Pelanggaran terhadapnya akan menyebabkan bencana baik yang bersifat gaib maupun religious. Contoh patriarkhalisme misalnya wewenang ayah,
suami anggota tertua dalam rumah tangga, anak tertua terhadap anggota yang lebih muda, kekuasaan pangeran atas pegawai rumah atau istananya,
kekuasaan bangsawan atas orang yang ditaklukannya. 3
Charismatic authority, yakni wewenang yang dimiliki seseorang karena kualitas yang luar biasa dari dirinya. Dalam hal ini, kharismatik harus
dipahami sebagai kualitas yang luar biasa, tanpa memperhitungkan apakah kualitas itu sungguh – sungguh ataukah hanya berdasarkan dugaan orang
belaka. Dengan demikian, wewenang kharismatik adalah penguasaan atas diri orang – orang, baik secara predominan eksternal maupun secara
predominan internal, di mana pihak yang ditaklukkan menjadi tunduk dan patuh karena kepercayaan pada kualitas luar biasa yang dimiliki orang
tersebut. Wewenang kharismatik dapat dimiliki oleh para dukun, para rasul, pemimpin suku, pemimpin partai, dan sebagainya.
2.2. Perilaku Dan Partisipasi Politik
Perilaku politik atau Inggris:Politic Behaviour adalah perilaku yang dilakukan oleh insanindividu atau kelompok guna memenuhi hak dan
kewajibannya sebagai insan politik. Perilaku politik bersumber dari budaya politik, dimana adanya kesempatan dari pelaku kegiatan akan tindakan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Pelaku kegiatan adalah pemerintah dan dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu
fungsi-fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi-fungsi
Universitas Sumatera Utara
politik yang dipegang oleh masyarakat. Dalam mengkaji perilaku politik ada tiga analisis yaitu :
a Individu actor politik meliputi actor politik pemimpin, aktivis politik,
dan individu warga Negara biasa. Factor yang mempengaruhi perilaku politik seorang actor politik adalah pertama, lingkungan social politik tak
langsung system politik, system ekonomi, system budaya dan media massa. Kedua, lingkungan politik langsung yang mempengaruhi dan
membentuk kepribadian actor keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan. Ketiga, struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap
individu. Keempat, factor lingkungan social politik langsung yang berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi actor secara langsung cuaca,
keadaan keluarga, suasana kelompok, dan lain-lain. b
Agregasi politik adalah individu aktor politik secara kolektif kelompok kepentingan, birokrasi, parpol,lembaga pemerintahan dan bangsa.
c Tipologi kepribadian politik ialah tipe-tipe kepribadian pemimpin otoriter,
machiavelist, dan demokrat. Partisipasi Politik didefenisikan sebagai kegiatan seseorang atau kelompok
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara dan, secara langsung maupun tidak langsung,
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Menurut Samuel P. Hutington dan Joan Nelson dalam “No Easy Choice, Political participation in developing”; partisipasi
adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, partisipasi bisa
bersifat pribadi-pribadi atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau
Universitas Sumatera Utara
sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif. Sedangkan, Ramlan Surbakti mendefinisikan, partisipasi politik adalah
kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintah. Kemudian
Hutington dan Nelson membuat rambu-rambu dalam partisipasi politik antara lain :
• Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga
Negara biasa yang dapat diamati bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi.
• Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku
pembuat dan pelaksana keputusan politik. •
Kegiatan yang berhasil maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah tetap termasuk dalam partisipasi politik.
• Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. •
Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan sesuai prosedur yang wajar maupun kekerasan.
• Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan atas kesadaran
sendiri maupun atas desakan. Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik yang
dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Partisipasi aktif, bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi
masukan dan keluaran suatu sistem politik. Misalnya, kegiatan
Universitas Sumatera Utara
warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakana umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan
kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut srta
dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan. b.
Partisipasi pasif, bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi keluaran suatu sistem politik. Misalnya, kegiatan mentaati
peraturanperintah, menerima, dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.
Selain kedua bentuk partisipasi diatas tetapi ada sekelompok orang yang menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada dinilai telah menyinggung
dari apa yang dicita-citakan sehingga tidak ikut serta dalam politik. Orang-orang yang tidak ikut dalam politik mendapat beberapa julukan antara lain :
Apatis masa bodoh dapat diartikan sebagai tidak punya minat
atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala- gejala.
Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk
dari manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor, tidak dapat dipercaya, dan menganggap
partisipasi politik dalam bentuk apa pun sia-sia dan tidak ada hasilnya.
Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang
dari politik dan pemerintahan masyarakat dan kecenderungan
Universitas Sumatera Utara
berpikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk oranng lain tidak adil.
Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan
kehidupan nilai dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan ketidakefektifan dan bahwa para
penguasa bersikap tidak peduli yang mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk bertindak.
2.3. Modal Sosial