termasuk Ibu Capah. Penggunaan tanah Tanah tersebut menjadi milik bersama marga Capah dan semua keputusan tentang tanah tersebut merupakan keputusan
bersama suku Batak Pakpak. Hak kepemilikan tanah masih sangat kuat di desa Bangun, sehingga
banyak masyarakat Toba yang sudah mulai mengurus surat tanah atas nama diri sendiri. Untuk menghindari masalah yang terjadi di masa mendatang dan hak
kepemilikan tanah bisa dipertanggungjawabkan di masa mendatang.
4.2. Penggunaan Air
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Untuk memenuhi kebutuhan air, sumber air yang digunakan masyarakat desa Bangun berasal dari
air hujan, air pancur dan air gunung atau yang sering disebut dengan air pet. Penggunaan air pancur sebagaitempat masyarakat mengambil air, mandi
dan mencuci. Suku Batak Pakpak memiliki hak kepemilikan atas air pancur. Sedangkan suku Batak Toba menggunakan fasilitas air pet yang disediakan oleh
pemerintah. Sebelum air pet menggunakan pipa air yang difasilitasi oleh pemerintah ke desa, seluruh masyarakat desa Bangun menggunakan air pancur.
Suku Batak Toba dan Batak Pakpak bekerja sama membersihkan, membangun, dan memperbaiki jalannya air. Mereka selalu bergotong royong setiap bulan dan
menggunakan air pancur tersebut bersama-sama. Menurut salah satu informan suku Batak Toba mereka hanya menumpang
menggunakan air tersebut. Dan suku Batak Pakpak merupakan pemilik air pancur
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan yang menyatakan bahwa :
“...dang dison aek nami, aek pet do aek nami. Molo pancur on ni halak Pakpak on do on. Molo mate aek nami olo ma ro
hami tu pancur on. Halaki pe sering do ro mambuat aek tu pet. Deba do jolma dohot margugu mambayar pembangunan
ni aek pet. Jadi dang sude jolma adong aek pet na.”
Artinya : “...Gak disini air kami, air petnya air kami. Kalo pancur ini
punya orang Pakpaknya ini. Kalo air pet mati maulah kami datang ke air pancur ini. Orang Pakpak juga sering datang
mengambil air ke pet. Sebagian orangnya yang mau ikut membayar pembangunan air pet ini. Jadi gak semua orang
ada air pet nya.
Dari hasil wawancara yang diperoleh, masyarakat yang ikut membayar iuran dan pembangunan bak air mengatakan bahwa air pet tersebut itu miliknya
dan merasa keberatan apabila masyarakat lain mengambil air dari pet tersebut. Walaupun yang menggunakannya adalah sesama sukunya atau suku yang lain.
Salah satu informan yang berasal dari suku Batak Pakpak mengatakan bahwa air pet tersebut adalah fasilitas yang diberikan pemerintah. Jadi dapat
digunakan oleh siapa pun. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, beliau mengatakan bahwa sering sekali terjadi keributan akibat dari penggunaan
air pet. Dimana masyarakat yang tidak ikut membayar iuran mencuci pakaiannya di air pet tersebut. Sehingga masyarakat yang memiliki hak atas pancur tersebut
merasa terganggu ketika ingin mencuci pakaiannya. Dalam hal ini, kepentingan pemilik lebih diutamakan daripada kepentingan yang lebih membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Sumber air pet Sumber : dokumentasi pribadi
Keberadaan air pet mempengaruhi penggunaan air pancur semakin berkurang. Sebelumnya masyarakat hanya memanfaatkan air pancur dan air hujan
untuk kebutuhan air. Tetapi setelah fasilitas pipa air pet diberikan pemerintah, masyarakat banyak membuat bak air sendiri untuk kebutuhan beberapa pribadi.
Misalnya 5-10 keluarga membangun bak air untuk penggunaan pribadi mereka. Jadi penduduk yang tidak ikut membayar iuran untuk pembangunan bak air tidak
diijinkan menggunakan air untuk mencuci. Kalau hanya untuk sekedar mengambil air untuk kebutuhan minum, yang diisi dalam bentuk jeregen atau ember masih
diijinkan. Walaupun demikian masih banyak masyarakat yang belum memiliki bak air pribadi yang menggunakan bak air orang lain untuk mencuci. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan masyarakat yang memiliki hak pribadi dalam pembangunan bak merasa tidak nyaman.
Sebagian besar suku Batak Pakpak masih tetap menggunakan air pancur. Mereka hanya mengambil air dari air pet untuk pengunaan memasak. Selebihnya,
mereka memanfaatkan air pancur untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci dan kaskus.
Kelompok suku Batak Pakpak hidup bersama, membentuk pola pemukiman yang memanjang dan berhadapan antar rumah yang satu dengan yang
lainnya. Masing-masing rumah berjejer menghadap jalan raya. Segala aktivitas mereka dilakukan disekitar lingkungannya tersebut, seperti belanja keperluan
rumah, MCK mandi cuci kaskus, bahkan lapo tuak juga tersedia untuk mereka. Jadi tidak banyak waktu mereka bersosialisasi dengan masyarakat lain. Aktivitas
yang mereka lakukan berhadapan dengan sesama mereka. Tetapi walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat luar untuk bisa
bergabung bersama mereka.
4.3. Upacara Adat