umbi dahlia 25 dan 50 dengan nilai F
hitung
18,5 ternyata lebih besar dari F
tabel
4,18. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung umbi dahlia dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma biskuit
yang dihasilkan. Oleh karena adanya perbedaan antara kedua perlakuan tersebut, maka dilanjutkan dengan Uji Ganda Duncan dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Aroma Biskuit Umbi Dahlia
Perlakuan A1
A2
Rata-rata 2,9
2,4 A2-A1 = 2,3-2,87 = -0,57 0,26
Jadi, A2≠A1
Berdasarkan Uji Duncan di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma biskuit umbi dahlia A2 50 tidak sama
dengan aroma biskuit umbi dahlia A1 25. Hal ini berarti bahwa aroma biskuit A1 lebih disukai karena skor yang lebih tinggi yaitu 2,87 daripada aroma biskuit
A2 yaitu dengan skor 2,3.
4.5. Analisis Organoleptik Warna Biskuit dengan Penambahan Tepung
Umbi Dahlia
Hasil analisis organoleptik warna biskuit umbi dahlia dapat dilihat pada
tabel 4.8 dibawah ini. Tabel 4.8 Hasil Analisis Organoleptik Warna Biskuit Umbi Dahlia
Warna Biskuit
Kriteria Skor
A1 A2
Panelis Skor
Panelis Skor
Suka 3
24 72
80 15
45 50
Kurang Suka 2
6 12
13,3 14
28 31,1
Tidak suka 1
1 1
1,1
Total 30
84
93,3 30
74 82,2
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa total skor tertinggi adalah biskuit pada perlakuan A1 yaitu 84 93,3, sehingga A1 termasuk dalam
Universitas Sumatera Utara
kriteria suka. Hal ini menunjukkan bahwa biskuit A1 yang paling disukai panelis berdasarkan indikator warna. Sedangkan A2 memiliki total skor 74 82,2,
sehingga A2 termasuk kriteria suka. Hal ini menunjukkan bahwa warna biskuit A1 dan A2 sama-sama disukai panelis, tetapi A1 memiliki skor yang lebih tinggi.
Hasil analisis sidik ragam terhadap warna biskuit umbi dahlia dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Sidik Ragam Terhadap Warna Biskuit Umbi Dahlia
Sumber Keragaman
db JK
JKR F
hitung
F
tabel
Keterangan
Perlakuan 1
1,35 1,35
3,86 4,18
Tidak ada perbedaan
Panelis 29
4,68 0,14
Error 29
16,18 0,16
Total 59
29,73 Keterangan:
db : derajat bebas JK : jumlah kuadrat
KT : kuadrat total
Berdasarkan analisis sidik ragam seperti terlihat pada tabel di atas, bahwa tidak ada perbedaan hasil penilaian terhadap warna biskuit dengan penambahan
tepung umbi dahlia 25 dan 50 dengan nilai F
hitung
3,86 lebih kecil dari F
tabel
4,18. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung umbi dahlia dengan berbagai variasi tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna
biskuit yang dihasilkan.
4.6. Analisis Organoleptik Tekstur Biskuit dengan Penambahan Tepung
Umbi Dahlia
Hasil analisis organoleptik tekstur biskuit umbi dahlia dapat dilihat pada
tabel 4.10 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Biskuit Umbi Dahlia
Tekstur Biskuit
Kriteria Skor
A1 A2
Panelis Skor
Panelis Skor
Suka 3
20 60
66,7 21
63 70
Kurang Suka 2
10 20
22,2 8
16 17,8
Tidak suka 1
1 1
1,1
Total 30
80 88,9
30 80
88,9
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil analisis organoleptik tekstur pada A1 dan A2 memiliki skor yang sama yaitu 80 88,9, sehingga A1
dan A2 termasuk kriteria suka. Hal ini menunjukkan bahwa panelis menyukai tekstur kedua biskuit.
Tabel 4.11 Hasil Analisis Sidik Ragam Tekstur Biskuit Umbi Dahlia
Sumber Keragaman
db JK
JKR F
hitung
F
tabel
Keterangan
Perlakuan 1
4,18 Tidak ada
perbedaan Panelis
29 5,33
0,18 Error
29 10
0,34 Total
59 15,33
Keterangan: db : derajat bebas
JK : jumlah kuadrat KT : kuadrat total
Berdasarkan analisis sidik ragam seperti terlihat pada tabel di atas, bahwa tidak ada perbedaan hasil penilaian terhadap tekstur biskuit dengan penambahan
tepung umbi dahlia 25 dan 50 dengan nilai F
hitung
0 lebih kecil dari F
tabel
4,18. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung umbi dahlia dengan berbagai variasi tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur
biskuit yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
4.7. Kandungan Zat Gizi Biskuit Umbi Dahlia Berdasarkan Perhitungan