14
termofilik
di atas 40 °C. Kebanyakan pengomposan berlangsung pada suhu antara 45 °C dan 65 °C. Suhu
termofilik
merupakan kondisi suhu yang menghasilkan dekomposisi yang lebih cepat [23].
Peningkatan temperatur disebabkan oleh reaksi eksoterm dan aktifitas metabolisme mikroorganisme. Pada metode
windrow
, temperatur akan naik karena pengadukan dan hanya dapat dikontrol secara tidak langsung dengan
pengukuran setelah pengadukan. Setelah pengadukan, biasanya temperatur akan turun 5
– 10°C, namun akan kembali naik setelah beberapa jam. Temperatur pada
windrow
turun 10 – 15 hari setelah oksidasi organik, suhu akan dapat berhenti
naik pada hari ke 9 atau ke 10 sehingga aktifitas mikroorganisme pun menurun [22].
2.6.5 pH
Pengontrolan pH sangat penting seperti temperatur dalam mengevaluasi aktifitas mikroorganisme dan kestabilan sampah. pH pengomposan awal sampah
organik berkisar antara 5 -7. Pada awal pengomposan, pH akan turun sampai 5 atau kurang dari itu karena organik akan berada pada temperatur ambien dan
aktifitas mikroorganisme mesofil akan meningkat dalam menduplikasi diri sehingga produksi asam organik akan meningkat dan pH akan turun. Pada saat
termofilik
, temperatur akan naik dan terjadi aerobik proses sehingga pH akan naik sampai 8
– 8,5. Setelah kompos matang, pH akan turun menjadi 7 – 8 [22]. Pada pengomposan bahan dengan kandungan lignin yang tinggi dengan lumpur
biologis, pH cenderung rendah yakni sekitar 5,1-5,5 [16].
2.6.6 Kadar Air
Moisture
diperlukan untuk mendukung proses metabolisme mikroba dan merupakan suatu paremeter penting untuk dikendalikan dalam pengomposan [23].
Kelembaban yang optimum berkisar antara 50 – 60. Kadar air dapat juga
ditambahkan dengan penambahan air. Apabila kelembaban kompos kurang dari 40 maka reaksi akan melambat [22].
Pada saat matang, kadar air yang disyaratkan oleh SNI 19-7030-2004 adalah kurang dari 50 [28]. Kadar air dalam kompos matang tidak baik apabila terlalu
tinggi. Hal ini dikarenakan karena kadar air secar langsung berhubungan dengan nilai
water holding capacity
Universitas Sumatera Utara
15
2.6.7 Penambahan Air, Mikroorganisme, dan Pencampuran Bahan Lain
Dua faktor desain yang menentukan penambahan air, mikroorganisme, dan pencampuran dengan bahan lain yang mengandung CN yang tinggi adalah
kelembaban dan nilai CN. Untuk dapat mencapai CN yang optimum, kompos dapat juga dicampurkan dengan bahan-bahan yang mengandung sumber karbon
yang tinggi seperti kertas, daun, kotoran hewan, dan lumpur dari instalasi pengolahan air limbah. Untuk mendapatkan kadar karbon dan nitrogen yang
sesuai dengan standar kompos, maka diperlukan informasi mengenai kandungan karbon dan nitrogen awal.
Kadar karbon dan nitrogen dapat diatur dengan melakukan pencampuran bahan-bahan kompos. Sebelumnya, bahan-bahan kompos ini telah diketahui kadar
karbon dan nitrogen. Kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Dimana
x
adalah perbandingan atau rasio jumlah banyaknya bahan 2 dan bahan 1. Kandungan karbon dan nitrogen ini dihitung berdasarkan kadar kedua
unsur tersebut dalam jumlah kering [22]. Pencampuran dengan bahan lain menyebabkan pengontrolan terhadap kelembaban. Penambahan mikroorganisme
juga dapat dilakukan untuk menghasilkan dekomposisi yang cepat.
2.6.8 Pengadukan