dapat dilihat bahwa penurunan suku bunga deposit tersebut berdampak positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan.
4.5. Tingkat Bunga Kredit Sumatera Utara
Perkembangan suku bunga kredit tertimbang di Sumatera Utara terus berubah dan fluktuatif pada periode 2001-2008 dengan tren yang menurun, kecuali pada tahun
2002 dan tahun 2008 suku bunga kredit mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Perkembangan suku bunga kredit tertimbang di Sumatera Utara dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 4.5. Perkembangan Suku Bunga Kredit Tertimbang Sumatera Utara No
Tahun Tingkat Bunga Kredit Tertimbang
1 2001
15.89 2
2002 16.51
3 2003
14.39 4
2004 12.74
5 2005
12.71 6
2006 12.76
7 2007
11.83 8
2008 13.43
Sumber: Bank Indonesia Medan, 2009 Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa suku bunga kredit terendah
selama periode 2001-2008 terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 11,83, sedangkan suku bunga kredit tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 16,51. Menurut
Manurung dan Manurung, 2009 tingkat suku bunga kredit yang berubah-ubah salah
Universitas Sumatera Utara
satunya disebabkan oleh biaya intermediasi perbankan, intervensi pemerintah melalui tingkat bunga SBI, dan kondisi perbankan dan perekonomian nasional.
Kondisi perbankan dan perekonomian seperti likuiditas perbankan, dan keadaan perekonomian masyarakat akan mengganggu kemampuan perbankan untuk
menjalankan fungsi intermediasi. Kondisi perekonomian yang kondusif akan membantu menciptakan suku bunga yang stabil dan tidak terlalu tinggi.
4.6. Tingkat Giro Wajib Minimum GWM
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah penawaran uang beredar oleh bank sentral ialah melalui kredit perbankan, yaitu melalui pengendalian reserve
bank-bank alat-alat likuid yang terdiri dari kas dan rekening giro bank-bank. Giro wajib minimum merupakan salah satu instrumen bank sentral mengendalikan kondisi
moneter. Pemenuhan giro wajib minimum dihitung dari dana pihak ketiga sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia PBI No.615PBI2004, PBI
No.729PBI2005, dan PBI No.749PBI2005 yang mempersyaratkan GWM terdiri dari 5 GWM utama, ditambah 0-3 dari besaran DPKaset dan 0-5 dari tingkat
LDR serta 3 untuk GWM valas untuk bank devisa. Ketentuan tersebut diubah dengan latar belakang krisis ekonomi global yang berpotensi menimbulkan likuiditas
keuangan melalui PBI No.1019PBI2008 dan PBI No.1025PBI2008 yang berlaku Tanggal 24 Oktober 2008 yang mengatur pemenuhan GWM menjadi sebesar 7,5
yang terdiri dari 5 GWM utama dan 2,5 GWM sekunder serta 1 untuk GWM valas. Perkembangan tingkat giro wajib minimum dapat dilihat dari tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Jumlah Giro Wajib Minimum Perbankan Tahun 2001-2008 No
Tahun Jumlah GWM Milyar Rp
1 2001
54,049 2
2002 41,139
3 2003
44,047 4
2004 40,403
5 2005
93,804 6
2006 117,924
7 2007
158,452 8
2008 78,405
Sumber: Bank Indonesia Medan, 2009 Dari tabel di atas dapat diketahui perkembangan jumlah giro wajib minimum
reserve requirement yang harus disediakan oleh bank-bank umum untuk memenuhi ketentuan bank sentral. Jumlah giro wajib minimum tertinggi selama periode 2001-
2008 terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp.158.452 milyar dan terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp.40.403 milyar.
4.7. Analisa Estimasi dengan Menggunakan Metode Generalized Least