perubahan tersebut akan berdampak terhadap sistem muskuloskeletal yang merupakan komponen struktur yang utama, dimana
sistem ini mengalami perubahan dalam muskulature yaitu otot yang mengecil serta progresif atrofi dan tulang kehilangan kalsium secara progresif
dekalsifikasi Tortora Anaqnostakos 1990 dalam Watson, 2003. Perubahan yang lambat akan membuat tulang pada lansia lebih mudah fraktur
karena penurunan elastisitas sendi yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam sintesis kolagen yang cenderung mengalami kerusakan Watson, 2003.
1.4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Adapun beberapa faktor yang dihadapi lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah perubahan kondisi fisik, perubahan fungsi dan
potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan peran sosial di masyarakat.
Perubahan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis. Misalnya, tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, berkurangnya fungsi indra
pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia misalnya badan menjadi
bungkuk, pendengaran berkurang, penglihatan kabur, sehingga menimbulkan keterasingan.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan Fungsi dan Potensi Seksual Perubahan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, vaginitis, baru selesai operasi prostatektomi,
kekurangan gizi karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obatan tertentu antihipertensi, golongan
steroid, tranquilizer, dan faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan
masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya,
pasangan hidup telah meninggal dunia, dan disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas,
depresi, pikun, dan sebagainya. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan fungsi psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik konatif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
Universitas Sumatera Utara
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif Construction Personality, biasanya
tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri Independent Personality, pada tipe ini
biasanya ada kecenderungan mengalami Post Power Syndrome. Apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang
dapat memberikan otonomi pada dirinya. c.
Tipe Kepribadian Tergantung Dependent Personality, pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan
yang ditinggalkan akan menjadi merana. Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan Hostility Personality, pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi berantakan.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri Self Hate Personality, pada lansia
tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya
karena pensiun sering diartikan kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri.
Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatanm gerak fisik,
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil Kuntjoro, 2002.
1.5. Masalah kesehatan pada lansia