2.7 Pengaruh Populasi Jajagoan Terhadap Tanaman Padi
Jajagoan merupakan gulma yang paling dominan pada tanaman padi yang tersebar di banyak negara di Asia dan merupakan gulma utama dalam
berbagai tanaman di seluruh daerah tropis dan subtropis Holm et al., 1991. Jajagoan bersaing dengan tanaman untuk mendapatkan nutrisi, air dan cahaya.
Sebagian besar bukti bahwa pengaruh dari jajagoan pada tanaman padi dan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, kerugian yang disebabkan
jajagoan pada tanaman padi di Sri Langka, jumlah jajagoan batas ambang jajagoan untuk kompetisi sepanjang musim yaitu 5 tanamanm
2
Sedangkan di Brazil, keberadaan jajagoan sepanjang musim dapat menurunkan hasil panen sebesar 45. Berdasarkan hasil penelitian Azmi et
al . 1994 di Malaysia kehilangan hasil 7 untuk setiap penambahan jumlah
populasi populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda dibandingkan dengan tidak adanya jajagoan. Menurut Chisaka 1977
menunjukkan bahwa adanya kerapatan jajagoan 20 m , di mana
kerugian hasil gabah mencapai 8-17 Senanayake et al., 1986.
2
Di India, pertumbuhan gulma Jajagoan pada padi sawah dengan menanam benih jajagoan langsung dapat menyebabkan penurunan 53 pada
hasil gabah Ali dan Sankaran, 1984. Menurut Paradkar et al. 1998 mencatat bahwa kehilangan hasil 30 akibat jumlah populasi jajagoan 15 m
mengakibatkan kerugian sebesar 16.
2
, sedangkan pada populasi jajagoan 30-120 m
2
dapat mengakibatkan kehilangan hasil 40 - 61 pada per tanaman padi.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan di Brazil, melaporkan bahwa penurunan hasil padi sebesar 16, 25, 70, dan 80 dari jumlah populasi jajagoan dari 5, 10-20, 40-60 dan
80-100 m
2
. Di Amerika Serikat, Stauber et al. 1991 mencatat bahwa penurunan hasil tanaman padi mencapai 50 yang disebabkan jumlah
populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda 20 m
-2
2.8 Persaingan Tanaman Padi dengan Gulma
. Hasil penelitian Chisaka 1977 dan Murakami et al. 1978 di Jepang menunjukkan
bahwa kerugian terbesar pada varietas padi genjah dan pada waktu jajagoan tumbuh di lahan tanaman padi sawah.
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu
pencari. Persaingan kompetisi timbul dari tiga reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua
tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan tersebut
berkurang maka persaingan akan timbul, sehingga istilah persaingan menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman
yang timbul dari asosiasi lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain Moenandir, 1993.
Semua tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya dan menimbulkan kerugian disebut gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang
berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya
pertanian Monaco, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Navas 1991 mendefinisikan gulma sebagai tanaman yang membentuk populasi yang mampu memasuki habitat tanaman yang
dibudidayakan, secara nyata mengganggu manusia, dan berpotensi menekan atau menggantikan tanaman penduduk yang sengaja dibudidayakan. Gulma
dapat berkembang dibawah kondisi yang dihasilkan oleh praktik-praktik pertanian bidang pengolahan tanah, irigasi, pemupukan, dan dapat
meminimalkan pertumbuhan normal, kesuburan rendah, dan meningkatkan populasi hama.
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman padi, gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok
Gupta, 1984. Pada tanaman padi, biaya pengendalian gulma mencapai 50 dari biaya total produksi IRRI, 1992. Komunitas gulma dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah dan cara
pengendalian gulma Noor dan Pane, 2002. Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk
mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas,
kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing Jatmiko et al., 2002.
Pengaruh tidak langsung gulma terhadap tanaman dapat menyebabkan terhambatnya aksesibilitas sehingga berakibat buruk terhadap efisiensi dan
efektivitas pemupukan, sulitnya pengendalian hama dan penyakit serta pekerjaan-pekerjaan lain Purba, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Dampak adanya gulma juga mengakibatkan persaingan tanaman dalam mengambil unsur hara, air, ruang dan cahaya. Dilahan irigasi,
persaingan gulma dengan padi dapat menurunkan hasil padi 10-40 , tergantung pada spesies dan kerapatan gulma, jenis tanah, pasokan air dan
keadaan iklim Nantasomsaran dan Moody, 1993 ; Pane dan Jatmiko, 2009. Pada tingkat pengelolaan petani, kehilangan hasil padi akibat
persaingan dengan gulma berkisar antara 10-15 Nyarko dan De Datta 1991, sementara di Karawang tingkat kehilangan hasil tersebut sebesar
8-12 Pane et al., 2002. Ini menandakan bahwa penyiangan yang dilakukan petani belum tuntas, karena suaktu penyiangan, petani sukar
membedakan antara bibit padi dengan gulma yang sangat mirip padi, seperti gulma jajagoan.
Menurut World Bank 1996, gulma menyebabkan kehilangan hasil panen padi di Asia 50 juta ton dengan nilai lebih dari US10 milliar.
Sedangkan menurut Labrada 2003, kompetisi gulma di Cina menyebabkan kehilangan produksi padi sebesar 10 juta ton setiap tahun.
Penyiangan yang dilakukan dalam pengelolaan gulma termasuk dalam pengelolaan gulma secara mekanis, yang merupakan usaha menekan
pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengelolaan ini hanya
mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik cara manual maksudnya adalah pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan
merupakan cara yang praktis, efesien dan ramah lingkungan, cara ini umumnya cukup baik dilakukan pada berbagai jenis gulma, salah satunya
Universitas Sumatera Utara
yaitu gulma jajagoan yang sering tumbuh di sekitar lahan padi sawah Sukman dan Yakup, 2002.
Besarnya persaingan antara gulma dan tanaman juga ditentukan oleh kerapatan gulma dan lamanya gulma tumbuh bersamaan dengan tanaman
budidaya serta jenis gulma. Semakin tinggi kerapatan gulma, maka semakin besar pula penekananya terhadap produksi tanaman dan semakin lama gulma
tumbuh bersama dengan tanaman pokok maka semakin banyak persaingan yang akan terjadi, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil
produksi yang didapatkan akan menurun Mangoesoekardjo, 1978 dan Syam et al.
, 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Desa Kampung Baru, Kecamatan Badar, Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian tempat
berkisar 250-350 mdpl, dengan tofografi datar, dengan jenis tanah sawah Andosol BPS, 2012 dan Distan, 2012. Penelitian dilakukan pada bulan
Pebruari hingga bulan Mei 2014.
3.2 Survei Populasi Jajagoan
Penentuan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda dilakuakan dengan menggunakan metode survei di lapangan areal
sawah petani penanaman padi. Tujuan dilakukanya survei untuk mendapatkan jumlah populasi jajagoan di lokasi areal persawahan petani dengan menyurvei
lima 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Badar Desa Kampung Baru dan Desa Salang Alas dengan jumlah 62 rumpun dengan luas petak amatan 375 m
2
. Pada Kecamatan Lawe Sumur Desa Terutung Megara Lawe Pasaran dan Desa
Lawe Sumur masing-masing jumlah populasi jajagoan 75 rumpun dengan luas petak amatan 450 m
2
dan 37 rumpun dengan luas petak amatan 150 m
2
, sedangkan Kecamatan Babussalam Desa Batu Mbulan dan Desa Gusung
Mentali jumlah populasi jajagoan 40 dengan luas petak amatan 300 m
2
dan 48 rumpun dengan luas petak amatan 288 m
2
. Setelah diketahui jumlah jumlah jajagoan di areal persawahan petani maka selanjutnya hasil populasi yang di
dapat di jadikan sebagai dasar penentuan populasi dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara