LOKASI PENELITIAN PROSEDUR PENELITIAN .1 Proses Pengomposan SKEMA ALAT KOMPOSTER KARAKTERISTIK BAHAN BAKU

26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Pilot Plant Pembangkit Listrik Tenaga Biogas, Pusdiklat LPPM, Universitas Sumatera Utara USU, Medan.

3.2. BAHAN

3.2.1 Bahan Utama

1. Sampel TKKS dari PKS Sei Mangkei dan PKS PTPN III Kebun Rambutan

2. Sampel POA

Effluent biogas hasil pengolahan LCPKS dari Pilot Plant Pembangkit Listrik Tenaga Biogas, Pusdiklat LPPM, USU, Medan 3.2.2 Bahan Analisa 1. H 2 O Aquades

3.3 PERALATAN PENELITIAN

3.3.1 Peralatan Utama

1. Komposter dengan diameter 0,45 m dan tinggi 3 m 2. Termometer 3. Timbangan 4. Alat Pemotong Parang

3.3.2 Peralatan Analisa

1. pH meter 2. Magnetic Stirer 3. Oven 4. Cawan 5. Kertas Saring 6. Desikator 7. Tabung Plastik botol kocok 8. Neraca analitik 9. Beaker glass Universitas Sumatera Utara 27 10. Electric Conductivity meter 3.4 PROSEDUR PENELITIAN 3.4.1 Proses Pengomposan 1. Komposter kosong disiapkan. 2. Dipotong TKKS sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan yaitu 14. 3. TKKS yang telah disiapkan dimasukan kedalam komposter hingga penuh. 4. Ditambahan POA hingga mencapai kadar air optimum 55 – 65 dan dijaga dengan cara penambahan selama proses pengomposan terjadi. 5. Dilakukan variasi sirkulasi: Tanpa sirkulasi Sirkulasi 3 hari sekali Sirkulasi 5 hari sekali 6. Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik penyamplingan sebelum proses pengadukan bagian atas, tengah dan bawah. 7. Pengukuran temperatur dilakukan setiap hari, pada pagi dan sore hari. 8. Dilakukan analisa pH setiap hari. 9. Dilakukan analisa MC setiap hari. 10. Dilakukan analisa CN awal bahan, setiap 10 hari serta setelah terjadinya proses pengomposan.

3.5 PROSEDUR ANALISA

3.5.1 Prosedur Analisa

Moisture Content Moisture Content MC merupakan salah satu parameter pendahuluan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran kadar karbon dan nitrogen. MC dinyatakan dalam satuan persen . Prosedur analisa kadar air dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah dilakukan Sekarsari 2011 dan Amanah 2012. Berikut ini adalah cara menganalisa MC kompos: Universitas Sumatera Utara 28 1. Sampel ditimbang sebanyak 5 gr di tiga titik penyamplingan atas, tengah, dan bawah 2. Cawan kosong ditimbang beratnya 3. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam cawan 4. Cawan berisi ditimbang beratnya 5. Berat sampel di dalam cawan dihitung sebagai berat awal sampel 6. Dimasukkan ke dalam oven, suhunya diset 120 o C selama 4 jam 7. Didinginkan dalam desikator 8. Beratnya ditimbang kembali MC dihitung dengan rumus :

3.5.2 Prosedur Analisa pH

Pengukuran pH dilakukan pada sampel kompos dengan menggunakan pH meter digital. Prosedur analisa pH dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah dilakukan Sekarsari 2011 dan Amanah 2012. Berikut ini adalah cara menganalisa pH pada kompos: 1. Ditimbang kompos sebanyak 1 g dan ditempatkan di beaker glass 2. Ditambahkan aquades sebanyak 100 ml ke dalam beaker glass 3. Digoncang pada magnetic stirer selama 30 menit 4. Diukur pH suspensi kompos pada alat pH meter

3.5.3 Prosedur Analisa Temperatur

Prosedur analisa temperatur dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah dilakukan Sekarsari 2011 dan Amanah 2012. Pengukuran temperatur dilakukan di tiga tempat, yaitu di dasar tumpukan, di pusat atau tengah tumpukan dan di bagian permukaan tumpukan kompos dengan menggunakan termometer digital dan dilakukan sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore. Universitas Sumatera Utara 29

3.5.4 Prosedur Analisa

Water Holding Capacity Water Holding Capacity atau kemampuan ikat air dinyatakan dalam satuan persen , sesuai dengan satuan SNI 19-7030-2004. Dasar penetapan Water Holding Capacity merupakan kadar penguraian air yang ditambahkan dengan air yang berhasil melewati kertas filter saringan dalam bucket analysys dalam 24 jam. Berikut ini adalah langkah – langkah menganalisa Water Holding Capacity : 1. Diayak kompos matang sebanyak 50 gram 2. Dimasukkan kompos yang telah diayak ke dalam bucket berlubang yang telah dilapisi dengan kertas filter 3. Kemudian ditambahkan air sebanyak 50 ml dan didiamkan selama 24 jam 4. Dihitung volume air yang berhasil melewati kertas saring dengan persamaan: 100 Va Vb - Va WHC Keterangan : Va : volume air yang ditambahkan 50 ml Vb : volume air yang lolos melalui kertas saring ml

3.5.5 Prosedur Analisa

Electrical Conductivity Pengukuran electrical conductivity dilakukan pada sampel kompos dengan menggunakan electrical conductivity meter digital. Prosedur analisa electrical conductivity dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah dilakukan Whitney 2007. Berikut ini adalah cara menganalisa electrical conductivity pada kompos: 1. Ditimbang kompos sebanyak 10 g dan ditempatkan di beaker glass 2. Ditambahkan aquades sebanyak 20 ml ke dalam beaker glass 3. Digoncang pada magnetic stirer selama 15 menit 4. Ditempatkan electrical conductivity meter pada larutan KCl 0,01 N Universitas Sumatera Utara 30 5. Diatur electrical conductivity meter untuk membaca 1,412 dSm 6. Ditempatkan electrical conductivity meter pada suspensi kompos 7. Diukur electrical conductivity suspensi kompos 3.5.6Analisa Perbandingan CN dan Bahan Organik Lainnya Rasio CN merupakan parameter terpenting dalam parameter kimia kompos. Parameter ini dipengaruhi oleh proses degradasi biologis dalam kompos terhadap kandungan karbon dan nitrogen sehingga nilainya dipengaruhi oleh keberadaan mikroorganisme. Karbon dan nitrogen merupakan nutrisi terpenting yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam aktifitasnya menguraikan bahan organik, karbon dibutuhkan sebagai sumber energi dalam pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, karbon juga diubah menjadi dinding sel atau membran, protoplasma, dan produk sisa [30]. Analisa CN dan bahan organik lainnya dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 31

3.6 SKEMA ALAT KOMPOSTER

Komposter yang digunakan dalam proses pengomposan ini terbuat dari drum yang memiliki diameter 0,45 m dan tinggi 3 m. Pada komposter ini terdapat 3 lubang tempat pengambilan sampel, tempat untuk sirkulasi dan tempat untuk mengukur suhu. Adapun bentuk komposter disajikan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Skema Komposter Lubang Asupan Oksigen Tempat Pencuplikan sampel dan pengukuran suhu Tempat untuk sirkulasi Diameter Komposter: 0,45 m Tinggi Komposter: 3 m Jumlah lubang asupan udara: 18 buahm Luas lubang asupan udara: 72 cm 2 m 2 Universitas Sumatera Utara 32 3.7 FLOWCHART PENELITIAN 3.7.1 Flowchart Proses Pengomposan Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Pengomposan Mulai Komposter diisi penuh dengan TKKS yang telah disiapkan Dipotong TKKS dengan ukuran 14 Persiapan komposter kosong Dilakukan pengambilan sampel di tiga titik penyamplingan sebelum proses pengadukan bagian atas, tengah dan bawah Ditambahkan POA hingga Moisture Content MC mencapai MC pengomposan optimum 55- 65 dan dijaga MC optimum dengan cara penambahan POA selama pengomposan Dilakukan variasi sirkulasisetiap 0 hari,3 hari, dan 5 hari sekali Dilakukan pengukuran temperatur 2 kali sehari pagi dan sore Dilakukan analisa MC dan pH 1 kali sehari Dilakukan analisa CN serta bahan organik lainnya pada awal, setiap 10 hari, dan setelah pengomposan Selesai Universitas Sumatera Utara 33

3.7.2 Flowchart Analisa

Moisture Content MC Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Analisa Moisture Content Mulai Dimasukkan sampel yang ditimbang ke dalam cawan Ditimbang Berat Cawan Kosong Ditimbang sampel sebanyak 5 gram Dihitung berat sampel di dalam cawan sebagai berat awal sampel Selesai Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 120 o C selama 4 jam Didinginkan di dalam desikator Ditimbang Beratnya Kembali Universitas Sumatera Utara 34

3.7.3 Flowchart Analisa pH

Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Analisa pH 3.7.4 Flowchart Analisa Temperatur Gambar 3.5 Flowchart Prosedur Analisa Temperatur Mulai Digoncang dengan magnetic stirrer selama 30 menit Ditambahkan air sebanyak 100 ml Ditimbang sampel kompos sebanyak 1 gram dan diletakkan di beaker Diukur pH suspensi kompos dengan menggunakan pH meter Selesai Mulai Dicatat suhu masing – masing termometer Dimasukkan termometer ke komposter di masing- masing titik pensampelan Disiapkan termometer digital Selesai Universitas Sumatera Utara 35

3.7.5 Flowchart Analisa

Water Holding Capacity Gambar 3.6 Flowchart Prosedur Analisa Water Holding Capacity Mulai Ditambahkan air sebanyak 50 ml dan didiamkan selama 24 Dimasukkan kompos yang telah diayak ke dalam bucket berlubang yang telah dilapisi dengan kertas filter Diayak kompos matang sebanyak 50 gram Selesai Dihitung volume air yang berhasil melewati kertas saring Universitas Sumatera Utara 36

3.7.6 Flowchart Analisa

Electrical Conductivity Gambar 3.7 Flowchart Prosedur Analisa Electrical Conductivity Ditempatkan electrical conductivity meter pada larutan KCl 0,01 N Selesai Diatur electrical conductivity meter untuk membaca 1,412 dSm Ditempatkan electrical conductivity meter pada suspensi kompos Diukur electrical conductivity suspensi kompos Mulai Digoncang dengan magnetic stirer selama 15 menit Ditambahkan air sebanyak 20 ml Ditimbang sampel kompos sebanyak 10 gram dan diletakkan di beaker Universitas Sumatera Utara 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU

Penelitian ini menggunakan bahan baku yaitu tandan kosong kelapa sawit TKKS yang berasal dari PKS Sei Mangkei dan PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi sebagai bahan baku serta pupuk organik aktif POA yang berasal dari LPPM Biogas USU. Karakteristik TKKS dan POA yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3. Sedangkan hasil uji laboratoriumnya disajikan pada lampiran D. Tabel 4.1 Karakteristik TKKS PKS Sei Mangkei Tabel 4.2 Karakteristik TKKS PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi Parameter Satuan TKKS Metode Pengukuran Moisture 50,35 SNI 03-1971-1990 pH 7,77 Menggunakan pH meter dengan metode Potensiometri C 37,89 Metode Walkley Black N 1,22 Metode Kjeldahl CN 31,06 Pembagian kadar CN WHC 34 ASTM D7367-07 Parameter Satuan TKKS Metode Pengukuran Moisture 50,35 SNI 03-1971-1990 pH 7,77 Menggunakan pH meter dengan metode Potensiometri C 44,68 Metode Walkey Black N 1,37 Metode Kjeldahl CN 32,61 Pembagian kadar CN WHC 55,2 ASTM D7367-07 Universitas Sumatera Utara 38 Tabel 4.3 Hasil Analisa Karakteristik POA Parameter Satuan POA Metode Pengukuran C 0,58 Metode Walkley Black N 0,10 Metode Kjeldahl CN 5,8 Pembagian kadar CN P 2 O 5 0,016 K 2 O 0,167 pH 8,09 Menggunakan pH meter dengan metode Potensiometri COD mgl 1.580 BerdasarkanTabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa TKKS dan POA memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dijadikan kompos. TKKS mengandung sumber karbon yang tinggi dan POA sebagai sumber mikroorganisme dan nutrisi tambahan. Apabila keduanya dicampur diharapkan kandungan nutrisi telah cukup untuk mikroorganisme dapat tumbuh dan mendegradasi TKKS menjadi kompos. Tambahan lagi, pH keduanya adalah bersifat basa sehingga kompos yang dihasilkan memiliki pH yang sesuai dengan pH tanah.

4.2 ANALISIS KOMPOS