60
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Komunikasi Muhammadiyah Cabang Somagede
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan atau planning dan manajemen atau management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis, dalam arti kata bahwa pendekatan atau
approach bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.
1
Pendekatan yang dilakukan oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah harus melihat situasi dan kondisi sosial-budaya sebagai taktis operasionalnya.
PCM Somagede menanggapi akulturasi terdapat dalam peringatan 1 Suro di Somagede yang dilakukan oleh kebanyakan orang Islam. Masyarakat yang hafal
Surat Yasin mencari tempat petuah nenek moyang untuk meminta keberkahan. Sebetulnya yang namanya membaca Yasin boleh saja. Tetapi Yasinan
beralkulturasi dengan unsur penyuguhan makanan itulah yang Muhammadiyah tidak setuju. Dan kebanyakan masyarakat percaya surat Yasin itu ampuh. Padahal
semua ayat di dalam Al-Qur ’an itu ampuh.
2
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, h. 300-301.
2
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 26 Mei 2013.
Selain itu, Tahlil di anjurkan oleh Islam dengan membaca ayat-ayat Allah. Namun masyarakat menyebutnya tahlilan dan -lan nya itu yang tidak dibenarkan
oleh Islam. Oleh karena itu, masyarakat mengisikan bacaan dalam Tahlil diisi dengan puja-pujaan, jamuan-jamuan. dan shalawat-shalawat di luar Rasul.
Muhammadiyah tidak alergi terhadap budaya, tergantung bentuk budayanya. Jangan budaya yang dijadikan agama. Yang benar adalah agama di budayakan
seperti membudayakan Shalat, Puasa, Zakat. Itulah konsep akulturasi menurut pandangan PCM Somagede.
3
PCM Somagede mengakui bahwa belum menemukan cara yang tepat untuk mengubah pola perpaduan antara unsur Jawa dan Islam. Padahal Strategi
komunikasi dibutuhkan karena mempunyai fungsi dalam menjembatani kesenjangan budaya atau culture gap.
4
Kesenjangan budaya disini ialah antara budaya Islam dengan budaya lokal. Contohnya seperti tahlilan, ziarah kubur,
ziarah wali, dan kegiatan keagamaan yang bernilai seni. Muhammadiyah tahu akan adanya perpaduan unsur tersebut, namun tidak bisa mencegah. Karena masyarakat
hanya mengikuti kebiasaan menggelar kesenian dalam memperingati hari besar keagamaan yang tidak tahu dasarnya.
5
PCM Somagede sendiri berkomitmen dalam menyelenggarakan Al-Q ur’an
dan As-Sunnah. Dan menganggap unsur Keislaman yang berbau budaya itu merupakan
Bid’ah atau penyakit ibadah, yaitu melaksanakan yang tidak ada dasar
3
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 26 Mei 2013.
4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, h. 300.
5
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.
hukumnya.
6
Imam Syafi’i menyampaikan dalam sebuah hadits, “Imam Syafi’i ra berkata
–Segala hal yang baru tidak terdapat di masa Rasulullah dan bertentangan dengan Al-
Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ sepakat Ulama dan Atsar Pernyataan sahabat adalah bid’ah yang sesat bid’ah dholalah. Dan segala kebaikan yang
baru tidak terdapat di masa Rasulullah dan tidak bertentangan dengan pedoman tersebut maka ia adalah bid’ah yang terpuji bid’ah mahmudah atau bid’ah
hasanah, bernilai pahala. Hasyiah Ianathuth-Thalibin –Juz 1 hal. 313.
Hadits tersebut menerangkan bahwa yang termasuk bid’ah dholalah yakni perkara baru atau mencontohkan atau meneladankan perkara di luar perkara syariat
yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits, bergunjing, menghasut, mencela, menghujat saudara muslim lainnya.
7
Namun Bapak Prakoso berbeda berpendapat, beliau mengatakan bahwa dalam M
uhammadiyah tidak ada istilah bid’ah hasanah, melainkan ijtihad. Beliau juga mengatakan bahwa Rasulullah
bersabda “qullu bidatun dholalatun
”, artinya setiap hal yang bid’ah adalah sesat. Seperti orang meninggal yang dingajikan, maka dinyatakan sesat.
8
Dengan pernyataan seperti itu maka Muhammadiyah di Somagede membutuhkan suatu pendekatan dalam melancarkan komunikasi lebih baik. Maka
mempergunakan pendekatan yang disebut A-A atau from Attention to Action Prosedure. AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang
disingkat AIDDA.
6
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.
7
Forum Studi Islam Fakultas Pertanian Universitas Lampung,” Marilah memahami hadits kullu bid’ah dengan ilmu balaghah dan nahwu”, Artikel diakses pada 28 Mei 2013 dari
http:staff.unila.ac.idfosifpunila20121215marilah-memahami-hadits-kullu-bidah-dengan-ilmu- balaghah-dan-nahwu
8
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.