2.2. Sejarah Desa
Desa Bangun dibentuk pada sekitar tahun 1957-1960 dan berdiri sekitar tahun 1961. Pada dasarnya pembentukan Desa Bangun dibagi menjadi 2 cakupan
wilayah yakni Desa Bangun I dan Desa Bangun II, namun karena kedua wilayah belum mampu untuk memiliki sistem pemerintahan sendiri maka kedua wilayah
disatukan menjadi satu desa yaitu Desa Bangun dan dipimpin oleh satu orang kepala desa. Pada perkembangannya dilihat dari tingkat penduduk yang sudah
semakin bertambah maka pada tahun 2007 Desa Bangun dimekarkan menjadi II desa yaitu Desa Bangun dan Desa Bangun I.
Nama Bangun berasal dari bahasa Indonesia yang artinya bangkit. Hal tersebut karena pada awalnya masyarakat yang tinggal di desa Bangun sangat
miskin. Masyarakat hanya menanam sawah untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil yang mereka dapatkan relatif sangat sedikit. Untuk memenuhi kebutuhannya,
hasil panen tersebut cenderung pas-pasan. Sehingga mereka menganggap nama Bangun sangat tepat. Mereka mendefinisikan nama Bangun untuk generasi
penerus yaitu anak-anak mereka agar bangkit dari kemiskinan. Belum ditemukan dokumen tertulis yang dapat menceritakan secara lebih
lengkap dan terperinci tentang sejarah berdirinya Desa Bangun. Akan tetapi dari informasi yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat
diketahui bahwa suku pertama yang mendiami desa Bangun adalah suku Batak Pakpak yaitu marga Capah.
Seluruh marga Pakpak berasal dari nenek moyang yang sama dan dari daerah asal yang sama yang disebut tanoh Pakpak. Suku Batak Pakpak berpusat di
Universitas Sumatera Utara
wilayah kecamatan Salak. Untuk menghindari pertengkaran antar saudara suku Pakpak, orang tua mereka membagi daerah kekuasaan kepada masing-masing
anaknya. Marga Sinamo dan Boangmanalu memiliki daerah kekuasaan di
kecamatan Salak. Marga Bako dan Berutu memiliki daerah kekuasaan di kecamatan Sidikalang. Marga Bintang memiliki daerah kekuasaan di desa Bintang
atau Pasar Lama. Marga Angkat memiliki daerah kekuasaan di desa Sidiangkat. Marga Lingga memiliki daerah kekuasaan di kecamatan Sumbul. Marga Kudadiri
memiliki daerah kekuasaan di kecamatan Sitinjo. Marga Capah memiliki daerah kekuasaan di kecamatan Parbuluan yaitu di desa Bangun. Hal inilah yang
mendorong Suku Pakpak menjadi suku pertama yang mendiami desa Bangun yaitu marga Capah.
Sedangkan informasi yang lain mengatakan nenek moyang suku Batak Toba berpindah ke desa Bangun. Dengan alasan tanah di desa Bangun tersebut
cukup subur dan mendukung untuk bercocok tanam. Suku Batak Pakpak menerima kedatangan suku Batak Toba untuk tinggal dan melanjutkan
kelangsungan hidup di daerah tersebut. Suku Batak Pakpak memberikan pinjaman lahan kepada suku Batak Toba untuk digarap dan ditanami. Kemudian suku Batak
Toba membuka lahan dan mendirikan rumah perlindungan yang sangat sederhana. Kesuburan daerah ini menjadi faktor penarik terhadap suku Batak Toba yang lain.
Bukti sejarah awal berdirinya desa Bangun ini adanya sebuah batu yang tidak terlalu besar yang pada awalnya diletakkan di depan rumah raja adat suku
batak Pakpak, di sebuah dolok atau bukit kecil dipinggir jalan. Kemudian
Universitas Sumatera Utara
dipindahkan tidak jauh dari tempat semula di sebuah bukit. Pemindahan bukti sejarah ini terjadi ketika dilakukan pelebaran jalan. Batu tersebut diletakkan
didekat tiang listrik tepat dibelakang bukit kecil.
2.3. Luas dan Pembagian Wilayah