orangtua dan nenek moyang, masyarakat Islam Indonesia juga menjalankan tradisi berziarah. Tradisi seperti ini terutama dilakukan pada hari-hari besar Islam, seperti
Idul Fitri dan Mulud. Kunjungan ke makam tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan, bukan hanya ingin berziarah dan mendoakan arwah yang telah meninggal,
melainkan sebaliknya memohon restu dan berkah atau didoakan oleh arwah yang meninggal tersebut.
44
Tradisi Selametan yang dilakukan orang Jawa terutama di pedesaan. Untuk memperingati orang meninggal yang diadakan mulai hari 1, 7, 40, 100 sampai
1000 hari dengan mengadakan ritual berupa selametan yang dilengkapi dengan hidangan nasi dan sesaji dengan diberi doa secara Islami juga merupakan bentuk
budaya Islam. Perhitungan waktu beserta hidangan nasi dan sesaji adalah bentuk ritual Jawa pra-Islam tidak begitu penting karena bersifat wadah, sedangkan
doanya adalah doa cara Islami inilah yang menjadi isi atau intinya. Oleh karenanya budaya tersebut dimiliki oleh orang Islam Jawa, di sini label Islam lebih penting.
45
Sentuhan-sentuhan Islam mewarnai dalam berbagai ritual dan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia, sebagai bukti keberhasilan dakwah Islam,
yang berwajah rahmatan lil’alamin.
46
Secara garis besar masyarakat Jawa terbagi dalam dua kelompok budaya Islam :
1. Budaya Islam Sinkretis Sistem budaya yang dibawa oleh kelompok petani abangan-sinkretis adalah
sistem budaya yang menggambarkan percampuran antara budaya Islam dengan budaya lokal. Budaya Islam sinkretis merupakan gambaran suatu genre keagamaan
44
Nana Supriatna, Sejarah: Buku Pelajaran untuk Kelas XI SMA, Bandung:Grafindo, 2008, h. 66.
45
Sutiyono, Benturan Budaya Islam : Puritan Sinkretis, Jakarta: Kompas, 2010, h. 45.
46
Muhammad Solikhin, Ritual Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta: Narasi, 2010, h. 14
yang sudah jauh dari sifatnya yang murni. Sebagai contoh budaya sinkretis yang diwujudkan antara lain dalam bentuk tradisi selametan, tahlilan, yasinan,
wayangan, sesaji, ngalap berkah, ziarah dan seterusnya. 2. Budaya Islam Puritan
Sistem budaya yang dibawa oleh kelompok petani puritan adalah sistem budaya yang menginginkan kembalinya sistem kehidupan beragama Islam yang
serba otentik asli dengan berpedoman pada sistem budaya yang berasal dari teks suci. Kelompok puritan berusaha untuk meningkatkan penggalian pustaka suci
dalam bentuk hukum Islam atau dalam rangka pemurnian syariat. Dalam bidang penyiaran Islam diputuskan mengintensifkan pelarangan
aktivitas agama yang berbentuk suatu penyimpangan keyakinan Islam, dengan cara menegakkan gerakan menolak takhayul, bid‟ah, khurafat berupa selametan,
tahlilan, yasinan, ziarah, wayangan, sesaji, ngalap berkah, dan sebagainya. Ajakan kaum puritan adalah untuk menjadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
47
G. Pengertian Budaya Lokal
Seiring perkembangan zaman dan sistem sosial budaya, dewasa ini budaya lokal dimaknai sebagai pengetahuan bersama yang dimiliki sejumlah orang.
Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu. Pengertian budaya lokal sering dihubungkan dengan
kebudayaan suku bangsa. Konsep suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok etnik.
Menurut Fredrik Barth sebagaimana dikutip oleh Parsdi Suparlan, suku bangsa hendaknya dilihat sebagai golongan yang khusus. Kekhususan suku bangsa
47
Sutiyono, Benturan Budaya Islam : Puritan Sinkretis, Jakarta: Kompas, 2010, h. 8.
diperoleh secara turun temurun dan melalui interaksi antarbudaya. Budaya lokal atau dalam hal ini budaya suku bangsa menjadi identitas pribadi ataupun kelompok
masyarakat pendukungnya. Ciri-ciri yang telah menjadi identitas itu melekat seumur hidup seiring kehidupannya. Dengan demikian, pengertian budaya lokal
tidak dapat dibedakan secara tegas. Mattulada sebagaimana dikutip Zulyani Hidayah, mengemukakan lima ciri pengelompokan suku bangsa dalam pengertian
yang dapat disamakan dengan budaya lokal.
48
Pertama, adanya komunikasi melalui bahasa dan dialek di antara mereka. Kedua, pola-pola sosial kebudayaan yang menumbuhkan perilaku dinilai sebagai
bagian dari kehidupan adat istiadat yang dihormati bersama. Ketiga, adanya perasaan keterikatan antara satu dan yang lainnya sebagai suatu kelompok dan
yang menimbulkan rasa kebersamaan di antara mereka. Keempat, adanya kecenderungan menggolongkan diri ke dalam kelompok asli, terutama ketika
menghadapi kelompok lain pada berbagai kejadian sosial kebudayaan. Kelima, adanya perasaan keterikatan dalam kelompok karena hubungan kekerabatan dan
ikatan kesadaran teritorial. Beberapa budaya lokal dapat langsung dikenali dari bahasa yang digunakan
di antara mereka. Bahasa merupakan simbol identitas, jati diri, dan pengikat di antara suku bangsa. Budaya lokal merupakan suatu kebiasaan dan adat istiadat
daerah tertentu yang lahir secara alamiah, berkembang, dan sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Kekayaan budaya lokal di Nusantara dijadikan
laboratorium antropolog. Budaya lokal yang bersifat tradisional yang masih
48
Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya Bandung:Setia Purna Inves, 2007 , h. 11.
dipertahankan. Tidak semua nilai tradisional buruk dan harus dihindari. Justru nilai tradisional itu harus digali dan digunakan untuk mendukung dan membangun agar
tidak bertentangan dengan nilai modern. Dewasa ini, budaya lokal semakin berkembang. Apalagi sejak
berkembangnya teknologi informasi yang canggih. Banyak budaya lokal yang diangkat dalam program acara di televisi. Budaya lokal diedarkan melalui sinetron
dan film dengan sisipan bahasa daerah dan adanya kosakata dalam bahasa daerah tersebut itu menjadi kosakata nasional. Contohnya, kata jomblo dari bahasa Sunda
yang artinya perempuan yang belum memiliki pasangan. Kata jomblo masuk menjadi kata umum yang berarti seseorang yang belum memiliki pasangan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak keluar dari akar budayanya. Melestarikan budaya daerah bukan berarti ketinggalan zaman atau kuno,
melainkan justru orang modern yang bisa mengembangkan budaya daerah.
49
Keanekaragaman budaya Indonesia dari satu daerah dengan daerah lain menunjukkan arti penting adat sebagai perwujudan budaya lokal. Keanekaragaman
adat merupakan simbol perbedaan kultural, dan kebanyakan komunitas etnik seringkali memberi pembenaran pada adat sebagai sumber identitas khas mereka.
50
H. Muhammadiyah
Sejarah perkembangan keagaman di Indonesia telah membuktikan bahwa sebelum Islam dipeluk dan diyakini oleh mayoritas penduduk Nusantara ini,
penduduk pribumi telah merasuk kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu dan
49
Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya Bandung:Setia Purna Inves, 2007, h. 13.
50
Erni budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima Yogyakarta :LkiS, 2000, h. 47