Keterbatasan Emosional Kesehatan Mental

mengganggu aktivitas sosial lansia seperti berkumpul dengan keluarga, teman, dan tetangga. Sebanyak 20 responden 37.0 menjawab sedikit mengganggu. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Kuntjoro 2002 yang menyebutkan bahwa pada umumnya lansia yang memiliki kelurga bagi orang- orang kita budaya ketimuran masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut menbantu dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.Sedangkan nilai terendah di dapat dari pertanyaan nomor 32, seberapa sering kesehatan fisik dan masalah emosional mempengaruhi aktifitas sosial lansia seperti mengunjungi teman. 16 responden 29.6 menjawab hamppir selalu. Menurut Kuntjoro 2002 menyatakan bahwa untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Ini termasuk jenis dukungan sosial yakni integrasi sosial memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian, serta melakukan kegiatan yang sifatnya kreatif secara bersama-sama. Teori lain yang mendukung menurut Rachmie 2008 menyatakan bahwa dengan berkumpul bersama orang seusia, diharapkan satu sama lain bisa menyemangati. Mereka bisa curhat mengenai kondisi fisik atau masalah lainnya dengan teman satu komunitas tersebut. Aktivitas itu mungkin bisa meringankan beban pikiran lansia tersebut

2.7. Keterbatasan Emosional

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 54 responden didapatkan mean sebesar 74.69 dalam rentang 0 – 100. Nilai tertinggi didapat dari pertanyaan Universitas Sumatera Utara nomor 17, apkah lansia mengalami beberapa masalah emosi seperti merasa sedihtertekan atau cemas sehingga menghabiskan seluruh waktunya untuk melakukan pekerjaan atau aktifitas lain. Sebanyak 49 responden 90.7 menjawab tidak. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang di katakan Nurachman, 1999 lansia yang sedih dan tertekan yaitu merasa tidak berguna, tidak berdaya, cemas yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya. Teori lain mengatakan bahwa kecemasan dan kegagalan yang terjadi disebabkan oleh adanya ancaman terhadap perubahan pada status kesehatan, sosial, ekonomi, fungsi peran dan hubungan dengan orang lain. Doengoes, Moorhouse 1999. Sedangkan nilai terendah didapat dari pertanyaan nomor 19 , dalam melakukan pekerjaaan lansia tidak berhati-hati sebagaimana biasanya. Sebanyak 20 responden 37.0 menjawab ya. Sesuai dengan yang dikatakan Papalia 2001 yang menyebutkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia mengakibatkan dirinya tidak dapat mengerjakan berbagai aktifitas atau sebaik pada masa muda dulu.

2.8. Kesehatan Mental

Hasil penelitian yang di lakukan terhadap 54 responden didapatkan mean sebesar 63.11 dalam rentang 0 – 100. Nilai tertinggi didapat dari pertanyaan nomor 25, apakah lansia merasa tertekan. Sebanyak 19 responden 35.2 menjawab tidak pernah. Hal ini berbeda dengan yang dikatakan kuntjoro 2002 bahwa akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badanya menjadi bungkuk, pendengaran berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan Universitas Sumatera Utara keterasingan. Sedangkan nilai terendah didapat dari pertanyaan nomor 24, apakah lansia merasa gugup. Sebanyak 12 responden 16.7 menjawab cukup sering. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Anderson 1997 bahwa dukungan usaha koping adaptif, ini juga didukung oleh Jong 2004 yang menyatakan pekerjaan yang berguna, menyenangkan, dan bantuan keuangan atau barang-barang merupakan dukungan penting. Teori lain mengatakan bahwa lansia akan berusaha menurunkan ketegangan dengan cara mencari ketenangan seperti relaksasi dan meditasi. Niven,2000. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi mengenai deskripsi dari kualitas hidup lansia dengan penyakit kronis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan sebagai berikut:

1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 54 orang responden lansia di RSUP H. Adam Malik Medan ini merupakan penelitian kualitas hidup dengan penyakit kronis. Dari hasil penelitian ini mean kualitas hidup untuk subvariabel fungsi fisik mean = 47.21, keterbatasan fisik mean = 36.11, nyeri tubuh mean = 50.69, kesehatan secara umum mean = 31.77, vitalitas mean = 46.39, fungsi sosial mean = 50.28, keterbatasan emosional mean = 74.69, kesehatan mental mean = 63.11. Subvariabel keterbatasan emosional merupakan tingkatan dengan mean tertinggi, terutama didukung oleh pernyataan apakah lansia mengalami beberapa masalah emosi seperti merasa sedihtertekan atau cemas sehingga menghabiskan seluruh waktunya untuk melakukan pekerjaan atau aktifitas lain 90.7 mengatakan tidak. Sedangkan subvariabel kesehatah secara umum mendapat mean terendah terutama didukung oleh pernyataan apakah lansia mudah menderita sakit dan apakah kesehatan lansia semakin memburuk, 35.2 mengatakan benar. 57 Universitas Sumatera Utara