Etiologi Diagnosis Perjalanan Penyakit

1.7.1. Etiologi

Sebab penyakit pada lansia ini pada umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini umpamanya disebabkan karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua. Sel-sel parenkim banyak diganti dengan sel-sel penyangga jaringan fibrotik, produksi hormon yang menurun, produksi enzim menurun dan sebagainya. Dalam rangka ini juga produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh seorang tua akan mundur. Maka dari itu faktor penyebab infeksi eksogen akan lebih mudah hinggap. Di negara-negara maju karena faktor infeksi ini secara keseluruhan telah jarang ditemui, penyakit infeksi pada penderita lansia pun juga jarang sekali dijumpai. Di negara-negara berkembang justru masih banyak penyakit infeksi pada golongan anak-anak dan lansia. Selain itu, etiologi penyakit pada lansia ini seringkali tersembunyi, sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Seringkali untuk menegakkan diagnosis kita memerlukan mengobservasi penderita agak lama sambil mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya, yang juga seringkali tidak nyata. Seringkali sebab penyakit tadi bersifat ganda multiple dan kumulatif, terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya. Dapat diharapkan bahwa di negara berkembang patologi multipel ini lebih menonjol lagi, karena pengaruh faktor endogen dan eksogen secara bersama-sama.

1.7.2. Diagnosis

Diagnosis penyakit pada lansia ini pada umumnya lebih sukar daripada usia remaja dewasa, karena seringkali tidak khas gejalanya. Selain itu, Universitas Sumatera Utara keluhan-keluhannya pun tidak khas dan tidak jelas, dan tidak jarang asimtomatik. Sebagai contoh, pada appendicitis acuta pada lansia seringkali tidak disertai nyeri pada titik Mc Burney yang khas, tetapi hanya dengan tanda-tanda perut kembung ataupun diare.

1.7.3. Perjalanan Penyakit

Pada umumnya perjalanan penyakit lansia ini adalah kronik menahun, diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain itu, penyakitnya bersifat progresif dan sering menyebabkan kecacatan lama sebelum akhirnya penderita meninggal dunia.

2. Kualitas hidup.

2.1. Defenisi kualitas hidup.

Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari Donald, 2001. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki-lakiwanita dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana laki- lakiwanita itu tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan mereka kepada karakteristik lingkungan mereka WHO, 1994. Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati kemungkinan dalam hidupnya, kenikmatan tersebut memiliki dua Universitas Sumatera Utara