Sejarah Kecamatan Sidikalang Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.4. Sejarah Kecamatan Sidikalang

Pada awalnya wilayah Sidikalang masih berupa hutan belantara, semak belukar dan padang ilalang. Hutan yang sangat lebat itu dihuni oleh binatang- binatang seperti trenggiling, rusa, monyet, mawas, kera, babi hutan dan harimau. Begitu juga berbagai jenis ular dan jenis-jenis unggas yang sekarang kebanyakan tidak ditemukan lagi. Karena banyaknya binatang-binatang tersebut, harimau berpeluang untuk mencari mangsa sehingga tempat itu menjadi sarang harimau. Untuk menghindari kemungkinan dari serangan harimau, penduduk yang tinggal di sekitar tempat itu membangun tempat tinggalnya bentuk hempangan disusun membentuk segi empat dari bahan kayu karena bahannya mudah diperoleh di sekitar hutan. Bagian bawah disusun terlebih dahulu. Kayu yang paling besar berbentuk segi empat dan semakin ke atas tersusun kayu yang lebih kecil, jika sudah tinggi kayu-kayu bulat disusun sebagai lantai dan di atasnya dibentangkan lembaran-lembaran tepas, dengan tujuan kalau diduduki atau digunakan sebagai alas tidak keras. Untuk atap terbuat dari bambu yang dibelah dua dan disusun sedemikian rupa. Berdasarkan keadaaan wilayah hutan tersebutlah berasal nama Sidikalang. Kata Sidikalang sendiri berasal dari gabungan bahasa Batak Toba dan Batak Pakpak, yaitu kata “sidi” dan “kalang” . Dalam bahasa Pakpak kata “sidi” bermakna “na di si ni” bahasa Toba yang artinya dalam bahasa Indonesia “yang disini”. Sementara itu kata “kalang” halang=bahasa Toba bermakna hambat atau hempang. “ Sidi sapo kalang” Bahasa Pakpak “na di si ni jabu marhalang” bahasa Toba didalam bahasa Indonesia artinya “rumah yang di sini Universitas Sumatera Utara berhambat atau berhempang”. Dari sinilah asal mula kata Sidikalang. Akhirnya kota ini dinamai Sidikalang yang sini berhambat atau berhalang atau berhempang. Dan sebagai bukti sejarah masih dapat ditemukan rumah yang berhempang di Kalang Jehe rumah “Partaki” Raja dahulu. Sejarah berdirinya kecamatan Sidikalang tidak terlepas dari terbentuknya Kabupaten Dairi. Pemerintahan di Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan WilayahDaerah Otonomi, tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap Raja-raja Adat. Pemerintahan masa itu dikendalikan oleh Raja EkutenTakal AurKampungSuak dan Pertaki sebagai raja-raja adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan. Adapun struktur Pemerintahan masa itu diuraikan sebagai berikut : 1. Raja Ekuten, sebagai pemimpin satu wilayah suak atau yang terdiri dari beberapa sukukutakampong Raja Ekuten disebut juga Takal Aur, yang merupakan Kepala Negeri. 2. Pertaki, sebagai pemimpin satu Kampung, setingkat dibawah Raja Ekuten. 3. Sulang Silima, sebagai pembantu pertaki pada setiap kuta Kampung, yang terdiri dari Perisang-isang; Perekur-ekur; Pertulan tengah; Perpunca ndiadep; Perbetekken. Sesuai dengan struktur organisasi pemerintahan tersebut di atas, maka wilayah Dairi dibagi atas 5 lima wilayah suakaur yaitu : 1. SuakAur Sim-Sim, meliputi wilayah : Salak, Kerajaan, Siempat Rube, Sitellu Tali Urang Jehe, Sitellu Tali Urang Julu dan Manik. Universitas Sumatera Utara 2. SuakAur PEGAGAN dan Kampung Karo, meliputi wilayah : Silalahi, Paropo, Tongging, Pegagan Jehe dan Tanah Pinem. 3. SuakAur KEPPAS, meliputi wilayah : Sitellu Nempu, Silima Pungga-Pungga, Lae Luhung dan Parbuluan. 4. SuakAur BOANG, meliputi wilayah : Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Belenggen, Gelombang Runding dan Singkil saat ini Wilayah Aceh 5. SuakAur KLASEN, meliputi wilayah : Sienem koden, Manduamas dan Barus Setelah kedatangan Belanda, struktur pemerintahan dan wilayah Kabupaten berubah. Pada masa ini daerah Dairi mengalami sangat banyak penyusutan wilayah, karena politik penjajahan kolonial Belanda yang membatasi serta menutup hubungan dengan wilayah-wilayah Dairi lainnya yaitu : 1. Tongging, menjadi wilayah Tanah Karo; 2. Manduamas dan Barus, menjadi wilayah Tapanuli Tengah; 3. Sienem Koden Parlilitan, menjadi wilayah Tapanuli Utara; 4. Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Gelombang, Runding dan Singkil menjadi wilayah Aceh. Dengan demikian wilayah Kabupaten Dairi antara lain sebagai berikut : 1. Kenegerian Sitellu Nempu meliputi 6 kenegerian : Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu,Silima Pungga-Pungga,Kenegerian Pegagan Hulu,Kenegerian Parbuluan, Kenegerian Silalahi Paropo. 2. Onder Districk Van Simsim, meliputi 6 enam Kenegerian yakni : Kenegerian Kerajaan, Kenegerian Siempat Rube,Kenegerian Mahala Majanggut, Kenegerian Universitas Sumatera Utara Sitellu Tali Urang Jehe, Kenegerian Salak, Kenegerian Ulu Merah dan Salak Penanggalan. 3. Onder Districk Van Karo Kampung, meliputi 5 lima Kenegerian, yakni : Kenegerian Lingga Tigalingga, Kenegerian Tanah Pinem, Kenegerian Pegagan Hilir, Kenegerian Juhar Kedupan Manik, Kenegerian Lau Juhar. Setelah melewati masa penjajahan Belanda dan Jepang, maka berdasarkan surat Residen Tapanuli Nomor 1256 tanggal 12 September 1947, maka ditetapkanlah PAULUS MANURUNG sebagai Kepala Daerah Tk. II pertama di Kabupaten Dairi yang berkedudukan di Sidikalang, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1947 . Pada masa pemerintahan beliau, Kabupaten Dairi saat itu dibagi menjadi tiga 3 Kewedanaan yaitu : 1 Kewedanaan Sidikalang dipimpin oleh J.O.T Sitohang. Kewenangan Sidikalang dibagi atas 2 dua kecamatan, yaitu: a. Kecamatan Sidikalang, dipimpin oleh Tahir Ujung b. Kecamatan Sumbul, dipimpin oleh Mangaraja Lumbantobing 2 Kewedanaan Simsim, dipimpin oleh Raja Kisaran Massy Maha. Kewedanaan Simsim dibagi atas 2 dua kecamatan, yaitu : a. Kecamatan Kerajaan, dipimpin oleh Raja Kisaran Massy Maha b. Kecamatan Salak, dipimpin oleh Poli Karpus Panggabean Universitas Sumatera Utara 3 Kewedanaan Karo Kampung, dipimpin oleh Gading Barklomeus Pinem. Kewedanaan Karo Kampung, dibagi atas dua 2 kecamatan, yaitu : a. Kecamatan Tigalingga, dipimpin oleh Ngapid Dapid Tarigan b. Kecamatan Tanah Pinem, dipimpin oleh Johannes Pinem Berdasarkan surat residen Tapanuli dan Keputusan DPRD tersebut, maka kecamatan Sidikalang disahkan sejak tanggal 1 Oktober 1947 seiring dengan pembentukan Kabupaten Dairi. Hari bersejarah ini berdasarkan kesepakatan pemerintah dan masyarakat tercantum dalam Keputusan DPRD Kab. Dati II Dairi Nomor 4K-DPRD1997 tanggal 26 April 1977.

4.1.5. Visi dan Misi Kecamatan Sidikalang