Penentuan Tanaman Sampel Pengamatan Hasil Produksi Parameter Pengamatan Tanaman Padi

mencabut gulma menggunakan tangan sehingga gulma lain tidak dapat tumbuh.

f. Pengendalian Hama Tanaman Padi

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan bahan racun insektisida BONA 500 EC dengan bahan aktif BPMC, dengan dosis anjuran 1,5 mlha per 4,5 liter air total dosis BONA yang digunakan adalah 81 ml per 24,6 liter air. Pembuatan larutan semprot dilakukan dengan mencampurkan insektisida sekaligus dalam tong yang berisi pelarut air. Aplikasi dilakukan dengan alat sprayer tipe gendong pada pagi hari dengan kondisi air dilahan tanaman padi dalam keadaan macak-macak.

g. Panen

Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008, panen padi dilakukan pada saat tanaman padi berumur 125 hari HST, dengan keadaan butir padi sudah menguning merata dan tangkai buah padi sudah merunduk. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang menggunakan sabit, setelah dilakukan pemanenan hasil padi, benih akan diproses sesuai dengan pedoman parameter pengamatan penelitian.

h. Penentuan Tanaman Sampel Pengamatan Hasil Produksi

Penentuan tanaman sampel hasil produksi pada plot penelitian dilakukan dengan cara acak dengan mengambil tanaman padi yang telah siap dipanen berjumlah 3 tanaman setiap plot penelitian.

i. Parameter Pengamatan Tanaman Padi

Adapun parameter yang akan diamati pada tanaman padi adalah : Universitas Sumatera Utara

1. Tinggi Tanaman Padi

Tinggi tanaman padi diukur mulai dari pangkal batang 5 cm di atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman padi dilakukan pada saat umur tanaman padi berumur 3 MST, 6 MST, 9 MST dan 12 MST.

2. Luas Daun Tanaman Padi

Luas daun diukur dengan menggunakan Leaf Area Meter LAM. Luas daun yang diukur pada tanaman padi adalah daun yang telah sempurna. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 3, 6, 9 dan 12 MST. Pengukuran luas daun dilakukan pada tanaman sampel destruktif untuk setiap plot penelitian.

3. Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi

Pengamatan bobot kering tajuk tanaman dihitung setelah tanaman berumur 3, 6, 9 dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicabut secara hati-hati agar akar tidak rusak, kemudian dicuci di dalam ember dan air digoyang-goyang agar tanaman bersih dari tanah, setelah tanaman bersih dikering anginkan kemudian tajuk padi dipotong + 5 cm dari pangkal batang tanaman padi tajuk tanaman padi dipotong-potong dengan ukuran ± 5 cm lalu dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dilem. Amplop dimasukkan dalam oven pada suhu 65

4. Bobot Kering Akar Tanaman Padi

C selama 24 jam. Pengamatan bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman berumur 3, 6, 9 dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif Universitas Sumatera Utara dicabut secara hati-hati agar akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember sampai akar bersih dari tanah, lalu dipotong mulai dari leher akar. Akar dipotong-potong sepanjang ± 5 cm, kemudian dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dilem. Amplop dimasukkan dalam oven pada suhu 65

5. Penghitungan Jumlah Anakan Tanaman Padi

C selama 24 jam. Jumlah anakan tanaman padi dihitung dengan cara menghitung jumlah anakan tanaman padi yang tumbuh dari batang padi utama dan dilakukan 3, 6, 9 dan 12 HST. Apabila dalam rumpun tanaman padi tiap sampel ada 20 rumpun, maka jumlah anakan tanaman padi adalah 19 rumpun, karena satu rumpun sisanya adalah tanaman padi induk.

6. LAB Laju Asimilasi Bersih

Laju asimilasi bersih dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus Sitompul dan Guritno, 1995. Dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot. W2 – W1 Ln A2 – Ln A1 LAB = x A2 – A1 T2 – T1 Dimana : W1 dan W2 : Total berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2. A1 dan A2 : Total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2. T1 dan T2 : Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2. Universitas Sumatera Utara

7. LTR Laju Tumbuh Relatif

Laju tumbuh relatif dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LTR dihitung dengan rumus Sitompul dan Guritno, 1995. Dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot. Dimana : W1 dan W2 : Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2 T1 dan T2 : Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2.

8. Penghitungan Jumlah Anakan Tanaman Padi Produktif

Jumlah anakan tanaman padi produktif dihitung berdasarkan jumlah anakan tanaman padi setiap sampel yang menghasilkan malai dan bulir padi. Perhitungan dilakukan satu minggu sebelum panen, dengan satuan pengukuran dalam batang, cara menghitung adalah apabila dalam rumpun tanaman padi terdapat 20 anakan, kemudian lima anakan tanaman padi tidak bermalai, maka jumlah anakan tanaman padi produktif adalah 15 batang.

9. Jumlah Gabah Berisi per Malai Tanaman Padi

Jumlah gabah berisi tiap malai diambil dari jumlah gabah berisi per sampel setiap plot, setelah dihitung hasil gabah berisi seluruh sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan dilakukan setelah panen. Ln W 2 – Ln W 1 LTR = T2 – T1 Universitas Sumatera Utara

10. Jumlah Gabah Hampa per Malai Tanaman Padi

Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah hampa seluruh malai tanaman sampel, kemudian hasil gabah hampa per sampel dirata-ratakan. Penghitungan dilakukan setelah panen.

11. Berat Gabah Kering Tanaman Padi 3 tiga Sampel Tanamanplot

Berat gabah kering di peroleh dari hasil gabah tanaman padi setiap sampel penelitian, gabah per sampel dimasukkan kedalam oven pada suhu 65 °C selama 24 jam sampai kadar air 14 , sehingga berat gabah kering per sampel adalah hasil gabah bersih setelah dikeringkan kedalam oven dan penimbangan berat gabah kering dilakukan dengan menggunakan timbang digital.

12. Berat Kering Gabah per Hektar

Berat kering gabah per hektar dikonversikan dengan rumus :

13. Berat Gabah 1000 Biji Tanaman Padi

Gabah isi 1000 biji diambil dari tumpukan hasil dari tanaman persampel, dengan gabah terlebih dahulu dikering anginkan selama 30 menit, kemudian gabah biji tanaman padi diambil dengan menggunakan gelas dan dihitung sebanyak 1000 biji gabah padi serta ditimbang menggunakan timbangan yang akurat yaitu timbangan digital penghitungan gabah isi 1000 biji padi dilakukan sebanyak 3 kali. Luas lahan per hektar Y = x berat kering gabah per sampel tanaman Jarak tanam per plot Universitas Sumatera Utara Hasil berat gabah yang telah ditimbang, kemudian nilai hasil yang didapat merupakan berat gabah isi 1000 biji tanaman padi perplot. Penghitungan ini akan dilakukan setelah panen.

14. Bobot Kering Jajagoan

Pengamatan bobot kering jajagoan dihitung setelah berumur 3, 6, 9 dan 12 MST. Gulma jajagoan sampel destruktif dicabut secara hati-hati agar akar jangan sampai putus, kemudian dicuci di dalam ember dan air digoyang-goyang agar tanaman bersih dari tanah, setelah tanaman bersih dikering anginkan kemudian dipotong-potong dengan ukuran ± 5 cm lalu dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dilem kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 65 C selama 24 jam dan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL 4.1 Tinggi Tanaman Padi Pengaruh waktu penyiangan terhadap tinggi tanaman padi berpengaruh nyata pada waktu penyiangan 6, 9 dan 12 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 3 MST. Pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan pada interaksi perlakuan pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda berpengaruh nyata pada umur tanaman 9 dan 12 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur tanaman 3 dan 6 MST. Dari data hasil pengamatan tinggi tanaman pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST terdapat pada Lampiran 3, 6, 10 dan 13. Daftar sidik ragam terdapat pada Lampiran 4, 7, 11 dan 14 menunjukkan bahwa pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST berpengaruh nyata. Pada Tabel 2, telah disajikan data pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda serta kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap tinggi tanaman pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda serta kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap tinggi tanaman padi umur 3, 6, 9 dan 12 MST. Populasi Jajagoan Waktu Penyiangan Jajagoan P0 P1 P2 P3 P4 Rataan Pengamatan 3 MST ……………….. cm ……………….. J0 16.69 14.60 16.70 16.46 17.08 16.31 a J1 15.27 15.24 15.01 14.39 14.84 14.95 a J2 10.17 14.97 12.66 12.27 11.51 12.32 b J3 10.18 10.19 10.19 11.23 10.85 10.53 c Rataan 13.08 13.75 13.64 13.59 13.57 Pengamatan 6 MST ……………….. cm ……………….. J0 45.89 43.98 39.93 39.38 38.16 41.47 a J1 39.28 43.42 38.32 37.88 33.36 38.45 ab J2 39.29 42.13 34.92 32.21 28.84 35.48 b J3 30.13 36.09 27.51 25.22 21.42 28.08 c Rataan 38.65 ab 41.41 a 35.17 abc 33.67 bc 30.45 c Pengamatan 9 MST ……………….. cm ……………….. J0 67.66 ab 69.77 a 61.52 abcd 51.97 abcdef 48.38 cdef 59.86 J1 51.31 abcdef 67.35 ab 61.25 abcd 50.15 bcdef 45.82 cdef 55.18 J2 51.31 abcdef 64.52 abc 60.42 abcde 47.55 cdef 42.42 ef 53.24 J3 43.90 def 61.36 abcd 58.01 abcdef 40.98 f 40.93 f 49.03 Rataan 53.55 65.75 60.30 47.66 44.39 Pengamatan 12 MST ……………….. cm ……………….. J0 74.89 bc 95.76 a 73.25 bcd 62.67 cdefg 55.27 defg 72.37 J1 58.19 cdefg 82.54 ab 68.90 bcde 55.37 defg 51.91 efg 63.38 J2 57.94 cdefg 73.23 bcd 67.77 bcdef 53.56 efg 48.55 g 60.21 J3 50.94 efg 69.90 bcde 62.32 cdefg 49.24 fg 45.47 g 55.57 Rataan 60.49 80.36 68.06 55.21 50.30 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama dan pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5 berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur BNJ. J0 = Tanpa Populasi jajagoan J1 = Populasi 105 jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 22 cm J2 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 16 cm J3 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 12 cm P2 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 6 MST P3 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 9 MST P0 = Tanpa Penyiangan P1 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 3 MST P4 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 12 MST Universitas Sumatera Utara 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 17 16 15 14 13 12 11 10 Populasi Jajagoan T in g g i T a n a m a n 10.53 12.32 14.95 16.31 Y = 16.52 - 1.997 J, r = 0.99 Gambar 5. Hubungan pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap tinggi tanaman umur 3 MST Dari Gambar 5 dan hasil regresi pada Lampiran 5, menunjukkan bahwa pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda menyebabkan terjadinya penurunan rataan tinggi tanaman yang diperoleh yaitu 14,95 cm, 12,32 cm dan 10,53 cm dibandingkan dengan perlakuan bebas gulma jajagoan dengan rataan 16,31 cm. Gambar 6. Hubungan pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap tinggi tanaman umur 6 MST Pada Gambar 6 dan hasil regresi pada Lampiran 8, menunjukkan bahwa pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda menyebabkan terjadinya penurunan rataan tinggi tanaman yaitu 38,45 cm, 35,48 cm dan 28,08 cm dibandingkan dengan bebas gulma jajagoan dengan rataan 41,47 cm. 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 42 39 36 33 30 Populasi Jajagoan T in g g i T a n a m a n 28.08 35.48 38.45 41.47 Y = 42.34 - 4.314 J, r = 0.94 Universitas Sumatera Utara 12 10 8 6 4 2 42 40 38 36 34 32 30 Wakt u Penyiangan Jajagoan Ti n g g i T a n a m a n 30.45 33.67 35.17 41.41 38.65 Y = 40.70 - 0.8047 P, r = 0,80 Gambar 7. Hubungan pengaruh waktu penyiangan jajagoan terhadap tinggi tanaman umur 6 MST Dari hasil analisis regresi Lampiran 9 dan Gambar 7, menunjukkan bahwa penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 12 MST dapat mengakibatkan penurunan rataan tinggi tanaman yang diperoleh dengan rataan 30,45 cm dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST dengan rataan 41,41 cm. Gambar 8. Hubungan pengaruh kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap tinggi tanaman umur 9 MST Hasil Gambar 8 dan analisis regresi pada Lampiran 12, menunjukkan bahwa pengaruh kombinasi perlakuan tertinggi terhadap tinggi tanaman, terdapat pada kombinasi perlakuan P0J0, merupakan perlakuan waktu penyiangan 3 MST dan bebas gulma jajagoan, tetapi penyiangan dilakukan pada jenis gulma lain yang tumbuh pada plot penelitian sehingga rataan tinggi tanaman yang diperoleh 20 15 10 5 70 65 60 55 50 45 40 Kombinasi Perlakuan In te ra k s i P x K 40.93 40.98 58.01 61.36 43.90 42.42 47.55 60.42 64.52 51.31 45.82 50.15 61.25 67.35 51.31 48.38 51.97 61.52 69.77 67.66 Y = 63.42 - 0.8657 KP, r = 0,29 Universitas Sumatera Utara 69,77 cm dan pada kombinasi perlakuan terendah terdapat pada kombinasi perlakuan waktu penyiangan jajagoan berumur 12 MST dan populasi jajagoan 210 dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 40,93 cm Gambar 9. Hubungan pengaruh kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap tinggi tanaman umur 12 MST Dari Gambar 9, Lampiran 15 hubungan pengaruh kombinasi waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap tinggi tanaman umur 12 MST kombinasi perlakuan tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan P1J0, yang merupakan kombinasi waktu penyiangan 3 MST dan bebas gulma jajagoan tetapi penyiangan dilakukan pada jenis gulma lain yang tumbuh pada plot penelitian dengan rataan yang diperoleh 95,76 cm dan kombinasi perlakuan terendah pada kombinasi perlakuan P4J3 waktu penyiangan jajagoan berumur 12 MST dan populasi jajagoan 210 per plot dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 45,47 cm.

4.2 Luas Daun Tanaman Padi

Dokumen yang terkait

Pemberian Azolla Uutuk Mengurangi Dosis Urea Padi Sawah (Oryza sativa L ) Pada Inseptisol di Silakkidir Kecamatan Hutabayuraja Kabupaten Simalungun

0 21 61

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang Terhadap Pemberian Pupuk Organik

1 70 104

Pertumbuhan Dan Produksi Empat Varietas Unggul Padi Sawah (Oryza Sativa L) Terhadap Berbagai Tingkat Genangan Air Pada Berbagai Jarak Tanam

0 30 181

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Akibat Pemberian Amandemen Bokashi Jerami Dan Pemupukan Spesifik Lokasi Pada Tanah Salin

1 34 155

Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda

0 43 187

Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda

5 55 131

tudi Potensi Kompetisi beberapa Aksesi Gulma Jajagoan (Echinochloa crus-galli L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Hibrida.

0 2 76

Pengaruh Waktu Penyiangan dan Tingkat Populasi Jajagoan (Echinochloa crus-galli) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Kabupaten Aceh Tenggara.

0 1 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Padi Sawah - Pengaruh Waktu Penyiangan dan Tingkat Populasi Jajagoan (Echinochloa crus-galli) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Kabupaten Aceh Tenggara.

1 1 14

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN TINGKAT POPULASI JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN ACEH TENGGARA TESIS

1 1 24