Ruang Lingkup Yang Mempengaruhi Jasa Auditor Internal

22 2 Tidak menggunakan informasi untuk kepentingan pribadi atau dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan hukumaturan, etika, danatau yang dapat merugikan tujuan organisasi. d. Kompetensi competence yaitu internal auditor selalu menjagamenerapkan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya dalam pelaksanaan tugas, dimensiunya antara lain: 1 Melaksanakan tugas yang sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannnya. 2 Melaksanakan tugas sesuai dengan Standard for the Professional Practice of Internal Auditing. 3 Selalu meningkatkan proficiency, effectiveness, dan kualitas jasa yang diberikannya. 2. Rules of conduct merupakan penjabaran sekaligus pedoman pelaksanaan praktis principles, yaitu aturan norma perilaku yang seharusnya bagi interrnal auditor. b. Standar Profesi Auditor Internal Kode Etik yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal dalam Tunggal 2010:20 ada sepuluh standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal di Indonesia yang menguraikan penjabaran dari rules of conduct yang berkaitan dengan 23 prinsip integritas, obyektivitas dan kompetensi. Kesepuluh standar perilaku auditor internal tersebut yaitu: 1. Auditor internal harus menunjukan kejujuran, objektivitas dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya. 2. Auditor internal harus menunjukan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum. 3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya. 4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara obyektif. 5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya, yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesinya. 6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya. 24 7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal. 8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia i untuk mendapatkan keuntungan pribadi, ii secara melanggar hukum, iii yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya. 9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus menggunakan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat i mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau ii menutupi adanya praktek- praktek yang melanggar hukum. 10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan. Menurut Effendi 2007:5 tujuan dari Standar Profesi Auditor Internal SPPIA adalah: 1. Menggambarkan dengan jelas bahwa prinsip dasar dari pelaksanaan internal audit diterapkan. 2. Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas internal audit yang lebih luas dengan nilai tambah. 3. Menetapakan basis pengukuran pada pelaksanaan internal audit 25 4. Membantu perkembangan organisasi dalam proses operasinya. Sedangkan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai auditor internal, tentunya staf auditor internal memerlukan norma pemeriksaan intern sebagai pedoman dan ketentuan dalam menjalankan tugasnya. Menurut Institut of Internal Auditors IIA yang dikutif oleh Boyton dan Kall dalam Yadyana 2008:3 terdapat lima standar umum praktik pemeriksaan yang meliputi masalah-masalah: 1. Independensi. 2. Keahlian professional. 3. Lingkup kerja pemeriksaan. 4. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan, dan 5. Pengelolaan bagian pemeriksaan intern. Norma pemeriksaan tersebut merupakan indikator yang menentukan kualitas jasa auditor internal dalam melaksanakan praktek pemeriksaan. Semakin lengkap indikator terserbut dipatuhi oleh auditor internal, maka semakin bermutu juga praktek pemeriksaan yang dilakukan. Auditor yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang obyektif, tidak bias dan tidak dibatasi, dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Menurut Mautz dan Sharaf dalam Sawyer 2005:35 konsep standar yang dapat diterapkan untuk auditor internal yang ingin bersikap 26 obyektif menyangkut independensi harus memiliki indikator- indikatornya, yaitu: 1. Independensi dalam program, dalam hal ini harus bebas dari intervensi manajerial atas program audit, bebas dari segala intervensi atas prosedur audit, dan bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit. 2. Independensi dalam verifikasi, yaitu: a bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan, b mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen salama verifikasi audit, c Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti, d bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi. 3. Independensi dalam pelaporan, yaitu: a bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan, b bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit, c menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini dan rekomendasi dalam interpretasi auditor. d bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal. 27 c. Karakteristik Untuk Meningkatkan Kualitas Audit Internal Menurut Aldhizer et al 1995 dalam Djamil 2004:16 menjelaskan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas audit adalah: 1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk melaksanakan audit. 2. Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan independensi dalam sikap mental, arinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor tersebut menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan. 4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten maka dilakukan supervisi dengan semestinya. Kemudian dilakukan pengendalian dan pencatatan untuk semua pekerjaan audit yang dilaksanakan di lapangan. 5. Melakukan pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern klien untuk dapat membuat perencanaan audit, menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 28 6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 7. Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Dan pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, jika tidak maka harus dinyatakan dalam laporan audit.

3. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Dengan semakin berkembangnya suatu entitas perusahaan, maka semakin berat tugas manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan. Agar tujuan dapat tercapai, kegiatan opersional perusahaan bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan sistem pengendalian intern yang baik dan efektif untuk mencegah agar tidak terjadi kecurangan yang mungkin terjadi. Subsistem di perusahaan menerapkan rencana strategis dan fungsi operasi menerapkan sistem pengendalian intern secara administrasi. Peran auditor internal sesuai fungsinya yaitu dalam pencegahan dari fungsi operasi untuk meminimalisir terjadinya kecurangan yang akan timbul pada perusahaan. Pencegahan harus mengenal dan memahami dengan baik setiap komponen dalam sistem pengendalian intern agar dapat melakukan evaluasi dari hasil kerja auditor internal. Dibawah ini beberapa 29 pengertian untuk dapat mengetahui pentingnya sistem pengendalian intern pada perusahaan. Menurut Sawyer 2005:59 mendefinisikan sistem pengendalian inern sebagai berikut: “sistem pengendalian intern internal control adalah penggunaan semua sarana perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada, bentuk organisasi, kebijakan, sistem, prosedur, instruksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, re ncana, dan audit internal”. Menurut Tunggal 2006:75 mendefinisikan sistem pengendalian inern sebagai berikut: ”Pengendalian intern merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh Board of Director, manajemen, dan personel yang lain, yang didesain untuk mendapatkan keyakinan memadai reasenably assurance tentang pencapaian dalam hal-hal berikut a kesudahan laporan keuangan, b kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan c efektivitas dan efesiensi operasi ”. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia IAI dalam Yadyana 2008:5 mendefinisikan sistem pengendalian intern sebagai berikut: “Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan peresonil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu: a keandalan pelaporan keuangan, b efektivitas dan efesiensi operasi, dan c kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Sedangkan menurut Cangemi dalam Gondodiyoto 2009:134 mendefinisikan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut: “Internal control system is the policies, practices, and procedures, and tools designed to: 1 safeguarding asset, 2 ensure accuracy and reliability of data captured and information products, 3 promote efficiency, 4 measure compliance with corporate policies, 5 measure 30 compliance with regulations, and 6 manage the negative events and effects from fraud, crime, and deleterious activities”. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPAP dalam Tunggal 2010:77 pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan kereyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut: a. Keandalan pelaporan keuangan. b. Efektivitas dan efesiensi operasi. c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Sistem pengendalian intern merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efesiensi kinerja. Evaluasi secara periodik dan kontinyu atas pengendalian intern adalah alat manajemen untuk menyakinkan bahwa sistem pengendalian intern yang diterapkan efektif dan diperoleh perbaikan-perbaikan atas kekurangan yang ada. Sistem pengendalian intern merupakan kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu pada perusahaan akan dicapai. a. Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Pengendalian Intern Basic assumption yang pertama berkaitan dengan kontrol intern ialah bahwa yang bertanggung jawab mengenai internal control system adalah top management, bukan auditor, akuntan, atau yang lainnya. Menurut Gondodiyoto 2009:143 ada beberapa asumsi yang perlu di 31 pahami mengenai sistem pengendalian intern bagi suatu entitas atau organisasi, yaitu: 1. Sistem pengendalian intern merupakan management responsibility. Bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasiperusahaan adalah manajemen lebih tegasnya lagi top managementdireksi, karena dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top management dapat mengharapkan kebijaksanaanya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan pencatatan berjalan baik. 2. Sistem pengendalian intern haruslah bersifat generik, mendasar dan dapat diterapkan pada tiap perusahaan pada umumnya tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal yang bersifat dasar yang berlaku umum. Jadi, asumsinya kontrol internal adalah independen dari metode proses datanya, artinya; control objectives harus didesain tanpa dikaitkan secara khusus dengan jenis sistem pengolahan datanya. 3. Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance, artinya tingkat rancangan yang kita desain yang paling optimal. Sistem pengendalian yang baik ialah bukan yang paling maksimal, apalagi harus mempertimbangkan keseimbangan cost benefit-nya. Asumsi ini menyatakan bahwa ”there is no a ferfect internal control system”.

Dokumen yang terkait

Kedudukan Dan Fungsi Internal Auditor Pada PT. Sidharta Husada Medan

0 32 81

Analisis penerapan firewall sebagai sistem keamanan jaringan pada PT. PLN (Persero) penyaluran dan pusat pengatur beban Jawa - Bali (P3B)

7 25 137

Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran Biaya Administrasi Dan Umum Pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Region Jawa Barat

0 8 1

Tinjauan Atas Pelaksanaan Pajak PPH Pasal 21 Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat

0 4 36

Tinjauan Atas Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Regional Jawa Barat

7 33 91

Penyusunan anggaran pelaksanaan cuti besar dan cuti tahunan pada PT.PLN (persero) penyaluran dan pusat pengaturan beban (3B) Jawa Bali Region Jawa Barat : laporan kerja praktek

0 2 1

Pemeliharaan sistem penyaluran tenaga listrik di PT.PLN (persero) penyaluran dan pusat pengatur beban Jawa-Bali sektor Priangan

0 3 1

Tinjauan Atas Analisis Laporan Keuangan Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat

0 2 1

Efektivitas peran auditor internal di uin syarif hidayatullah jakarta yang ditunjukkan oleh pp no 60 tahun 2008: “sistem pengendalian intern pemerintah (spip)”

0 2 14

PENGARUH IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) TERHADAP KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN KINERJA INDIVIDU KARYAWAN PADA PT PLN. (PERSERO) UNIT PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (UP3B) SUMATERA BAGIAN SELATAN -

0 0 185