Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Dari gambar diatas berarti t hitung tidak berada pada daerah penerimaan H . Sehingga dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima dengan taraf signifikansi 5. Hal ini menunjukkan bahwa rata- rata hasil tes pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik scaffolding lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.

C. Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan dengan rincian 8 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan, 1 kali pertemuan untuk pendalaman materi latihan soal, dan 1 kali pertemuan untuk post test. Peneliti menggunakan dua kelas yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang ditetapkan sebelum awal penelitian dilakukan. Kelas VII-A terpilih sebagai kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan teknik scaffolding. Pada kelompok eksperimen, setiap pertemuan masing-masing siswa diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang didalamnya memuat langkah-langkah penyelesaian masalah dengan teknik scaffolding. Setiap soal permasalahan dalam LKS harus diselesaikan dengan cara berkelompok yang beranggotakan 5-6 orang, dimana setiap anggota dalam kelompok mendapat LKS masing-masing. Pembelajaran dengan teknik scaffolding di kelas eksperimen pada awalnya mendapat respon negatif dari siswa. Mereka bahkan merasa asing dengan proses pembelajaran yang tengah berlangsung, sehingga penerapan teknik scaffolding belum berjalan dengan baik. Siswa banyak yang belum bisa dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, karena siswa sudah merasa sangat nyaman dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu pembelajaran konvensional. Hampir sebagian besar mengeluh dan meminta untuk melakukan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan guru matematika di SMP Al-Zahra Indonesia, karena mereka merasa lebih mudah memahami materi dengan pembelajaran konvensional. Namun setelah beberapa kali pertemuan siswa mulai terlihat terbiasa mengikuti ritme pembelajaran menggunakan teknik scaffolding, dan mereka mulai terlihat antusias dalam menyelesaikan soal permasalahan aritmetika sosial dan perbandingan yang dibuat oleh peneliti dalam LKS, walaupun masih ada beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan soal permasalahan yang diberikan. Siswa mulai aktif bertanya dan memberikan feedback dari arahan-arahan yang diberikan oleh guru sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sampai pertemuan terakhir .Berikut adalah suasana kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan teknik scaffolding: Gambar 4.3 Aktivitas belajar siswa kelas ekperimen Gambar 4.1 memperlihatkan siswa sedang mencoba memahami permasalahan yang ada pada LKS, kemudian menjawab setiap pertanyaan yang ada pada LKS sampai pada titik tidak mampu lagi, kemudian peneliti memberikan bantuan berupa peran dan pertanyaan scaffolding, sehingga