1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kontribusi perkebunan adalah meningkatnya produk domestik bruto PDB, penyerapan tenaga kerja dan meningkatnya kesejahteraan. Nilai PDB perkebunan
secara kumulatif terus meningkat cukup fantastis, dari Rp. 81,66 triliyun pada tahun 2007 tumbuh menjadi Rp.153,731 triliyun pada tahun 2011 dan terus
melambung menembus angka Rp.159,73 triliyun pada tahun 2012 atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 14,79. Untuk pengembangan komoditas ekspor
kelapa sawit, terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2007 - 2012 sebesar 6,96, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat
rata-rata 6,02 per tahun. Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia, khususnya untuk provinsi
Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia 2008
– 2012 [1] Provinsi
Tahun ton 2008
2009 2010
2011 2012
Sumatera Utara 2.738.279 2.738.279 3.113.006 4.071.143 4.182.052
Riau 5.764.203 5.932.310 6.358.703 5.736.722 6.421.228
Sumatera Selatan 1.753.212 2.036.553 2.227.963 2.203.275 2.603.536
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa hasil perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk provinsi Sumatera Utara sendiri, di tahun
2012 hasil produksi mencapai 4,19 juta ton. Dalam pengolahan buah sawit sendiri, dapat dihasilkan 20 Crude Palm Oil CPO dan 1,6 Palm Kernel Oil PKO
dengan menyisakan 78,4 biomassa [2]. Peningkatan produksi kelapa sawit tersebut disebabkan oleh harga CPO yang
relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan produsen, khususnya petani, yang cukup menguntungkan. Sasaran pengembangan kelapa
sawit pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 9,15 juta ha dengan produksi 24,43
Universitas Sumatera Utara
2 juta ton. Upaya pengembangan kelapa sawit dilakukan melalui Revitalisasi
Perkebunan dengan dukungan subsidi bunga melalui program KPEN RP dan penggantian bibit palsu untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit
rakyat. Laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit selama 2007 - 2012 sebesar 12,19 per tahun dengan peningkatan nilai ekspor rata-rata 22,24
per tahun. Realisasi ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2012 telah mencapai volume 20,57 juta ton minyak sawitCPO dan minyak sawit lainnya dengan
nilai US 19,35 milyar. Neraca perdagangan untuk komoditas kelapa sawit tahun 2012 telah mencapai US 19,34 milyar[3].
Persentase kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik relative tinggi sehingga petani cenderung memakai pupuk ini. Namun belakangan ini, harga
pupuk anorganik semakin naik. Hal ini tentu saja menambah beban biaya bagi petani. Selain itu pupuk anorganik dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat
membawa dampak kurang baik, misalnya tanah menjadi rusak akibat penggunaan yang berlebihan dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras, air
tercemar, dan keseimbangan alam akan terganggu [4].
Banyak hal yang mempengaruhi proses pengomposan dan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil kompos yang baik dari bahan baku
TKKS. Seperti melakukan berbagai perlakuan dalam pengomposan yaitu penambahan bahan organik lain. Beberapa studi telah dilakukan untuk pengolahan
TKKS menjadi kompos diantaranya dengan menambahkan bahan tambahan seperti kotoran hewan [5], dan dengan pencampuran POME [6]. Rangkuman dari
beberapa hasil penelitian lain disajikan padaTabel 1.2.
Universitas Sumatera Utara
3 Tabel 1.2 Rangkuman Hasil Penelitian Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong
Kelapa Sawit TKKS [7, 8, 9, 10, 11] NamaPeneliti
Tahun Metode
HasilPenelitian
Baharuddin
et al
.
2010
Pengomposan TKKS dengan POME
anaerobic sludge
yang berasal dari 500 m
3
closed anaerobic methane ddigested
tank,
dengan ukuran potongan TKKS 15-
20 cm dan pengadukan 3 kali dalam seminggu.
Memperoleh waktu pengolahan pengomposan singkat 40 hari
dengan rasio CN akhir 12,4 dan pH pada tumpukan kompos 8,1 -
8,6.
Kananam
et al
. 2011
Pengomposan TKKS dengan penambahan
lumpur
decanter
dan kotoran ayam sebagai sumber nitrogen,
dengan ukuran potongan TKKS
2-5 cm
dan pengadukan setiap 3 hari
sekali Memperoleh hasil penggunaan
decanter
lumpur dan kotoran ayam dalam kondisi aerob dapat
diselesaikan dalam waktu 30 hari sedangkan pada kondisi anaerob
waktu
pengomposan gagal
diselesaikan dalam waktu 90 hari. Raabe
2007 Metode cepat pengomposan
Memperoleh hasil bahwa tinggi tumpukan minimum berukuran
36 x 36 x 36 0,9144 m x 0,9144 m x 0,9144 m
Samsu
et al
.
2010
Pengomposan TKKS dengan POME
anaerobic sludge
yang berasal dari 500 m
3
closed anaerobic methane digested tank
Memperoleh waktu pengolahan pengomposan singkat 40 hari
dengan rasio CN akhir 12,4 dan pH pada tumpukan kompos 8,1 -
8,6.
Zahrim dan Asis 2010
Pengaruh frekuensi sirkulasi dan metode
open turned windrow
dengan dimensi area panjang 4 m, tinggi 1,5
m dan lebar 40 m terhadap pengomposan
Memperoleh hasil
yang menunjukkan bahwa total waktu
pengomposan termasuk persiapan adalah sekitar 40-45 hari dengan
proses pembalikan dilakukan pada hari ke-10, 20, 30 dan 40
1.2 PERUMUSAN MASALAH