Pembahasan Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian di atas diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut: Soal nomor 5 “Adipati pergi ke supermarket. Ia ingin membeli chiki. Pada tumpukan chiki dibawah raknya tertulis harga chiki kini hanya Rp2.000,00 dari harga Rp2.500,00. Pada kemasan chiki tersebut tertulis neto 18 g. Sesampainya dirumah, ia menimbang ulang tanpa mengeluarkan isinya dan ternyata beratnya 20 g. Setelah itu ia juga menimbang kemasannya yang beratnya hanya 2 g. Berdasarkan situasi diatas tentukan besar bruto, tara serta hubungannya? ” Soal di atas adalah persoalan membedakan antara bruto, tara dan neto dari permasalah sehari-hari. Untuk dapat menjawabnya, siswa harus memahami apa itu yang dimaksud dengan neto, bruto dan tara. Jika siswa paham dengan konsepnya, maka siswa bisa mengetahui dan membedakan mana yang disebut bruto, neto dan tara serta hubungannya dengan benar. Sehinnga siswa mampu menyatakan ulang konsep bruto, tara dan neto dengan lengkap dengan benar tanpa ada kesalahan. Dibawah ini Contoh jawaban kelas kontrol: a Jawaban yang kurang tepat b Jawaban yang tepat Gambar 4.5 Jawaban siswa kelas kontrol nomor 5 Pada gambar 4.4, jawaban siswa dari kelas kontrol pada bagian a di atas tidak tepat. Terlihat siswa tidak paham secara tepat terhadap konsep bruto dan lainnya dan juga belum mampu menunjukkan hubungan antara bruto dan tara. Dengan cara yang tepat. Jawaban soal post test pada bagian b terlihat siswa sudah mampu menghubungkan antara konsep brutodan tara, namun masih ada kesalahan. Cara menjawab siswa kelas eksperimen : a Jawaban yang kurang tepat b Jawaban yang masih ada kesalahan Gambar 4.6 Jawaban siswa kelas eksperimen nomor 5 Pada gambar 4.5, jawaban siswa pada kelas eksperimen pada bagian a tampak bahwa siswa menjawab soal dengan kurang tepat meskipun siswa mampu menunjukkan hubungan antara bruto dan tara. Sedangkan pada bagian b siswa bisa menjawab dengan lengkap dan tepat. Siswa mampu menunjukkan hubungan antara bruto dan tara dengan cara yang benar. Dilihat dari jawaban pada gambar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, terjadi aktifitas dimana siswa mengungkapkan gagasan ataupun pemahaman dengan cara mereka sendiri, sehingga siswa mampu menyatakan ulang sebuah konsep berdasarkan pemahaman yang mereka terima. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa mampu menyatakan ulang sebuah konsep berdasarkan konsep atau rumus yang telah dipelajari sebelumnya sehingga masih terdapat kesalahan.

b. Menyajikan Konsep Dalam Berbagai Bentuk Representasi

Matematis Indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis diwakili oleh soal post test no 3, 4 dan 7. Total persentase yang diperoleh dari kedua soal tersebut untuk kelas eksperimen adalah 67,97 dan kelas kontrol dengan persentase 46,41, sedangkan rata-rata nilai menyatakan ulang sebuah konsep siswa kelas eksperimen adalah 6,12 dan kelas kontrol 4,17. Untuk indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, kelas ekperimen masih tetap lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil penelitian di atas diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut: Soal no 7 “Tante Mira mendapat gaji bulan desember lalu sebesar Rp.2000.000,00, dengan penghasilan tidak kena pajak Rp.500.000,00,. Sisa uang setelah dipotong pajak ia simpan dibank dan ia mendapat bunga sebesar 15 per tahun. Tentukan berapakah jumlah total uang yang diterima setelah menabung selama 9 bulan jika besar PPh 20? Cara menjawab siswa kelas kontrol: a Jawaban yang kurang tepat b Jawaban yang tepat Gambar 4.7 Jawaban siswa kelas kontrol nomor 7 Pada gambar 4.6, jawaban siswa kelas kontrol pada bagian a tampak bahwa siswa kurang tepat dalam mengilustrasikan permasalahan ke dalam model matematika dan simbol-simbol. Siswa tidak mengilustrasikan secara tepat bagaimana menghasilkan besar sisa gaji setelah dipotong pajak dan lainnya. Sedangkan jawaban pada bagian b siswa sudah menjawab soal dengan benar. Siswa mampu mengilustrasikan permasalahan tersebut kedalam model matematika dan sebagainya secara tepat dan lengkap serta menjawab permasalahan pada soal dengan tepat, meskipun terdapat coretan yang dapat mengindikasikan siswa kurang percaya diri. Cara menjawab kelas eksperimen : a Jawaban yang kurang tepat b Jawaban yang tepat Gambar 4.8 Jawaban siswa kelas eksperimen nomor 7 Pada gambar 4.7, jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian a tampak bahwa siswa kurang tepat dalam mengilustrasikan permasalahan ke dalam model matematika dan simbol-simbol dan sebagainya. Sedangkan jawaban pada bagian b siswa sudah menjawab soal dengan benar. Dari hasil jawaban siswa pada gambar diatas , memang ada siswa dari kedua kelompok yang mampu mengilustrasikan permasalahan ke dalam model matematika, simbol-simbol dan angka-angka secara tepat dan lengkap. Namun kemampuan menyajikan kosnsep ke dalam bentuk representasi matematis persentase kelompok ekperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

c. Menggunakan, Memanfaatkan, Dan Memilih Prosedur Atau Operasi

Tertentu Indikator menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu diwakili oleh soal posttest no 2 dan 9. Total persentase yang diperoleh untuk kelas eksperimen adalah 89,22 dan kelas kontrol dengan persentase 69,61, sedangkan rata-rata nilai menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu siswa kelas eksperimen adalah 5,35 dan kelas kontrol 4,17. Untuk indikator menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil penelitian di atas diperkuat oleh hasil pekerjaan posttest yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut: Soal nomor 9 “kue dalam kaleng dibagikan kepada 6 orang anak, masing-masing mendapat 30 kue. Jika kue tersebut dibagikan kepada10 anak, masing- masing anak akan mendapat kue sebanyak?”. Cara menjawab siswa kelas kontrol : a Jawaban yang kurang tepat b Jawaban yang tepat Gambar 4.9 Jawaban siswa kelas kontrol nomor 9 Pada gambar 4.8, Jawaban siswa kelas kontrol pada bagian a tampak bahwa siswa menjawab soal tidak lengkap. Siswa kesulitan melakukan perhitungan. Ini dikarenakan siswa tersebut kurang mampu memilih operasi yang tepat untuk menghitung jumlah kue yang diterima jika dibagi kepada 10 anak. Sedangkan jawaban pada bagian b dari kelas kontrol di atas adalah jawaban yang tepat dan lengkap. Siswa mampu menggunakan konsep perbandingan yang sesuai dengan soal permasalahan yaitu perbandingan berbalik nilai. Ini menunjukkan siswa mampu menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Cara menjawab kelas ekperimen: a Jawaban yang kurang tepat b Jawaban yang tepat Gambar 4.10 Jawaban siswa kelas eksperimen nomor 9 Pada gambar 4.9, jawaban siswa pada bagian a dari kelas eksperimen belum tepat, walaupun tuntas dalam pengerjaannya. Sedangkan siswa pada bagian b terlihat bahwa siswa tepat dalam menggunakan rumus yang sesuai dengan soal dan melakukan perhitungan dengan benar. Ditinjau dari hasil pekerjaan siswa pada gambar diatas, kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, siswa terbiasa untuk memahami masalah yang ada pada soal, kemudian mengungkapkan kembali masalah berdasarkan pemahaman yang mereka miliki, sehingga siswa dapat memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa hanya memahami apa yang diajarkan oleh peneliti, sehingga ketika menemukan soal dengan masalah yang berbeda, siswa tidak mampu untuk menggunakan prosedur yang tepat dan sesuai untuk menyelesaikan soal.

d. Mengaplikasikan Konsep Atau Algoritma Pemecahan Masalah

Indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah diwakili oleh soal post test no 1, 6 dan no 8. Total persentase yang diperoleh untuk kelas eksperimen adalah 77,12 dan kelas kontrol dengan persentase 6,36, sedangkan rata-rata nilai mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah siswa kelas eksperimen adalah 6,94 dan kelas kontrol 5,88. Untuk indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil penelitian di atas diperkuat oleh hasil pekerjaan posttest yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban posttest yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut: Soal no 1 : “Seorang pedagang membeli 150 buah pir dengan harga Rp.450.000,00,. Kemudian 100 buah pir tersebut dijual dengan harga Rp.4.000,00buah dan 35 buah pir dijual dengan harga Rp.3.200,00buah dan sisanya busuk. tentukan besar keuntungan atau kerugian yang dialami pedagang tersebut dengan menggunakan konsep yang sesuai yang anda ketahui ” Soal no 1 di atas adalah soal penerapan aturan mencari besar untung atau rugi. Siswa diharapkan dapat mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Untuk dapat menjawabnya siswa harus terlebih dahulu mengetahui harga penjualan total buah pir bahwa, sehingga siswa dapat mengetahui salah satu untung atau rugi yang dialami oleh pedagang tersebut. Cara menjawab siswa kelas kontrol: a. Jawaban yang tidak tepat b. jawaban yang tepat Gambar 4.11 Jawaban siswa kelas kontrol nomor 1 Pada gambar 4.10, jawaban siswa pada bagian atas dari kelas kontrol belum tuntas pengerjaannya. Siswa tidak menghitung besar total harga penjualan, sehingga tidak menperoleh jawaban. Jawaban siswa akan tepat dan lengkap jika siswa tau untung atau rugi dan hubungannya dengan harga jual dan harga beli. Sedangkan pada bagian bawah terlihat siswa sudah menjawab dengan benar. Cara menjawab kelas ekperimen: a. Jawaban yang kurang tepat b. jawaban yang tepat Gambar 4.12 Jawaban siswa kelas eksperimen nomor 1 Pada gambar 4.11, jawaban pada bagian a terlihat bahwa siswa hampir tuntas dalam mengerjakan namun kurang tepat dalam menghitung harga total penjualan buah pir. jawaban siswa pada bagian b merupakan jawaban yang tepat dan lengkap. Siswa menjawab soal secara sistematis dengan mencari total harga penjualan terlebih dahulu. Dilihat dari jawaban siswa pada gambar diatas, mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan soal, siswa kelas eksperimen terbiasa untuk menyelesaikan masalah kemudian membangun konsep berdasarkan pemahaman yang mereka terima, sehingga cara mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah siswa terlihat secara lengkap dan sistematis. Berbeda dengan kelas kontrol, dalam menyelesaikan soal siswa terfokus pada rumus-rumus yang diajarkan. Pada kelas eksperimen persentase terendah adalah indikator menyatakan ulang sebuah konsep yaitu 72,55, sedangkan pada kelas kontrol adalah adalah indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, ini terjadi karena pada kelas eksperimen siswa banyak yang meremehkan soal postest yang mewakili indikator tersebut, dan cukup banyak yang melakukan kesalahan, walaupun memang persentase kelas eksperimen pada indikator tersebut tetap lebih besar dari kelas kontrol. Sedangkan pada kelas kontrol bisa terjadi seperti yang disebutkan di atas disebabkan karena pada kelas kontrol banyak siswa yang kurang mampu mengilustrasikan permasalahan yang ada pada soal ke dalam bentuk simbol-simbol matematika ataupun model matematika. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, pemahaman konsep aritmetika sosial dan perbandingan siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa teknik scaffolding pada pokok bahasan aritmetika sosial dan perbandingan, yang diterapkan pada proses pembelajaran dalam penelitian di SMP Al-Zahra Indonesia Villa Dago Pamulang memberikan dampak positif pada pemahaman konsep siswa. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Damayanti 20112012 yang juga merupakan mahasiswa jurusan pendidikan matematika fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan FITK UIN Syarif Hidayatullah jakartayang berjudul “Upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa melalui teknik scaffolding penelitian tindakan kelas”, yang mengungkapkan bahwa dengan menggunakan teknik scaffolding dalam pembelajaran matematika materi lingkaran dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa SMP Negeri I Tigaraksa, terbukti dari setiap dimensi pemahaman konsep matematika yaitu dimensi translasi pada siklus I sebesar 83,93 menjadi 85 pada siklus II, dimensi interpretasi pada siklus I sebesar 61,43 menjadi 76,07 pada siklus II, dan dimensi ekstrapolasi pada siklus I sebesar 58,57 menjadi 71,79 pada siklus II. Selain itu jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 70 pada tes pemahaman konsep matematika sebesar 57,14 pada siklus I menjadi 80 pada siklus II. Disamping itu juga penerapan teknik scaffolding juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 68,5 menjadi 83 pada siklus II, serta persentase respon siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 73,57 menjadi 79,79 pada siklus II. Selain itu juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dwi Cahyani 2012 berjudul “Pengaruh teknik scaffolding terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ”, yang mengungkapkan bahwa siswa dengan pembelajaran teknik scaffolding memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Marlani alfanta 2013 berjudul “ Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS Terhadap Pemahaman Konsep Trigonometri Kelas X Siswa SMA” yang juga menggunakan indikator pemahaman konsep yang sama dengan peneliti terungkap bahwa selisih persentase pemahaman konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 8,99 untuk indikator menyatakan ulang sebuah konsep, 4.69 untuk indikator menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematis, 8.08 untuk indikator menggunakan,memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dan 9,57 untuk indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh peneliti, penelitian yang dilakukan marlani selisih persentasenya jauh lebih kecil karena hasil yang diperoleh peneliti adalah 1,77, 33,35, 19,61 dan 11,76. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa scaffolding lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep terutama pada indikator “menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis” walaupun membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini, untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, dibutuhkan pemecahan masalah yang baik. Siswa dilatih dan dibiasakan untuk belajar memecahkan masalah selama proses pembelajaran dengan teknik Scaffolding sehingga pemahaman suatu konsep atau pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun mempunyai keterbatasan diantaranya: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan aritmetika sosial dan perbandingan saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Peneliti merasa waktu yang tersedia kurang sehingga diperlukan persiapan yang lebih baik lagi agar siswa dapat terkontrol secara maksimal. 3. Pada tahap appropriatness peneliti mengalami kesulitan untuk memberikan bantuan secara terfocus sehingga cukup menghambat jalannya proses pembelajaran selama penelitian. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemahaman konsep matematik siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan teknik Scaffolding dalam menyelesaikan soal memiliki rata-rata sebesar 76,41. Persentase pemahaman konsep matematik siswa pada setiap indikator pemahaman konsep matematik diperoleh hasil menyatakan ulang sebuah konsep sebesar 72,55, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebesar 67,97, menggunakan, memanfaatkan dan meilih prosedur atau operasi tertentu sebesar 89,22, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah sebesar 77,55. 2. Pemahaman konsep matematik siswa pada kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional dalam menyelesaikan soal memiliki rata- rata sebesar 59,3. Persentase pemahaman konsep matematik siswa pada setiap indikator pemahaman konsep matematik diperoleh hasil menyatakan ulang sebuah konsep sebesar 60,78, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebesar 46,41 menggunakan, memanfaatkan dan meilih prosedur atau operasi tertentu sebesar 69,61, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah sebesar 65,36. 3. Pemahaman konsep matematik siswa yang menggunakan pembelajaran dengan teknik scaffolding lebih tinggi dari pada pemahaman konsep matematik siswa yang menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat pada uji hipotesis menggunakan uji-t sehingga didapat t hitung = 3,94 t tabel = 2,04 atau dapat dikatakan pembelajaran dengan menggunakan teknik scaffolding memberikan pengaruh yang positif terhadap pemahaman konsep matematik siswa di dalam menyelesaikan masalah pada materi aritmetika sosial dan perbandingan.

B. SARAN

Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya: 1 Berdasarkan hasil penelitian bahwa teknik scaffolding mampu meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran matematika yang dapat diterapkan oleh guru. 2 Pada penelitian berikutnya disarankan agar teknik scaffolding dan pembelajaran konvensional dilakukan secara optimal di dalam mengkontrol perlakuan di kelas eksperimen sehingga keseimbangan hasilnya dapat terjaga. 3 Pada penelitian berikutnya disarankan untuk memberikan berbagai variasi di dalam tahap appropriateness Hal ini diharapkan agar bantuan yang diberikan tepat dan tidak monoton dalam pembelajaran matematika sehingga kemampuan matematika siswa dapat berkembang. 4 Untuk guru yang hendak menggunakan menggunakan pembelajaran dengan teknik scaffolding dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan seefektif mungkin sehingga pembelajaran bisa berjalan secara tepat dan lancar. 5 Kontrol terhadap variabel di luar dari yang diteliti sebisa mungkin dijaga karena hasil yang didapat boleh jadi membuat teori pembelajaran yang ada menjadi bias. 78 DAFTAR PUSTAKA abdurrahman, Mulyono, pendidikan bagi anak kesulitan belajar, jakarta:PT Rineka Cipta, 2002 Agung, I Gusti Oka Yadnya, “ Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Contoh Soal Berjenjang dan Solusi Argumentatif Berbantuan LKS Scaffoldding”Jurnal Pendidikan Kerta Mandala Vol.1. No 1, Oktober 2009. Bikmaz, Fatma H, Scaffolding Strategies Applied by Student Teacher to Teach Mathematics, dari http: ijrte.eab.org.tr pukul 7.27 AM, 26 mei 2013 Hamalik, Oemar, perencanaan penmgajaran berdasarkan pendekatan sistem,jakarta: Bumi Aksara,2001 International Association for the Evaluation of Educational Achievement Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS, 2012, h. 7 http:www.eqao.compdf_e 12TIMSS_Ontario_Report_2011 Jihad, Asep , pengembangan kurikulum matematika, yogyakarta:Multipressindo,2008 Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.Jakarta: PT. Rosemata Sampurna, 2010 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.cet.ke-2 King, Laura A., Psikologi Umum, Jakarta: Salemba Humanika, 2010 Kiong, Lau Ngee Hawa Tee Yong. Scaffolding: A Teaching Strategy for Mathematics. dari http: math.ecnu.edu.cn. 14 mei 2013 Lipscomb, Lindsay Scaffolding. dari http:www.adraptis.comvoithimatheoreticperiva_construct.pdf. Pukul 11.00 , 13 mei 2013 Mousley, Joudy, “ Developing mathematical understanding, www.icme10.dkproceedingspagesregular_pdfRL_Judy_Mousley.p df, diakses pada tanggal 12 mei 2013 pukul 12.00. Priyatni, Endah Tri dalamhttp:sastra.um.ac.idwp- contentuploads200910Peningkatan Kompetensi-Menulis-Paragraf-