Kualitas dan Risiko Kredit

Dalam meningkatkan fungsi intermediasinya, pihak bank juga merasa perlu mengambil beberapa kebijakan. Perbankan menilai penurunan bunga kredit masih merupakan urutan utama yang perlu dilakukan dalam penyaluran kredit. Bagi perbankan, masih tingginya BI rate menyebabkan perbankan tetap mempertahankan suku bunga kredit yang tinggi. Apabila Bank Indonesia menurunkan BI rate, maka perbankan akan lebih berusaha meningkatkan penerimaan bunga kredit daripada menempatkan dana pada SBI. Kebijakan moneter mempengaruhi permintaan aggregat secara langsung melalui tersedianya kredit perbankan. Kebijakan moneter yang kontraktif, sebagai contoh, akan menurunkan suplai kredit perbankan karena menurunnya cadangan bank dan biaya dana yang menjadi mahal. Dengan asumsi bahwa mayoritas pendanaan investasi perusahaan berasal dari kredit perbankan yaitu kredit perbankan tidak bersubstitusi sempurna dengan bentuk pendanaan lainnya, misalnya commercial paper, corporate bonds, dll, kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi jumlah kredit perbankan secara langsung akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi Agung, dkk, 2001.

2.5. Kualitas dan Risiko Kredit

Terganggunya pertumbuhan kredit perbankan dapat terjadi karena lemahnya permintaan kredit, lemahnya penawaran, atau keduanya. Gangguan pada sisi permintaan dapat berupa menurunnya kualitas nasabah kredit, tingginya suku bunga yang melebihi kemampuan membayar nasabah, dan masih tingginya risiko berusaha Universitas Sumatera Utara sehingga nasabah belum berani memulai usahanya. Sementara, gangguan pada sisi penawaran dapat berupa keterbatasan permodalan bank, ketersediaan loanable fund, permasalahan NPLs bank, dan keengganan bank untuk menyalurkan kredit yang terkait dengan tingginya risiko dunia usaha Agung dkk, 2001. Kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah jika pengembaliannya terlambat dibandingkan jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali. Kredit tak lancar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Klasifikasi tentang kredit-kredit tak lancar ini ditetapkan berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No. 2312BPPP, Februari 1991 Manurung dan Rahardja, 2004. Kredit bank menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bunga, mengangsur serta melunasi pinjamannya kepada bank. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut oleh waktu pembayaran bunga, pembayaran angsuran, maupun pelunasan pokok pinjaman, dan diperinci sebagai berikut: 1. Kredit lancar Pass. Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria: a pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat waktu; dan b memiliki mutasi rekening yang aktif; atau c bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai cash collateral. 2. Dalam perhatian khusus Special Mention. Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria: a terdapat Universitas Sumatera Utara tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui sembilan puluh hari; atau b kadang-kadang terjadi cerukan; atau c mutasi rekening relatif aktif; atau d jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e didukung oleh pinjaman baru. 3. Kurang lancar Substandard. Kredit yang digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria: a terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui sembilan puluh hari; atau b sering terjadi cerukan; atau c frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau d terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikanlebih dari sembilan puluh hari; atau e terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah; atau f dokumentasi pinjaman yang lemah. 4. Diragukan Doubtful. Kredit digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria: a terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b terjadi cerukan yang bersifat permanen c terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d terjadi kapitalisasi bunga; atau e dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5. Macet Loss. Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria: a terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau b kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau c dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar Rivai dan Veithzal, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.6. Proses Money Multiplier dan Angka Pengganda Kredit