Suku Batak Pakpak di Tanah Pakpak

Hubungan antara kaum mayoritas dan minoritas sering menimbulkan konflik sosial yang ditandai oleh sikap subyektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat.

3.4. Suku Batak Pakpak di Tanah Pakpak

Suku Batak Pakpak merupakan penduduk asli di desa Bangun. Penduduk asli adalah setiap orang yang lahir di suatu tempat, wilayah atau negara, dan menetap di sana dengan status asli sebagai kelompok etnis yang diakui sebagai suku bangsa bukan pendatang dari daerah lainnya. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa suku pertama yang mendiami desa Bangun yaitu marga Capah. Marga Capah merupakan raja tanah dan pemilik hak ulayat di desa Bangun. Desa Bangun merupakan wilayah kekuasaan yang diberikan nenek moyang suku Batak Pakpak terhadap anaknya yaitu marga Capah. Suku Batak Pakpak menerima kedatangan suku Batak Toba yang datang berdomisili kedaerah kekuasaan mereka. Untuk bergabung dengan suku Batak Pakpak, tidak ada persyaratan tertentu yang diberikan oleh raja tanah kepada pendatang yang ingin berdomisili di desa Bangun. Tetapi bukan berarti masyarakat pendatang bisa masuk ke daerah dan tinggal menetap begitu saja. Masyarakat pendatang harus memberitahukan kepada penatua dari suku Batak Pakpak untuk bergabung di wilayah mereka. Biasanya terlebih dahulu datang memberitahukan kepada raja tanah Pakpak yang diwakilkan oleh penatua marga Capah selaku orang tertua yang diakui. Suku Batak Toba di tanah pakpak sudah memiliki tanah yang dibeli dari suku Batak Pakpak. Banyak dari mereka yang menjualnya ke masyarakat Universitas Sumatera Utara pendatang baru yang ingin bergabung di desa Bangun yang berasal dari berbagai suku. Walaupun demikian bukan berarti masyarakat pendatang baru tidak perlu meminta ijin kepada suku Batak Pakpak karena tidak membeli tanah dari suku Batak Pakpak. Sudah menjadi keharusan bagi suku pendatang harus meminta ijin kepada suku Batak Pakpak sebagai raja tanah di desa Bangun. Baik membeli tanah dari suku asli yaitu suku Batak Pakpak itu sendiri atau pun dari suku lain. Hal ini dikarenakan suku Batak Pakpak sebagai raja tanah sekaligus sebagai raja ni huta. Suku Batak Pakpak adalah penguasa desa Bangun. Demikian suku Batak Toba menyebutnya. Selain memiliki hak untuk mengijinkan masyarakat yang datang. Suku Batak Pakpak juga memiliki hak untuk mengusir masyarakat yang menentang dan mengganggu ketenangan masyarakat di desa Bangun. Seperti pada kasus yang pernah terjadi dengan keluarga Bapak Aritonang + yang hampir diusir oleh masyarakat suku Batak Pakpak. Saat itu anak-anak keluarga bapak Aritonang hampir tiap malam membuat keributan. Mereka saling memukul dan berteriak sekuat-kuatnya. Sebagian besar masyarakat merasa terganggu, mereka berkumpul dan melihat pertengkaran yang terjadi. Beberapa dari suku Batak Toba mengajukan kepada penatua-penatua dari suku Batak Pakpak untuk segera mengusir mereka. Tetapi dengan kemurahan hati yang dimiliki oleh penatua-penatua tersebut, mereka hanya memperingatkan keluarga bapak Aritonang. Universitas Sumatera Utara Kekuasaan yang dimiliki suku Batak Pakpak sebagai raja tanah di desa Bangun diakui semua masyarakat. baik masyarakat Batak Toba yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan suku Batak Pakpak tetap sangat menghargai posisi suku Batak Pakpak sebagai raja ni huta di desa Bangun. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HUBUNGAN ANTARA SUKU BATAK TOBA DAN BATAK