Agama Cikarang. Selain itu metode ini akan digunakan ketika menggambarkan kasus yang ada dalam putusan tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut:
Bab pertama , dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan penelitian terdahulu, metode penelitian dan penulisan serta sistematika penulisan.
Bab kedua , dalam bab ini memuat pengertian nafkah iddah, dasar
hukum nafkah iddah, syarat-syarat istri menerima nafkah, nafkah istri setelah perceraian.
Bab ketiga , dalam bab ini membahas Profil Pengadilan Agama
Cikarang, Tugas dan Kewenangan Pengadilan Agama Cikarang, Perkara Yang Diterima dan Diputus Pengadilan Agama Cikarang Tahun 2013.
Bab keempat
, dalam bab ini berisi putusan Pengadilan Agama Cikarang tentang nafkah iddah, analisa putusan Pengadilan Agama Cikarang
tentang nafkah iddah, pelaksanaan putusan nafkah iddah di Pengadilan Agama Cikarang, upaya Pengadilan Agama Cikarang untuk terlaksananya pembayaran
nafkah iddah dan analisis penulis.
Bab kelima
, memuat kesimpulan dari seluruh pembahasan untuk kemudian penulis memberikan saran-saran yang konstruktif.
BAB II NAFKAH IDDAH MENURUT HUKUM ISLAM
A. Pengertian Nafkah dan Iddah
Nafkah secara etimologi berasal dari kata
ةقفنلا
yang berarti “belanja”, kebutuhan pokok” dan juga berarti biaya ataupun pengeluaran uang,
11
Dalam madzahib al arba’ah disebutkan
جارخاا ةغللا يف ةقفنلا
yaitu pengeluaran.
12
Sekilas bisa dipahami kalau nafkah tentu berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari bagi manusia. Sementara dalam kamus Bahasa
Indonesia, nafkah adalah belanja untuk hidup uang pendapatan.
13
Kata nafkah adalah bentuk masdar dari kata nafaqa yang berati harta yang dinafkahkan. Bila
kata nafkah dihubungkan dengan pernikahan mengandung arti: “pemberian yang wajib dilakukan oleh suami terhadap isterinya dalam masa penikahan”.
14
Secara material nafkah adalah semua kebutuhan dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan, minuman, pakaian,
11
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir, Cet-1, Yogyakarta: upbk. PP. al-Munawir, 1987 h. 1548.
12
Al Juzairi, Fiqih Ala Madzahib Al Arba’ah Juz IV. Beirut: Darul Kutub Al Ilmiyah, 1990, h.
485.
13
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 679.
14
Amir Syarifudin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia; antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, 2006, h. 165.
14