1.3 Teori-teori penuaan
Terdapat banyak teori tentang penuaan yaitu teori biologis dan teori kejiwaan sosial. Teori-teori biologis terdiri dari teori sintesis protein, teori
keracunan oksigen, teori sistem imun, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori reaksi dari kekebalan sendiri dan lain-lain. Teori-teori kejiwaan sosial
terdiri dari teori pengunduran diri, teori aktivitas, teori subkultur, dan teori kepribadian berlanjut.
1.3.1. Teori Biologis
Teori seluler. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan sel yang hanya
dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah sekitar 50 kali. Bila sebuah sel pada lansia dilepas
dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit Spence Mason 1992, dalam Watson,
2003. Pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, justru kemampuan sel akan menurun sesuai dengan
bertambahnya usia Boedhi Darmojo Nugroho, 2000; Watson, 2003. Sedangkan pada sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada
jaringan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami
penuaan dan memiliki kemampuan yang rendah untuk tumbuh dan memperbaiki diri dan sel dalam tubuh seseorang ternyata cenderung
mengalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati karena sel tidak dapat
membelah lagi Watson, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Teori sintesis protein. Teori sintesis protein menyatakan bahwa proses
penuaan terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Observasi dapat dilakukan pada jaringan
seperti kulit dan kartilago, hal ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa
protein terutama kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit dibuat oleh tubuh dengan struktur yang berbeda dengan protein tubuh orang yang lebih
muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elstin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia,
perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya akan cenderung berkerut Tortora Anaqnostakos 1990 dalam Watson, 2003.
Teori keracunan oksigen. Teori ini menyatakan bahwa adanya sejumlah
penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi tanpa
mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan untuk mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan
dan terjadi kesalahan genetik Tortora Anaqnostakos 1990 dalam Watson, 2003. Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungan yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Konsekuensi dari
kesalahan genetik adalah adanya penurunan repsoduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal
ini dapat menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh Watson, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Teori sistem imun. Teori ini mengemukakan kemampuan sistem imun
mengalami kemunduran, walaupun demikian kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berdistribusi dalam proses penuaan. Hal ini dimanifestasikan dengan meningkatnya infeksi autoimun dan kanker Watson,
2003.
Teori radikal bebas. Nugroho 2000 menyatakan bahwa dalam teori
terjadi ketidakstabilan radikal bebas sehingga oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak mampu
lagi beregenerasi. 1.3.2.
Teori Kejiwaan Sosial Teori pengunduran diri. Teori ini menyatakan bahwa saat lanjut usia
terjadi pengunduran diri yang mengakibatkan penurunan interaksi antara lanjut usia dengan lingkungan sosialnya Cummins and Henry 1961 dalam
Suriadi, 1999.
Teori kegiatan. Teori ini menyatakan bahwa pada saat seseorang
menginjak usia lanjut, maka mereka tetap mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama seperti pada masa-masa sebelumnya. Mereka tidak ingin
mengundurkan diri dari lingkungan sosialnya. Lansia yang aktif melaksanakan peranan-peranannya di masyarakat akan mencapai usia lanjut yang optimal.
Teori kepribadian berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki lansia tersebut Kuntjoro, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan-perubahan tersebut akan berdampak terhadap sistem muskuloskeletal yang merupakan komponen struktur yang utama, dimana
sistem ini mengalami perubahan dalam muskulature yaitu otot yang mengecil serta progresif atrofi dan tulang kehilangan kalsium secara progresif
dekalsifikasi Tortora Anaqnostakos 1990 dalam Watson, 2003. Perubahan yang lambat akan membuat tulang pada lansia lebih mudah fraktur
karena penurunan elastisitas sendi yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam sintesis kolagen yang cenderung mengalami kerusakan Watson, 2003.
1.4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia