Pembelajaran yang diawali masalah matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah akan memungkinkan
siswa lebih kritis dan analitis, yang aplikasinya menjadi lebih baik dalam menanggapi suatu permasalahan yang muncul baik dalam permasalahan
matematika, pelajaran lain atau pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pemecahan masalah problem solving memiliki dua versi. Versi yang pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan,
cara mengumpulkan data, menyusun data, dan serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua hanya masalah yang
dimunculkan, siswa merancang pemecahannya sendiri. Disini guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membentu memberi
petunjuk. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme berusaha melihat dan
memperhatikan konsepsi dan persepsi siswa dari kacamata siswa sendiri. Guru sebagai moderator dan fasilitator dalam hal ini. belajar matematika
bukanlah suatu proses pengetahuan secara hati-hati, melainkan hal mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas
termasuk aktivitas dan berpikir konseptual. Menurut Cobb “belajar
matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkontruksi pengetahuan matematika
”.
37
Berdasarkan uraian teori diatas dapat disimpulkan bahwa masalah matematika adalah suatu persoalan yang harus dijawab ataupun
diselesaikan, sedangkan masalah dalam matematika terkait dengan soal- soal yang tidak bisa diselesaikan dengan cara rutin. Pendekatan
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu proses atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan
pembelajaran matematika dalam upaya untuk menemukan penyelesaian dari suatu masalah matematika dengan menerapkan pengetahuan,
37
Erna Suwangsih dan Tiurlina, op.cit,.h.113
keterampilan serta pemahaman yang telah mereka miliki untuk mengkontruksi pengetahuan matematika dalam pembelajaran.
Proses pemecahan masalah biasanya diawali dari memahami masalah problem itu sendiri, dan biasanya berupa dalam kata-kata baik
secara lisan ataupun tulisan. Selanjutnya untuk memecahkan masalah tersebut, terjemahkan kata tersebut ke dalam masalah yang sama dengan
menggunakan simbol matematika, pecahkanlah masalah yang sama tersebut, kemudian artikan jawabanya.
d. Teknik Scaffolding
Model pembelajaran matematika dapat dilihat pada hubungan interaksi antara pembelajar dan peserta didik.
38
Jika yang lebih banyak berperan adalah pembelajar maka lebih pada metode ceramah atau
ekspositori teacher centered, sedangkan bila peserta didik lebih dominan maka lebih ke arah pembelajaran inquiri student centered.
Seluruh interaksi pemberian bantuan dari orang yang lebih ahli kepada peserta didik pemula novice learner dapat dimaknai sebagai
scaffolding. Teori ini hampir identik dan memperkuat teori ZPDnya vygotsky namun dikembangkan secara terpisah oleh Bruner pada tahun
1950-an. Teknik pembelajaran satu arah ini merupakan kasus ekstrim
yang tentu tidak cocok untuk kebanyakan peserta didik. Maka diperlukan batasan seberapa jauh “dukungan pembelajar” dan seberapa jauh
“kebebasan peserta didik” dalam proses pembelajaran. Secara harfiah
scaffolding artinya adalah para-para, sebuah tangga tiga dimensi yang sering digunakan sebagai pijakan sementara oleh para tukang untuk
membangun gedung. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau
penyangga biasanya terbuat dari bambu, kayu, atau batang besi yang memudahkan pekerja membangun gedung.
39
Metapora ini harus secara
38
Yamin, op cit., h. 165
39
Ibid h.165
jelas dipahami agar kebermaknaan pembelajaran dapat tercapai. Sebagian pakar pendidikan mendefinisikan scaffolding berupa bimbingan yang
diberikan oleh seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang
bersifat positif. Dalam bukunya Yamin mengungkapkan Scaffolding diartikan ke dalam bahasa Indonesia “perancah”, yaitu bambu balok
dsb yang dipasang untuk tumpuan ketika hendak mendirikan rumah, membuat tembok, dan sebagainya.
Yamin mengutarakan
“Scaffolding is the assistance parameters, rules or suggestions a teacher gives a student in a
learning situation ”.
40
Yang artinya adalah Scaffolding adalah bantuan parameter, aturan atau saran pembelajar memberikan peserta didik
dalam situasi belajar. Selain itu Yamin juga mengungkapkan bahwa “Scaffolding allows the student to have help with only the skills that are
new or beyond her ability ”.
41
Yang artinya adalah Scaffolding memungkinkan peserta didik untuk mendapat bantuan melalui
keterampilan baru atau di luar kemampuannya. Pembelajaran dengan teknik scaffolding memiliki prinsip-
prinsip, yaitu
42
: a. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pembelajar ke peserta didik, kecuali hanya dengan keaktifan peserta didik sendiri untuk
menalar. c. Peserta didik aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga
selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. d. Pembelajar sekedar memberi bantuan dan menyediakan saran serta
situasi agar proses kontruksi belajar lancar. e. Menghadapi masalah yang relevan dengan peserta didik.
40
Ibid h. 166
41
Ibid h. 166
42
Ibid.h.165
f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g. Mencari dan menilai pendapat peserta didik. h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik.
Menurut Fatma dalam pemberian scaffolding ada beberpa prinsip yang bisa diikuti,yaitu:
43
1. Menjaga keseimbangan yang baik antara menantang dan mendukung siswa
2. Menggunakan bentuk perancahan yang tepat baik itu yang bersifat permanen atau sementara
3. Pemodelan sesuai dengan yang dibutuhkan 4. Menyediakan lingkungan yang sesuai
5. Merespon dan memberikan feedback kepada pelajar mengenai pertanyaan dan komentar mereka, sehingga mereka bertanggung
jawab terhadap pembelajarannya. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan
anak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu di luar usaha mandiri-nya. Cazden 1983; 6 mendefinisikan scaffolding
sebagai “kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian”.
44
Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapat mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri.
Scaffolding dipersiapkan oleh pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas, melainkan dengan scaffolding yang
disediakan memungkinkan peserta didik untuk berhasil menyelesaikan tugas.
Istilah ini digunakan pertama kali oleh Wood, dkk tahun 1976, dengan pengertian “dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk
membantunya menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat
43
Fatma H. Bikmaz, Scaffolding Strategies Applied by Student Teacher to Teach Mathematics, dari http: ijrte.eab.org.tr pukul 7.27 AM, 26 mei 2013. h. 26
44
Ibid, h. 166
diselesaikannya sendiri”.
45
Pengertian dari Wood ini sejalan dengan pengertian ZPD Zone of Proximal Development dari Vyotsky.
46
Peserta didik yang banyak tergantung pada dukungan pembelajar untuk
mendapatkan pemahaman berada di luar daerah ZPD-nya, sedang peserta didik yang bebas atau tidak tergantung dari dukungan pembelajar telah
berada dalam daerah ZPD-nya. Menurut Vygotsky, pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam zone of proximal development dan peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat yang lebih tinggi ketika mendapat bimbingan scaffolding dari seorang yang lebih ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki
kemampuan lebih tinggi.
47
Demikian juga Piaget berpendapat bahwa peserta didik akan mendapat pencerahan ide-ide baru dari seseorang
yang memiliki pengetahuan atau memiliki keahlian Piaget, 1928.
48
Lange 2002 menyatakan bahwa ada dua langkah utama yang terlibat dalam scaffolding pembelajaran: 1 pengembangan rencana
pembelajaran untuk membimbing peserta didik dalam memahami materi baru, dan 2 pelaksanaan rencana, pembelajar memberikan
bantuan kepada peserta didik di setiap langkah dari proses pembelajaran.
49
Scaffolding terdiri dari beberapa aspek khusus yang dapat membantu peserta didik dalam internalisasi penguasaan
pengetahuan. Berikut aspek-aspek scaffolding: a. Intensionalitas : Kegiatan ini mempunyai tujuan yang jelas terhadap
aktivitas pembelajaran berupa bantuan yang selalu diberikan kepada setiap peserta didik yang membutuhkan.
45
Ibid, h. 166
46
Ibid, h. 167
47
Udin S.Winataputra, Teori belajar dan Pembelajaran, Jakarta:UT,2007,hal.76
48
Ibid
49
Ibid