11
kuda tersebut mati. Parenjak-enjak artinya “menginjak-injak”, dalam hal ini maksudnya bagaimana layaknya seekor kuda berkali-kali menginjak-injakkan
kakinya. Huda sitajur artinya “kuda sitajur”, disebut kuda sitajur karena kuda yang diceritakan dalam lagu tersebut berasal dari desa Sitajur yang berada di
daerah Simalungun. Mengingat lagu parenjak-enjak ni huda sitajur adalah lagu yang sifatnya bercerita, maka dalam penyajiannya si penyaji juga menceritakan
setiap frasa isi cerita tersebut. Teknik permainan dan struktur musik yang dimainkan melalui husapi akan membantu dalam mendeskripsikan ceritanya.
Adapun penyaji yang penulis maksud yang memainkan lagu parenjak- enjak ni huda sitajur ini adalah Arisden Purba. Beliau berumur 60 tahun dan
tinggal di Jl. Besar Manik Saribu, Simp. Tower Nagori Sait Buttu, Kecamatan Sidamanik. Bapak Arisden Purba pernah berperan sebagai tenaga pengajar dalam
revitalisasi budaya terkhusus dalam budaya Simalungun.
1.4.2 Teori
Secara umum, proses belajar musik tradisional merupakan oral tradition tradisi lisan, begitu juga lagu parenjak-enjak ni huda sianjur yang merupakan
musik tradisional Simalungun. George List dalam “Discussion of K.P. Wachsman’s paper,” Journal of the Folkore Institue mengatakan: Apa yang
dimaksud dengan ‘musik tradisional’ ? Musik tradisional adalah musik yang mempunyai dua ciri: musik tersebut diwariskan dan disajikan dengan hapalan
bukan dengan menggunakan tulisan, dan musik tersebut selalu ‘hidup’, di mana
Universitas Sumatera Utara
12
suatu pertunjukan selalu berbeda dengan pertunjukan sebelumnya. Di dalam musik tradisional, tradisi lisan oral tradition lebih menekankan pewarisan secara
oral. Mengacu dari teori di atas, tradisi lisan di sini maksudnya adalah salah satu proses belajar dengan cara melihat, mendengar, meniru, dan menghafal dalam
proses mempelajari kebudayaan musik ini. Begitu juga teknik permainan husapi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur oleh Arisden Purba yang juga
merupakan hasil proses belajar secara lisan. Dengan teori ini saya akan berpatokan kepada penyajian yang dibawakan oleh Bapak Arisden Purba, di mana
beliau mengetahui teknik permainan dan struktur musik pada husapi lagu parenjak-enjak ni huda sitajur.
Mantle Hood juga memberikan sebuah pemahaman untuk mempermudah penulis dalam meneliti melalui pendapatnya,
“the concept of bimusicality as a way of scholary presentation of the music of other cultures, and active
performance and even composition idiom of another culture as a way of learning the essentials of its musical style and
behavior.”
Dengan pendapat yang dikemukakan Hood akan menekankan pada pengajaran dalam hal praktik bagi jenis pertunjukan yang diteliti oleh penulis. Dalam hal ini
bimusicality adalah agar peneliti mempelajari dan memainkan musik dari kebudayaan yang sedang diteliti. Begitu juga yang sedang penulis terapkan untuk
mempelajari husapi kepada bapak Arisden Purba kebudayaan yang diteliti dengan cara oral tradition. Ini adalah sebuah metode yang cukup bermanfaat bagi
penulis untuk membantu dalam membahas permasalahan. Dengan pemahaman ini
Universitas Sumatera Utara
13
memudahkan saya untuk melihat teknik permainan dan struktur musik yang terdapat pada lagu tersebut.
Khusus untuk menganalisis teknik permainan husapi yang dilakukan oleh Bapak Arisden Purba, penulis menggunakan teori etnosains. Menurut Ihromi
1987 teori etnosains adalah teori yang lazim digunakan di dalam disiplin antropologi. Pada dasarnya teori ini menitikberatkan kepada pandangan dan
aktivitas yang dilakukan oleh informan yang dilatarbelakangi budaya tertentu. Jadi peneliti hanya menginterpretasi data berdasarkan latar belakang budaya itu
hidup. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teori etnosains yang penulis pergunakan adalah untuk mengungkap aspek teknik permainan husapi, dengan
peristilahan atau terminologi khas Simalungun yang digunakan oleh Bapak Arisden Purba, seperti: mamiltik, teknik tak, inggou, dan lainnya. Selain itu tentu
peneliti harus mengkaji lebih jauh apa makna-makna di sebalik permainan husapi ini, baik itu makna perlambangan, makna budaya, makna harmoni sosial, dan lain-
lain. Husapi merupakan alat musik yang berperan sebagai melodi, dan nada-
nada yang digunakan pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur menggunakan nada-nada yang ada pada sistem tangga nada barat. Jadi dalam tulisan ini, penulis
menggunakan teori yang sesuai dengan disiplin ilmu etnomusikologi. Dalam disiplin ilmu etnomusikologi, pendekatan yang sering dipakai untuk transkripsi
adalah transkripsi deskriptif. Transkripsi deskriptif adalah transkripsi yang dilakukan dengan cara menuliskan, mencatat ciri-ciri dan detail-detail yang
Universitas Sumatera Utara
14
terdapat pada musik yang diteliti Nettl, 1964. Dalam hal ini penulis akan menggunakan transkripsi yang bernotasi deskriptif.
Untuk menganalisis melodi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur, penulis menggunakan pendekatan analisis yang dikemukakan oleh Bruno Nettl
dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology 1964, bahwa untuk menganalisis seluruh bentuk musikal dilakukan analisis terhadap tangga nada,
melodi, ritem, warna suara, dinamik, dan tempo. Selain itu penulis juga menggunakan pendekatan yang ditawarkan oleh William P. Malm dalam bukunya
Music Cultures Near East and Asia 1977, yaitu selain yang sudah disebutkan di atas ditambah lagi dengan nada dasar, wilayah nada, pola kadensa, interval, dan
kantur.
1.5 Metode Penelitian