43 ion hidrogen sebagai akibat dari proses nitrifikasi [7]. Pada hari ke
– 9, pH mengalami kenaikan kembali menjadi 9,57. Hingga pada akhirnya kompos masak
pada pH 8,80. Secara keseluruhan kondisi yang terjadi selama pengomposan cenderung
basa yaitu dengan rentang 8,5 – 9,5. Hal ini terjadi karena adanya lubang asupan
oksigen yang menyebabkan CO
2
tidak terperangkap dalam ruang kosong antara partikel kompos, sehingga mencegah terjadinya kondisi asam pada tumpukan atau
penurunan pH yang signifikan [39,40]. Meningkatnya pH menjadi kondisi basa baik untuk proses pengomposan. Karena kondisi basa dapat menghambat
pertumbuhan patogen seperti jamur yang dapat hidup dalam kondisi asam [2].
4.2.3 Analisis Kompos Berdasarkan Nilai CN
Untuk mengetahui kualitas kompos yang dihasilkan, maka perlu diukur nilai CN yang dilakukan setiap 10 hari sekali selama proses pengomposan. Pada
pengomposan ini menggunakan TKKS dipotong-potong menjadi 14, sirkulasi 5 hari sekali, dan luas lubang asupan oksigen 72 cm
2
m. Adapun grafik perubahan nilai CN ditampilkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik Perubahan CN Terhadap Waktu Pengomposan Pada grafik di atas tampak perubahan nilai CN terhadap waktu
pengomposan. CN dianalisa sebanyak 5 kali selama proses pengomposan dari 5
10 15
20 25
30 35
40
10 20
30 40
C N
Waktu Pengomposan hari Perubahan CN
Standar SNI CN
Universitas Sumatera Utara
44 hari ke-1 sampai hari ke-40. Nilai CN awal TKKS adalah 32,61, setelah proses
pengomposan nilai CN berkurang drastis menjadi 21,32 pada hari ke-10 dan pada akhir pengomposan hari ke-40 nilai CN mengalami penurunan kembali menjadi
19,54. Penurunan nilai CN adalah akibat penurunan kadar C selama
pengomposan, sebaliknya kadar N pada kompos semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya proses dekomposisi bahan organik dari hasil aktivitas
mikroba [41,35]. Nilai CN merupakan salah satu indikator penting yang menyatakan kematangan kompos [6,21]. TKKS awal memiliki nilai perbandingan
CN 32,61 dan hasil akhir pengomposan menunjukkan nilai perbandingan CN menjadi 19,54.
4.2.4 Analisis Kompos Berdasarkan
Bacterial Count
BC
Keberlangsungan proses biodegradasi bahan organik ditandai dengan adanya mikroba yang tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, perlu diukur
bacterial count
yang dilakukan setiap 10 hari sekali selama proses pengomposan. Pada pengomposan ini menggunakan TKKS yang dipotong-potong menjadi 14,
sirkulasi 5 hari, dan luas lubang asupan oksigen 72 cm
2
m. Adapun grafik perubahan
bacterial count
ditampilkan pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Grafik Perubahan
Bacterial Count
BC Terhadap Waktu Pengomposan
10 20
30 40
50 60
70
10 20
30 40
50 60
70 80
10 20
30 40
S uhu
B a
c te
ri a
l C
o u
n t
x 10
6
Waktu Pengomposan hari Bacterial Count
Suhu
Universitas Sumatera Utara
45 Pada grafik di atas tampak perubahan
bacterial count
terhadap waktu pengomposan.
Bacterial count
dianalisa sebanyak 5 kali selama proses pengomposan dari hari ke
– 1 sampai hari ke – 40. Nilai
bacterial count
pada hari ke
– 1 adalah 26 x 10
6
, kemudian konstan pada hari ke – 10 yaitu 26 x 10
6
. Pada hari ke
– 20, nilai
bacterial coun t
menurun menjadi 24 x 10
6
dan konstan sampai hari ke
– 40. Penurunan yang terjadi pada hari ke
– 1 sampai hari ke – 20 disebabkan penurunan suhu dari termofilik menjadi mesofilik sehingga bakteri termofilik
banyak yang mati dan digantikan bakteri mesofilik. Penurunan suhu ini disebabkan karena sebagian besar bahan organik telah mengalami degradasi. Hal
tersebut sesuai dengan yang dilaporkan Budi
et al
. 2009, bahwa pada tahap awal pengomposan, bakteri termofilik akan menguraikan bahan organik karena bakteri
ini aktif pada suhu tinggi. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur
– angsur mengalami penurunan mencapai suhu normal sehingga bakteri termofilik akan mati [19].
4.2.5 Analisis Kompos Berdasarkan