mengakibatkan masyarakat yang memiliki hak pribadi dalam pembangunan bak merasa tidak nyaman.
Sebagian besar suku Batak Pakpak masih tetap menggunakan air pancur. Mereka hanya mengambil air dari air pet untuk pengunaan memasak. Selebihnya,
mereka memanfaatkan air pancur untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci dan kaskus.
Kelompok suku Batak Pakpak hidup bersama, membentuk pola pemukiman yang memanjang dan berhadapan antar rumah yang satu dengan yang
lainnya. Masing-masing rumah berjejer menghadap jalan raya. Segala aktivitas mereka dilakukan disekitar lingkungannya tersebut, seperti belanja keperluan
rumah, MCK mandi cuci kaskus, bahkan lapo tuak juga tersedia untuk mereka. Jadi tidak banyak waktu mereka bersosialisasi dengan masyarakat lain. Aktivitas
yang mereka lakukan berhadapan dengan sesama mereka. Tetapi walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat luar untuk bisa
bergabung bersama mereka.
4.3. Upacara Adat
Suku Batak Toba yang tinggal di desa Bangun menunjukkan identitasnya dengan mengadakan pesta-pesta adat dan mengadakan perkumpulan marga-marga
serta menggunakan bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Batak Toba. Keberadaan orang Batak Toba di desa
Bangun membawa pengaruh yang cukup besar baik dalam bidang bahasa, pendidikan, identitas dan budaya suku Batak Pakpak.
Universitas Sumatera Utara
Suku Batak Toba sangat menghargai suku Batak Pakpak sebagai suku asli desa Bangun, sehingga berbagai hal acara yang dilakukan oleh suku Batak Toba,
suku Batak Toba selalu mengikutsertakan suku Batak Pakpak. Dalam setiap acara, suku Batak Pakpak mendapat jabbar bagian yang berupa daging. Misalnya
dalam pesta pernikahan, suku Batak Pakpak menjadi raja na nidapot yang merupakan orang penguasa di daerah tersebut. Kehadiran dan keikutsertaan raja
tanah dalam suatu acara dan pesta sangat penting. Kehadiran mereka menjadi kunci kesuksesan berjalannya acara dan pesta.
Apabila ada masyarakat yang mengadakan pesta tanpa meminta ijin kepada raja na nidapot, diakui akan terjadi hal yang merusak dan mengganggu
jalannya acara pesta terebut. Seperti kasus salah seorang Jaksa marga Simbolon yang mengadakan pesta tanpa meminta ijin kepada raja na nidapot. Pada saat
berlangsungnya acara, tenda pesta yang digunakan jatuh dan terbalik. Masyarakat sekitar meyakini hal tersebut karena tidak menghargai raja na nidapot.
Untuk itu sangat disarankan kepada seluruh masyarakat untuk selalu meminta ijin kepada raja na nidapot. Kemudian raja na nidapot akan mendoakan
acara tersebut sehingga berjalan sukses. Pada acara adat, suku Batak Pakpak tidak lagi mengunakan acara adat
Batak Pakpak. Misalnya pada acara pesta pernikahan salah satu dari suku Batak Pakpak, suku Batak Pakpak tidak lagi menggunakan pakaian adat yang
semestinya. Tetapi lebih cenderung menggunaan pakaian adat Batak Toba. Walaupun pengantin laki-laki dan perempuan berasal dari suku Batak Pakpak.
Atau salah satu dari pengantin berasal dari suku Batak Pakpak dan satu lagi dari
Universitas Sumatera Utara
suku Batak Toba. Kedua pengantin tidak menggunakan acara adat Batak Pakpak dan pakaian adat Batak Pakpak. Perubahan adat perkawinan ini disebabkan
masyarakat Batak Toba banyak yang tinggal dan bermukim di desa Bangun. Dan yang menjadi faktor pendukung lainnya adalah karena perkawinan yang terjadi
antara suku Batak Toba dan Batak Pakpak.
4.4. Agama