Analisis Kompos Berdasarkan Suhu Dan MC

38 Tabel 4.3 Hasil Analisa Karakteristik POA Parameter Satuan POA Metode Pengukuran C 0,58 Metode Walkley Black N 0,10 Metode Kjeldahl CN 5,8 Pembagian kadar CN P 2 O 5 0,016 K 2 O 0,167 pH 8,09 Menggunakan pH meter dengan metode Potensiometri COD mgl 1.580 BerdasarkanTabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa TKKS dan POA memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dijadikan kompos. TKKS mengandung sumber karbon yang tinggi dan POA sebagai sumber mikroorganisme dan nutrisi tambahan. Apabila keduanya dicampur diharapkan kandungan nutrisi telah cukup untuk mikroorganisme dapat tumbuh dan mendegradasi TKKS menjadi kompos. Tambahan lagi, pH keduanya adalah bersifat basa sehingga kompos yang dihasilkan memiliki pH yang sesuai dengan pH tanah.

4.2 ANALISIS KOMPOS

HASIL DARI PENGOMPOSAN TKKS DENGAN POA Kualitas kompos dari TKKS yang dipotong-potong menjadi 14, sirkulasi 5 hari sekali, kandungan kelembapan moisture content , MC dijaga 55-65, berat awal TKKS 206 kg, dan menggunakan komposter yang berdiameter 45 cm dan tinggi 3 m serta luas lubang asupan oksigen 72 cm 2 m akan dibahas pada sub bab ini. Pembahasan meliputi parameter-parameter yang dianalisis yakni suhu, MC, pH, bacterial count BC, electrical conductivity EC,dan kualitas kompos.

4.2.1 Analisis Kompos Berdasarkan Suhu Dan MC

Keberlangsungan proses pengomposan dapat dilihat dari perubahan suhu dan MC selama proses pengomposan. Pengukuran suhu kompos setiap hari dilaksanakan pada pagi 9.00 – 10.00 WIB dan sore 17.00-18.00 WIB. Pada setiap pengukuran dibaca suhu pada ketinggian 1 m, ketinggian 2m, dan Universitas Sumatera Utara 39 ketinggian 3 m. Sedangkan analisis MC hanya dilakukan setiap pagi hari pada ketinggian 1 m, ketinggian 2 m, dan ketinggian 3 m. Data hasil pengukuran suhu dan analisis MC disajikan pada Gambar 4.1. Profil perubahan suhu dan MC yang disajikan pada Gambar 4.1, cukup sulit dibahas karena banyaknya data yang berimpit. Sehingga, untuk memudahkan pembahasan, data perubahan suhu dan MC dievaluasi setiap dua hari dengan menghitung suhu rata-rata dan error bar . Hasil dari penyederhanaan disajikan pada Gambar 4.2. Gambar 4.1 Profil Suhu Dan MC Pada Pengomposan TKKS yang Dipotong 14, Penambahan POA Sebanyak 41,69 Liter, Luas Lubang Asupan Oksigen 72 cm 2 m, Dan Sirkulasi 5 hari sekali 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 M o is tu re C o n te n t S uhu C Waktu Pengomposan hari Suhu Pagi Ketinggian 1 m Suhu Pagi Ketinggian 2 m Suhu Pagi Ketinggian 3 m Suhu Sore Ketinggian 1 m Suhu Sore Ketinggian 2 m Suhu Sore Ketinggian 3 m MC Ketinggian 1 m MC Ketinggian 2 m MC Ketinggian 3 m MC Sesuai SNI Universitas Sumatera Utara 40 Gambar 4.2 Penyederhanaan Profil Suhu Dan MC Pada Pengomposan TKKS yang Dipotong 14, Penambahan POA Sebanyak 41,69 Liter, Luas Lubang Asupan Oksigen 72 cm 2 m, Dan Sirkulasi 5 hari sekali Pada Gambar 4.2, dilihat suhu awal adalah 35 o C, setelah itu suhu mengalami kenaikan setelah dicampur POA, selama pengamatan suhu pada komposter mengalami kenaikan hingga 2 hari pertama, menjadi 51,63 o C pada ketinggian 1 m; 62,73 °C pada ketinggian 2 m, dan 61,78 °C pada ketinggian 3 m, ini mencerminkan mikroba pendekomposisi aktif di dalam komposter. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Siong et al . 2009, bahwa jika bahan yang mengandung organik tinggi ditambahkan ke bahan yang mengandung selulosa seperti TKKS maka panas yang dihasilkan dalam tumpukan berasal dari proses biodegradasi [35]. Profil suhu cenderung menurun selama proses pengomposan walaupun ada beberapa titik cenderung naik tetapi relatif kecil seperti pada 11 – 12 hari, 13 – 14 hari, dan 23 – 24 hari pada ketinggian 2 m, dan 23 – 24 hari pada ketinggian 3 m. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 M o is tu re C o n te n t S uhu C Waktu Pengomposan hari Suhu Ketinggian 1 m Suhu Ketinggian 2 m Suhu Ketinggian 3 m MC Ketinggian 1 m MC Ketinggian 2 m MC Ketinggian 3 m Universitas Sumatera Utara 41 Kenaikan suhu pada 0 – 2 hari disebabkan adanya proses biodegradasi oleh mikroba termofilik yang menghasilkan NH + , CO, dan panas melalui sistem metabolisme dengan bantuan oksigen. Suhu maksimum pada pengomposan ini adalah 62,37 o C yakni dicapai pada hari ke dua pada ketinggian 2 m. Setelah itu, suhu perlahan mulai menurun sampai hari ke-40. Hal ini sesuai seperti yang dilaporkan oleh Shen et al. 2010 dan Siong et al . 2009, mereka menyatakan bahwa setelah peningkatan suhu yang cepat selanjutnya perlahan-lahan suhu akan menurun dan ini mengindikasikan bahwa proses degradasi melambat seiring dengan menipisnya ketersediaan nutrisi [36,35]. MC adalah parameter penting untuk mengoptimalkan proses pengomposan. Pada penelitian ini, penambahan POA ke TKKS selain untuk menambah mikroba dan nutrisi, juga untuk mempertahankan nilai MC disekitaran 55-65. MC awal sebelum penambahan POA adalah 50,35, lalu ditambahkan POA sebanyak 8 liter sehingga nilai MC menjadi 60,15 pada ketinggian 1 m; 55,56 pada ketinggian 2 m, dan 54,87 pada ketinggian 3 m. Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan Tiquia et al . 2001, bahwa tingginya suhu bisa menyebabkan hilangnya air terus-menerus dalam bentuk penguapan [37]. Tingginya nilai standar deviasi pada MC menunjukkan perbedaan nilai MC pada masing-masing bagian gundukan yaitu pada ketinggian 1 m, ketinggian 2 m dan ketinggian 3 m.Hal ini terjadi karena POA yang ditambahkan belum tercampur sempurna pada setiap bagian tumpukan. Oleh karena itu dibutuhkanya sirkulasi untuk meratakan distribusi cairan yang ditambahkan. MC akhir pada hari 40 diperoleh 67,89 , nilai ini mendekati dengan nilai MC yang diperoleh pada penelitian-penelitian sebelumnya. Seperti yang dilaporkan Siong et al . 2009, diperoleh MC 50 dan Baharuddin et al . 2010, memperoleh MC sebesar 52 [35,7]. Tiquia et al . 2001 juga melaporkan bahwa kadar air sekitar 40 sampai 65 diperlukan untuk kelangsungan hidup mikroba sementara itu kadar air melebihi 80 bisa membunuh mikroba aerobik karena kekurangan udara [37]. Oleh karena itu, penambahan POA sangat penting untuk mempertahankan aktifitas biologi serta menyediakan sumber nitrogen. Universitas Sumatera Utara 42

4.2.2 Analisis Kompos Berdasarkan pH