Pengertian Sistem Pengendalian Intern

31 pahami mengenai sistem pengendalian intern bagi suatu entitas atau organisasi, yaitu: 1. Sistem pengendalian intern merupakan management responsibility. Bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasiperusahaan adalah manajemen lebih tegasnya lagi top managementdireksi, karena dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top management dapat mengharapkan kebijaksanaanya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan pencatatan berjalan baik. 2. Sistem pengendalian intern haruslah bersifat generik, mendasar dan dapat diterapkan pada tiap perusahaan pada umumnya tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal yang bersifat dasar yang berlaku umum. Jadi, asumsinya kontrol internal adalah independen dari metode proses datanya, artinya; control objectives harus didesain tanpa dikaitkan secara khusus dengan jenis sistem pengolahan datanya. 3. Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance, artinya tingkat rancangan yang kita desain yang paling optimal. Sistem pengendalian yang baik ialah bukan yang paling maksimal, apalagi harus mempertimbangkan keseimbangan cost benefit-nya. Asumsi ini menyatakan bahwa ”there is no a ferfect internal control system”. 32 4. Sistem pengendalian intern memiliki keterbatasan-keterbatasan constraints. Misalnya sebaik-baiknya kontrol tetapi kalau pegawai yang melaksanakannya tidak cakap, atau kolusi, maka tujuan pengendalian itu mungkin tidak tercapai. 5. Sistem pengendalian intern harus selalu terus menerus dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi Suatu organisasi atau entitas bisnis perusahaan memerlukan sistem pengendalian intern karena beberapa alasan, menurut Gondodiyoto 2009:132 ada beberapa alasan sebagai berikut: 2. Kewajiaban hukum, karena perusahaan memang diwajibkan mandatory oleh aturan atau peraturan-peraturan legal misalnya aturan Badan Pengelola Pasar Modal, atau bahkan undang-undang untuk menyusun struktur pengendalian intern. 3. Struktur pengendalian intern perusahaan ialah kebutuhantanggung jawab direksi the board suatu perusahaan it is management’s responsibility to maintain adequate internal contros IC. b. Faktor-Faktor Pentingnya Sistem Pengendalian Intern Pentingnya sistem pengendalian intern tidak hanya berkaitan dengan akuntansi finacial audit and realible financial reports, tetapi juga terkait dengan corporate strategies dan memberi peluang auditor internal untuk memberi sumbangan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Gondodiyoto 2009:135 faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem pengendalian intern antara lain: 33 1. Business Reason of Strong Intrernal controls Alasan dari organisasi bisnis ialah management objectives tujuan atau kepentingan pimpinan perusahaan. Perkembangan kegiatan dan besaran skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, sistem dan prosedur suatu organisasi makin rumit. 2. Tanggung jawab utuma untuk melinduangi aset organisasi, mencegah dan menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan- kecurangan terletak pada manajemen, sehingga manajemen harus mengatur sistem pengendalian intern yang sesuai untuk memenuhi tanggungj awab tersebut. 3. Pengawasan oleh lebih satu orang saling cek merupakan cara yang tepat untuk menutup kecurangan-kecurangan yang biasa terjadi pada manusia. Saling cek merupakan salah satu karakteristik sistem pengendalian intern yang baik. 4. Alasan Legal Sistem pengendalian intern yang baik mendorong kebutuhan atau diikutinya compliance terhadap laws dan regulations, khususnya yang berkaitan dengan intellectual property. 5. Pengawasan yang ”built-in” langsung pada sistem berupa pengendalian intern yang baik dianggap lebih tepat dari pada pemeriksaan secara langsung dan detail oleh pemeriksa khususnya yang berasal dari luar organisasi. 34 Betapa pentingnya sistem pengendalian intern pada perusahaan, meskipun dibuat dengan cermat, tidak selalu mencapai tujuan yang diinginkan. Meskipun kontrol dirancang untuk membantu manajer melakukan pekerjaannya dengan baik, banyak manajer memandang kontrol sebagai ancaman, hal ini menjadi sebuah tantangan. Menurut Aldag dan Stearns dalam Sawyer 2005:95 mendefinisikan empat reaksi negatif terhadap faktor pentingnya sistem pengendalian intern pada perusahaan, yaitu: 1. Dianggap sebagai permainan, kontrol dilihat sebagai sebuah tantangan, sesuatu yang harus dikalahkan, bukan sebagai alat yang berguna bagi manajemen. 2. Dianggap objek sabotase, pegawai berusaha untuk merusak sistem kontrol, kebingungan, dan merancang proyek dengan karakteristik yang kompleks. Tujuannya adalah untuk membantu sistem tidak beroperasi, tidak dapat diandalkan, dan terlalu rumit. 3. Informasi yang tidak akurat, manajer memanipulasi informasi untuk membuat dirinya dan unitnya kelihatan lebih baik atau menciptakan data yang salah sehingga kontrol tidak beroperasi. 4. Ilusi kontrol, hal ini manajer memberikan kesan bahwa sistem kontrol memang berfungsi. Padahal sistem kontrol tersebut diabaikan atau disalahartikan. Hasil yang baik dikatakan sebagai hasil dari sistem, hasil yang tidak baik dikatakan bersumber dari kondisi yang tidak biasa yang berada diluar sistem. 35 c. Komponen Sistem Pengendalian Intern Model framework menurut COSO dalam Gondodiyoto 2009:154 ada lima komponen yang saling berhubungan yang akan menunjang pencapaian tujuan perusahaan yaitu: 1. Lingkungan pengendalian control environment Lingkungan pengendalian merupakan hal dasar fondasi yang meliputi faktor-faktor integrity, dan ethical values of management, kompetensi personil, management filosofiy and operating style, bagaimana delegasi tanggung jawab responsibility dan wewenang authority dijalankan, serta pimpinan sebagai panutan. 2. Penaksiran risiko risk assessment Proses ini merupakan identifikasi analisis resiko yang dapat menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan, serta menentukan cara bagaimana resiko tersebut ditangani. Pada tahap ini terdapat cost-benefit consideration yang memperhitungkan cost dan benefit yang akan dihasilkan dari suatu penerapan control. Artinya, jika biaya untuk pengendalian intern terlalu besar, maka sistem pengendalian intern tersebut sudah tidak punya makna positif lagi. 3. Aktivitas pengendalian control activities Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannnya kebijakan manajemen dan bahwa risiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga membantu 36 memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk penanganan resiko telah dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, misalnya: financial performance review, rekonsiliasi, system control, physical control, pemisahan tugas, dan verifikasi. 4. Informasi dan komunikasi information and Communication Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi. Sistem informasi hendaknya terintegrasiterpadu integrated systems dan menjamin kebutuhann terhadap kualitas data yang memiliki karakteristik; berhubungan dengan sasaran, akurat dan terinci, dan mudah dipahamidigunakan. Sedangkan komunikasi mambahas mengenai perlunya penyampaian semua hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan pimpinan kepada seluruh angggota organisasi. Semua pegawai harus paham tentang kondisi perusahaan, kebijakan pimpinan tentang internal control, competitive dan kondisi ekonomi. Contohnya kewajiban dan tanggung jawab karyawan terhadap pengendalian intern harus dikomunikasikan dengan jelas dan tertulis. 5. Pemantauan Monitoring Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas dari kinerja sistem dan internal control dari waktu kewaktu, yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan melakukan evaluasi secara terpisah. Pada hakekatnya terdapat dua mekanisme 37 pemantauan, yaitu: a yang bersifat langsung dilakukan oleh masing-masing atasan pihak yang bersangkutan berdasarkan jenjang hirarki jabatan, dan b pengawasan yang dilakukan oleh fungsi audit. Ditinjau dari sifatnya, menurut Gondodiyoto 2009:137 sistem pengendalian dapat dibedakan dalam berbagai segi pandang pengelompokan, antara lain: 1. Pengendalian intern digolongkan dalam preventive, detection, and corrective a Preventive controls, yaitu pengendalian intern yang dirancang dengan, maksud untuk mengurangi kemungkinan atau mencegahmenjaga jangan sampai terjadi kesalahan kekeliruan, kelalaian, error maupun penyalahgunaan kecurangan, fraud. b Detection controls, adalah pengendalian yang didesain dengan tujuan agar apabila data terekam di-entry dikompresi dari media sumber media input untuk ditransfer ke sistem komputer dapat dideteksi bila terjadi kesalahan maksudnya tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. c Correction controls, ialah pengendalian yang sifatnya jika terdapat data yang sebenarnya error tetapi tidak terdeteksi oleh detection control atau program validasi, harus ada 38 prosedur yang jelas tentang bagaimana melakukan pembetulan terhadap data yang salah dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan kerugian kalau kesalahan penyalahgunaan tersebut sudah benar-benar terjadi. 2. Pengendalian intern digolongkan dalam general controls dan special atau application controls. General controls adalah pengendalian yang berlaku untuk seluruh kegiatan komputerisasi pada suatu organisasi atau pengendalian yang tidak terkait langsung ke suatu aplikasi tertentu. Sedangkan application controls adalah pengendalian yang dirancang khusus untuk aplikasi tertentu atau sering disebut pengendalian perspektif teknis, pengendalian transaksi yang didesain berkaitan dengan aplikasi tertentu. 3. Pengendalian intern dikelompokkan dalam pengendalian yang bersifat wajib mandatory, hal ini menyangkut aturan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang harus dipatuhi, dan pengendalian yang bersifat opsional, hal ini jika tidak ada peraturan dari instansi pemerintah. d. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Dengan Sistem Pengendalian Intern Salah satu konsep yang diterima secara luas dalam teori dan praktek auditing ialah pentingnya pemahaman auditor terhadap sistem informasi dari klien termasuk sistem pengendalian internnya. Pengendalian intern merupakan keseluruhan mekanisme yang merupakan bagian integral dari sistem dan prosedur kerja suatu organisasi, dan disusun sedemikian 39 rupa untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi sudah sesuai dengan yang seharusnya. Menurut Gondodiyoto 2009:141 banyak pihak yang berkepentingan dengan sistem pengendalian intern, diantaranya yaitu: 1. Manajemen perusahaan Pihak manajemen orgasnisasiperusahaan berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern, karena sistem pengendalian intern perusahaan pada dasarnya adalah tanggung jawab manajemen puncak top management. Sestem pengendalian intern membantu Board of Director dalam: a Menyediakan data handal untuk pengelolaan data perusahaan. b Pengamanan aset dan catatan akuntansi entitasperusahaan. c Mendorong meningkatnya efisiensi operasional. d Mendorong ketaatan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan. e Merupakan aturan yang umum yang harus dijalankan perusahaan. 2. Dewan komisaris, auditor intern, dan sebagainya. 3. Para karyawan perusahaan karena sistem pengendalian intern itu berfungsi sebagai; a Merupakan aturan umum yang harus dijalankan perusahaan. 40 b Merupakan pedoman kerja apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. 4. Regolator body badan pengatur pemerintahan atau ikatan profesi. 5. Auditor ekstern independen. Bagi auditor, pemahaman terhadap penegendalian intern mempunyai manfaat: a Untuk mempermudah dalam melakukan studi terhadap sistem informasi dari klien yang diaudit. b Untuk penetapan resiko yang dihadapi sebagai auditor. c Sebagai indikator untuk menentukan pendapatnya terhadap keterandalan sistem yang diaudit. e. Tujuan Sistem Pengendalian Intern Menurut Gondodiyoto 2009:145 tujuan dirancangnya sistem pengendalian intern dari kaca pandang terkini dan yang sudah mencakup lingkup yang lebih luas bukan hanya dari segi pandang akuntansi saja pada hakekatnya adalah: 1. Pencatatan, pengolahan data dan penyajian informasi yang dapat dipercaya. 2. Mengamankan aktiva perusahaan. 3. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi operasional. 4. Mendorong pelaksanaan kebijakan dan peraturan hukum yang ada Sistem pengendalian intern yang terbaik adalah bukan struktur pengendalian yang seketat mungkin secara maksimal, melainkan 41 optimal. Suatu pengendalian intern yang baik dalam perusahaan akan memberikan keuntungan sangat berarti bagi perusahaan itu sendiri, karena: 1. Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi, sehingga akan menghasilkan laporan yang benar. 2. Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan penggelapan-penggelapan. 3. Kegiatan orgasnisasi akan dapat dilaksanakan dengan efisien. 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan. 5. Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian substantif atas bahan buktidata perusahaan yang cukup besar oleh akuntan publik. Menurut Suherli 2005:55 sistem pengendalian intern harus memberikan keyakinan bahwa seluruh teransaksi telah mendapat otioritas dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan serta pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Ada lima tujuan sistem pengendalian intern atas seluruh transaksi, yaitu: 1. Otoritas wewenang Setiap transaksi harus mendapat otorisasi semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan perusahaan, dalam keadaan dan masalah- masalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus. 42 2. Pencatatan Pencatatan atas transaksi harus dilakukan sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap. 3. Perlindungan Harta fisik berwujud tidak boleh berada dibawah pengawasan atau penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab. Dalam hal ini pengendalian intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun. 4. Rekonsiliasi Secara kontinyu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan misalnya memcocokan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan barang fisik digudang. 5. Penilaian Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian untuk seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalved atas harta tersebut. Selanjutnya Gondidiyoto 2009:140 menyebutkan adanya keterbatasan pada sistem pengendalian intern, antara lain sebagai berikut: 1. Persekongkolan kolusi Pengendalian intern mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindari sejauh mungkin, misalnya dengan mengharuskan giliran 43 bertugas, larangan dalam menjalankan tugas-tugas yang bertentangan oleh mereka yang mempunyai hubungan kekeluargaan, keharusan mengambil cuti dan seterusnya. Akan tetapi pengendalian intern tidak dapat menjamin bahwa persekongkolan tidak terjadi. 2. Perubahan Struktur pengendalian intern pada suatu organisasi harus selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan kondisi dan teknologi. 4. Kelemahan manusia Banyak kebobolan yang terjadi pada sistem pengendalian intern yang secara teoritis sudah baik. Hal tersebut sudah terjadi karena lemahnya pelaksanaan yang dilakukan oleh personel yang bersangkutan. Oleh karena itu personil yang paham akan kompeten untuk menjalankannya merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengendalian intern. 5. Azas biaya manfaaat Pengendalian juga harus mempertimbangkan biaya dan kegunaanya. Biaya untuk mengendaliakan hal-hal tertentu mungkin melebihi kegunaanya, atau manfaat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan cost benefit analysis. 44

B. Perumusan Hipotesis

Dari penjelasan di atas, mengenai auditor internal dan sistem pengendalian intern, maka peneliti menentukan hipotesis yang akan diteliti lebih lanjut yaitu: Ha 1 : Independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern. Ha 2 : Independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.

C. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dari penelitian yang berjudul ”Pengaruh Kualitas Jasa Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern: Studi Kasus Pada PT. PLN Persero Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali di Jakarta Selatan” adalah sebagai berikut: 45 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keahlian Profesional X2 PENGUJIAN DALAM PENELITIAN Uji Analisis Deskriptif Uji Kualitas Data dengan Uji Validitas Data dan Uji Reliabilitas Data Uji Kelayakan Data dengan Uji Multikoleniaritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Normalitas Uji Hipotesis dengan Uji tabel t-student dan Uji tabel FGlobal SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL Y Lingkungan pengendalian control environment Penaksiran risiko risk assessment Aktivitas pengendalian Control activities Informasi dan komunikasi information communication Pemantauan monitoring Independensi X1 Lingkup Kerja Pemeriksaan X3 KESIMPULAN H1 : Independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern H2 : Independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern Pengukuran Kualitas Jasa Auditor Internal Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan X4 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan sebagai variabel independen, dan sistem pengendalian intern sebagai variabel dependen. Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah PT. PLN Persero Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali disingkat menjadi PT. PLN Persero P3B Jawa Bali. Sampel yang diteliti dari populasi adalah auditor internal, dan pengawas pelaksana sistem pengendalian intern lainnya seperti supervisor, deputy manajer, dan manajer bidang.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode Purposive Random Sampling Method. Menurut Sugiyono 2006:95 Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Karena penelitian tentang kualitas auditor internal, maka sampel yang diteliti sebagai sumber data adalah responden yang bekerja sebagai auditor internal, supervisor, deputy manajer, dan manajer bidang yang secara langsung mengawasi sistem pengendalian intern. Penentuan sampel penelitian dilakukan terhadap responden yang ada pada delapan bidang yaitu bidang perencanan, bidang teknik penyaluran, bidang umum, bidang pengembangan penyaluran, bidang operasi sistem, bidang keuangan, bidang umum, bidang SDM dan organisasi, dan auditor internal di PT. PLN Persero P3B Jawa Bali. 46 47

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan turun langsung kelapangan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai obyek penelitian yang diteliti, dan teknik yang digunakan adalah: a. Angket Kuesioner Daftar pertanyaan atau kuesioner yaitu serangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, setiap pertanyaan yang diajukan memiliki jawaban dan arti dalam pengujian hipotesis. Kuesioner di distribusikan secara langsung. b. Wawancara Wawancara yaitu rangkaian tanya jawab yang berhubungan dengan penelitian kepada beberapa responden untuk mendapatkan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Cara mendapatkan data sekunder, penulis mengumpulkan data melalui penelitian ke perpustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur, artikel, jurnal, buletin dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain dari perpustakaan, penulis mendapatkan referensi jurnal dan buletin dari on line internet.

Dokumen yang terkait

Kedudukan Dan Fungsi Internal Auditor Pada PT. Sidharta Husada Medan

0 32 81

Analisis penerapan firewall sebagai sistem keamanan jaringan pada PT. PLN (Persero) penyaluran dan pusat pengatur beban Jawa - Bali (P3B)

7 25 137

Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran Biaya Administrasi Dan Umum Pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Region Jawa Barat

0 8 1

Tinjauan Atas Pelaksanaan Pajak PPH Pasal 21 Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat

0 4 36

Tinjauan Atas Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Regional Jawa Barat

7 33 91

Penyusunan anggaran pelaksanaan cuti besar dan cuti tahunan pada PT.PLN (persero) penyaluran dan pusat pengaturan beban (3B) Jawa Bali Region Jawa Barat : laporan kerja praktek

0 2 1

Pemeliharaan sistem penyaluran tenaga listrik di PT.PLN (persero) penyaluran dan pusat pengatur beban Jawa-Bali sektor Priangan

0 3 1

Tinjauan Atas Analisis Laporan Keuangan Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat

0 2 1

Efektivitas peran auditor internal di uin syarif hidayatullah jakarta yang ditunjukkan oleh pp no 60 tahun 2008: “sistem pengendalian intern pemerintah (spip)”

0 2 14

PENGARUH IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) TERHADAP KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN KINERJA INDIVIDU KARYAWAN PADA PT PLN. (PERSERO) UNIT PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (UP3B) SUMATERA BAGIAN SELATAN -

0 0 185