Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Siswa umumnya belajar pasif di dalam kelas. Sulit membuat siswa untuk mau mengungkapkan pemikirannya. Siswa tidak mau bertanya dan mengeluarkan ide-
ide atau pendapat dalam proses pembelajaran. Biasanya hal ini disebabkan karena siswa memang tidak paham tentang apa yang telah dipelajarinya. Siswa hanya
terfokus untuk mendengarkan dan mencatat apa yang diterangkan oleh guru. Sehingga siswa hanya paham dan bisa mengerjakan soal yang serupa dengan contoh yang
diberikan guru. Saat guru memberikan soal latihan yang berbeda dengan contoh, siswa tidak mengerti dan tidak bisa untuk menyelesaikannya.
Dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan siswa memerlukan beberapa arahan atau dorongan ataupun dukungan, agar mereka tidak mengalami frustrasi
dalam menemukan suatu konsep pengetahuan dan menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pengertian ZPDZone of
Proximal Development dari Vygotsky yaitu “peserta didik yang banyak bergantung
pada dukungan pembelajar atau guru untuk mendapatkan pemahaman berada diluar daerah ZPD-nya, sedang peserta didik yang bebas atau tidak bergantung dari
dukungan pembelajar atau guru telah berada dalam daerah ZPDnya ”.
7
ZPD Zone of Proximal Development adalah perkembangan sedikit diatas perkembangan
seseorang saat ini. Itu terserap ke dalam individu tersebut ”
8
. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tingi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja
sama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Untuk itu diperlukan suatu teknik pembelajaran yang bertolak dari
kemampuan aktual peserta didik, agar dapat mencapai kemampuan potensialnya secara maksimal. Proses ini dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan
secara bertahap. Tahapan-tahapan yang dimaksud dalam konteks ini bisa diartikan sebagai suatu transisi yang memungkinkan peserta didik beranjak dari pengetahuan
yang telah ada pada diri mereka ke pengetahuan baru melalui bantuan guru. Konsep seperti ini di dalam pembelajaran di kenal sebagai scaffolding.
Teknik scaffolding adalah “bimbingan yang diberikan oleh seorang
pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan- persoalan terfokus dan interaksi positif
”.
9
Bantuan berupa parameter, aturan dan saran yang diberikan kepada peserta didik oleh pembelajar dalam situasi belajar.
7
Martinis Yamin, op.cit.,h.166
8
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu,Jakarta:Bumi Aksara,2011,h.76
9
Martinis Yamin, , op. cit., h. 165
Scaffolding memungkinkan peserta didik untuk mendapat bantuan melalui keterampilan baru atau diluar kemampuannya.
10
Scaffolding merupakan proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada siswa untuk mencapai apa yang harus dipahami dari apa yang sekarang sudah
diketahui.
11
Berdasarkan pemahaman guru terhadap kemampuan siswa, siswa didorong dan ditugaskan untuk mengerjakan tugas yang lebih sulit dan lebih tinggi
dari kemampuan yang dimiliki saat inidengan intensitas bimbingan atau bantuan yang diberikan oleh guru semakin berkurang. Dengan begitu kemampuan berpikir,
pemahaman siswa berkembang disamping sesuai dengan perkembangan intelektual sisw
a, juga dipengaruhi oleh “tantangan berpikir” dari penugasan yang diberikan oleh guru.
Pada teknik scaffolding guru membuat tangga atau tahapan yang dapat digunakan siswa, agar siswa dengan mudah dapat melaksanakan tugas kompleks
setahap demi setahap. Teknik scaffolding yang dilakukan guru dengan cara sebagai berikut : 1 mengelompokkan bagian yang kompleks yang hendak dikuasai siswa
menjadi beberapa bagian yang spesifik dan jelas. 2 memfokuskan pemberian bantuan pada aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa secara maksimal 3
pemberian model agar siswa dapat belajar dari model yang ditampilkan 4 melakukan kolaborasi dan memberikan respons terhadap tugas yang dikerjakan siswa
5 pemantapan pemilikan pengetahuan yang dimiliki siswa agar benar-benar dikuasainya dengan baik. Dengan adanya tahapan-tahapan tersebut diharapkan
pencapaian siswa pada zona of proximal development dengan menggunakan teknik scaffolding akan lebih baik, sehingga pemahaman konsep yang terbentuk melalui
zona ini diharapkan dapat meningkat. Dari uraian di atas, penggunaan teknik scaffolding dirasa dapat
memecahkan masalah yang telah dipaparkan di atas. Untuk itu penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Teknik Scaffolding Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa SMP Al-Zahra Indonesia
”. B.
Identifikasi masalah
Dari urain di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul antara lain :
1. Hasil belajar matematika yang rendah
10
Ibid h.166
11
Udin S Winata Puttra, Teori belajar dan pembelajaran,Jakarta:Universitas terbuka,2007, h. 6.21
2. Metode mengajar yang diterapkan guru pada umumnya masih konvensional yaitu ekspositori
3. Siswa kurang membangun konsep-konsep matematika dalam menyelesaikan permasalahan matematika.