Punguan Marga di Kecamatan Sidikalang

4.2. Punguan Marga di Kecamatan Sidikalang

Suku Batak adalah salah satu diantara beberapa suku yang memiliki persaudaraan dan solidaritas yang sangat tinggi dan kuat. Dalam sejarah budaya Batak, garis keturunan akan diwarisi oleh seorang anak laki-laki sehingga sistem kekerabatan masyarakat Batak disebut patrilineal. Sistem kekerabatan patrilineal itulah yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak, yang terdiri dari turunanturunan marga dan kelompok-kelompok suku, lalu kemudian saling dihubungkan menurut garis laki-laki Vergouwen, 1986:1. Sistem kekerabatan masyarakat Batak dikenal sebagai kumpulan suatu kelompok yang terbentuk karena terdapatnya kesamaan marga dalam garis keturunan seorang raja atau lebih sering disebut punguan. Terbentuknya punguan marga didasarkan oleh rasa kebersamaan baik sesama orang Batak yang memiliki hubungan kekerabatan, marga, asal-usul atau juga hanya didasari oleh oleh ikatan emosional sesama orang Batak. Punguan ini biasanya kita jumpai di masyarakat yang masih berada di bonapasogit daerah yang didiami orang Batak maupun masyarakat Batak yang sudah meninggalkan kampung halamannya perantauan. Terbentuknya punguan-punguan marga yang ada di Kabupaten Dairi diawali dengan adanya pertemuan-pertemuan kecil yang tujuannya adalah untuk menghimpun masyarakat Batak Toba dari desa kemudian ke kecamatan lalu ketingkat kabupaten. Pertemuan-pertemuan kecil tersebut kemudian melakukan pertemuan yang intens seperti partamiangan sekali sebulan dan melakukan berbagai kegiatan adat seperti acara pernikahan, kematian dan lain sebagainya. Wilayah mempengaruhi keberadaan dari punguan marga yang ada dikabupaten Universitas Sumatera Utara Dairi, maksudnya lingkungan tempat tinggal dari masyarakat Batak Toba mempengaruhi keberadaan punguan marga di suatu wilayah. Berdasarkan hasil Sensus penduduk Kabupaten Dairi pada tahun 2000 penduduk Dairi yang bersuku Batak Toba adalah sebanyak 36.629 jiwa. Jumlah penduduk tersebut adalah yang paling banyak dibandingkan dengan etnis Pakpak sebagai etnis asli Kabupaten Dairi yang hanya 10.815 jiwa. Banyaknya jumlah masyarakat Batak Toba di Kabupaten Dairi tentunya juga mengakibatkan banyaknya marga dan punguan marga yang tersebar diseluruh kabupaten Dairi, khususnnya kecamatan Sidikalang. Dikecamatan Sidikalang sendiri terdapat banyak punguan marga seperti punguan Toga Sinaga, Toga Marbun, Naimarata, Borbor Marsada, Toga Sihombing, Op. Tuan Situmorang, Punguan Parna dan lain-lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti 4 punguan marga yang terkait pada pelaksanaan Pilkada Dairi 2013 antara lain punguan marga Borsak Sirumonggur, punguan marga Toga Sinaga, punguan marga Matondang dan punguan marga Sipitu Ama. Tabel 4.1.8. Pengurus Punguan Marga di Kecamatan Sidikalang No Nama Punguan Marga Nama PengurusKetua 1 Punguan Marga Sipitu Ama H. Situmorang 2 Punguan Marga Borsak Sirumonggur Pa Edo Sihombing 3 Punguan Marga Matondang Edison Matondang Op. Parasean 4 Punguan Marga Toga Sinaga Markus Sinaga Sumber : Hasil Penelitian dan Wawancara, 2017. Universitas Sumatera Utara Keempat punguan marga tersebut memiliki struktur kepengurusan yang berfungsi untuk mengatur kegiatan rutin yang dilakukan serta kegiatan di luar perkumpulan tersebut. Pada umumnya susunan pengurus marga di tingkat Kabupaten Dairi terdiri dari penasehat, ketua I dan II, sekretaris I dan II, bendahara I serta komisaris yang bertanggung jawab akan wilayah di kecamatan dan desa. Di tingkat kecamatan sendiri susunan punguan marga yang ada di kecamatan terdiri dari penasehat, ketua, sekretaris, bendahara, serta koordinator desakelurahan. Struktur kepengurusan punguan marga dipilih melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dengan masa jabatan kepengurusan selama 5 tahun. Namun struktur kepengurusan yang lama dapat dilanjutkan secara otomatis apabila adanya kesepakatan dari anggota punguan marga dan pengurus punguan marga tersebut. Grafik 4.1.2. Struktur kepengurusan marga Sumber : Hasil Penelitian dan Wawancara, 2017. Universitas Sumatera Utara Setiap punguan marga memiliki Anggaran Dasar Rumah Tangga ADRT. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan kepada 4 ketua punguan marga bahwa dalam pada masing- masing punguan marga dijelaskan bahwa dalam ADRT diatur mengenai pemberhentian anggota. Anggota punguan dikatakan berhenti apabila punguan dibubarkan, keluar atas permintaan sendiri, meninggal dunia, pindah ke daerah lain, jika 3 bulan berturut- turut tidak hadir dalam pertemuan rutin tanpa alasan yang bisa diterima, tidak memenuhi kewajiban sebagai anggota dan anggota yang telah berhenti dari punguan marga kembali setelah satu periode. Punguan marga dapat dibubarkan apabila pembubaran hanya dapat dilakukan di dalam musyawarah anggota yang khusus diadakan untuk itu sekurang-kurangnya 23 jumlah anggota dan disetujui suara separuh ditambah satu suara anggota yang hadir dan apabila sudah sah dibubarkan maka kekayaan organisasi adalah hak anggota yang masih aktif sampai saat pembubaran. Perbedaan ADRT dari masing-masing punguan marga hanya terdapat pada jumlah pembayaran iuran bulanan atau pertahun yang ditetapkan pada anggota dari masing-masing punguan marga. Pembayaran rutin tersebut digunakan untuk berbagai macam anggaran dalam kegiatan punguan marga, misalnya punguan berkewajiban memberikan santunan kepada anggota sakit, anggota meninggal dunia, ketika ada anggota yang menikahkan anggotanya maka punguan pada acara berlangsung akan memberikan ulos dan uang. Selain itu juga ketika ada yang meninggal punguan diwajibkan mengikuti acara sampai ke penguburan. Universitas Sumatera Utara

4.3. Profil Informan Penelitian