BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk, kemajemukan ini ditandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing mempunyai cara-cara hidup
atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara suku bangsa
yang satu dengan suku bangsa lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia dan berada di bawah naungan sistem nasional
dengan kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Suparlan, 1989:4.
Didalam suatu negara sering kali terdapat berbagai suku bangsa atau kelompok etnis yang berbeda. Di Indonesia misalnya, kita mengenal ada etnis
Jawa, Ambon, Madura, Cina, Minang, Batak, dan lain sebagainya. Keberadaan kelompok etnis tersebut tidak selamanya permanen dan bahkan seringkali hilang
karena adanya akulturasi. Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya pada dasarnya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya membutuhkan manusia lain di sekelilingnya. Atau dengan kata lain bahwa dalam hidupnya manusia tidak terlepas hubungannya
dengan manusia lainnya, sehingga hubungan antar manusia tersebut merupakan kebutuhan objektif. Hubungan suku yang baik didalamnya terjalin interaksi suku
yang baik pula. Untuk mengetahui hubungan suku yang terjadi, harus melihat interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Dalam berinteraksi manusia akan membentuk kelompok. Kelompok- kelompok yang terbentuk di dalam masyarakat adalah merupakan bentuk
kehidupan yang nyata, individu dapat menghabiskan waktunya dengan berkegiatan, berinteraksi dan melakukan berbagai hal dengan menjadi bagian
dalam kelompok. Dengan banyaknya sejumlah kelompok yang terbentuk di masyarakat, maka sangat besar kemungkinan untuk terjadinya interaksi
antarkelompok satu dengan yang lainnya. Banyak hal yang dapat terjadi pada interaksi antarkelompok tersebut, dapat berupa interaksi yang positif ataupun
negatif. Demikian halnya dengan kehidupan sosial masyarakat Desa Bangun
membentuk sebuah kelompok, terjadi pengelompokan diantara dua suku yang mendiami daerah tersebut. Misalnya : lapo tuak
1
tempat antar suku berbeda, suku Batak Pakpak berkumpul di lapo tuak A dan suku Batak Toba di lapo tuak B.
Begitu juga dengan air pancur
2
Penulis melihat hubungan kelompok yang terjadi antara suku Batak Toba dan Batak Pakpak yang mengalami pengelompokan. Masing-masing suku
berinteraksi dengan suku masing-masing. Hal yang menjadi pusat perhatian penulis yaitu terjadinya pengaruh kebudayaan suku Batak Toba terhadap
kebudayaan suku Batak Pakpak. Suku Batak Pakpak sebagai suku asli desa dimana masyarakat mengambil air, mandi dan
mencuci. Suku Batak Pakpak memiliki hak sendiri atas air pancur. Sedangkan suku Batak Toba menggunakan fasilitas air gunung yang disediakan oleh
pemerintah. Hal ini tidak terjadi karena adanya perjanjian dua suku. Tetapi kehidupan sosial yang secara tidak diatur.
1
Lapo tuak adalah warung tuak. Tempat dijualnya minuman berkadar alkohol.
2
Air pancur adalah kamar mandi umum untuk mayarakat.
Universitas Sumatera Utara
Bangun telah kehilangan kepercayaan diri untuk menunjukkan identitas budaya asli mereka. Sehingga suku Batak Pakpak menggunakan kebudayaan suku Batak
Toba yang telah mendominasi di desa Bangun. Suku Batak Toba sebagai suku pendatang membawa budaya sendiri dan
menjalankan budayanya di daerah yang bukan daerah dimana suku Batak Toba berasal. Kebudayaan yang dibawa suku Batak Toba akan dipraktekkan ataupun
dilaksanakan di daerah migrasinya. Kuatnya suku Batak Toba dalam mempertahankan kebudayaannya berpengaruh terhadap kebudayaan suku Batak
Pakpak di desa Bangun. Hal ini dapat dilihat dari sistem bahasa yang digunakan suku Batak Toba dan Batak Pakpak adalah bahasa Batak Toba. Selain itu di acara
pesta, suku Batak Toba tidak lagi menggunakan pakaian adat atau acara adat suku Batak Pakpak tetapi sudah menggunakan acara adat dan pakaian adat Batak Toba.
Penelitian ini mengkaji tentang hubungan suku Batak Toba dan Batak Pakpak di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Desa Bangun
merupakan daerah tanah kekuasaan suku Batak Pakpak yang sering disebut dengan tanah Pakpak. Tingginya mobilitas dan perpindahan penduduk
menyebabkan suku Batak Toba menjadi suku mayoritas di desa ini. Suku Batak Toba dan Batak Pakpak cenderung memilih hidup berkelompok. Hal itu tentu
mempengaruhi hubungan yang terjadi diantara suku tersebut.
1.2 Tinjauan Pustaka