Tangga Nada Nada Dasar

70

4.2 Struktur Musik pada Lagu Parenjak-enjak ni huda sitajur

Adapun yang menjadi salah satu topik objek penelitian ini adalah hasil analisis lagu parenjak-enjak ni huda sitajur tersebut, sehingga penulis juga menerangkan metode penulisan lagu tersebut. Dalam hal ini penulis menganalisa hasil transkripsi menggunakan notasi barat walaupun tidak semua notasi ini dapat mewakili petranskripsian lagu ini. Dalam hal ini penulis akan menganalisa hasil transkripsi lagu parenjak-enjak ni huda sitajur yang disajikan oleh Arisden Purba yang di dalamnya terdapat unsur- unsur musik seperti tangga nada, jumlah nada, wilayah nada, dan bentuk.

4.2.1 Tangga Nada

Adapun tangga nada yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tangga nada yang digunakan dalam lagu parenjak-enjak ni huda sitajur yang meliputi nada terrendah hingga nada tertinggi. Dapat dilihat dari gambar di atas, maka nada-nada yang dipakai pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur adalah nada F, nada Bes, nada C, nada E, dan nada F’. Universitas Sumatera Utara 71 Sehingga berdasarkan keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini memiliki empat nada ditambah dengan satu nada oktaf dari F yaitu F’.

4.2.2 Nada Dasar

Bruno Nettl 1963:147 dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology menawarkan tujuh cara dalam menemukan nada dasar yaitu, 1. Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut. 2. Kadang-kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada dasar, biarpun jarang dipakai. 3. Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut. 4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi pas di tengah-tengah dapat dianggap penting. 5. Interval-intrval yang terdapat antara nada-nadakadang-kadang dipakai sebagai patokan. Seandainya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak memakai oktaf nada pertama tersebut boleh dianggap lebih penting. 6. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas. Universitas Sumatera Utara 72 7. Harus diingat bahwa mungkin ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan sebelumnya. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu harus menggunakan pengalaman musikal. Terjemahan Marc Perlman 1963:147 Untuk dapat mencari nada dasarnya dengan pendekatan yang ditawarkan oleh Nettl, maka penulis terlebih dahulu menyusun nada-nada lagu parenjak- enjak ni huda sitajur ke dalam tabel yang tersusun dengan ritmis yang digunakan dan jumlah pemakaian nada. Universitas Sumatera Utara 73 Distribusi Ritmis dan Jumlah Nada Berdasarkan tabel di atas, maka nada F baik itu nada F dan nada F’ merupakan nada yang paling sering muncul ataupun digunakan yaitu sebanyak 153 kali. Kemudian disusul dengan nada C muncul sebanyak 134 kali. Selanjutnya nada E muncul sebanyak 92 kali, dan yang terakhir nada Bes muncul sebanyak 6 kali. Ritem Nada Jumlah F’ - - 9 4 93 106 Bes - 5 - 54 5 64 C - - - 121 13 134 E - - - 25 67 92 F 1 - - 46 - 47 Jumlah keseleluruhan = 432 Universitas Sumatera Utara 74 Melihat susunan dari data yang tertulis di atas maka yang menjadi tonalitas berdasarkan dari ketujuh cara yang ditawarkan oleh Bruno Nettl adalah sebagai berikut: 1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada F. 2. Nada yang memiliki nilai rtimis yang paling besar adalah nada F. 3. Nada yang banyak digunakan sebagai nada awal adalah nada F, sedangkan nada yang digunakan di akhir adalah nada Bes. 4. Nada yang memiliki posisi paling rendah adalah F. 5. Nada yang dipakai juga memiliki nada oktafnya adalah nada F. 6. Tekanan ritmis yang paling besar adalah nada F. Dilihat dari kriteria yang ditawarkan oleh Nettl maka penulis mengambil kesimpulan bahwa nada dasar yang digunakan pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini adalah nada F.

4.2.3 Wilayah Nada

Dokumen yang terkait

Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

30 124 98

Pengaruh Kegiatan Optimasi Lahan Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus Nagori/Desa Naga Saribu, Kecamatan Pamatang Silima Huta)

0 30 8

Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun

3 88 115

TEKNIK PERMAINAN DAN STRUKTUR MUSIK HUSAPI SIMALUNGUN PADA LAGU PARENJAK-ENJAK NI HUDA SITAJUR DI KECAMATAN PAMATANG SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 9 26

ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN SIMALUNGUN PADA GEREJA KATOLIK SANTO PIO PURBA HINALANG KEC. PURBA KAB. SIMALUNGUN DITINJAU DARI UNSUR BENTUK, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK.

1 22 19

TEKNIK PERMAINAN ALAT MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN TULILA. PROGRAM STUDI SENI MUSIK.

6 35 24

2. Kelapa sawit - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 1 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 0 5

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI TINGKAT KELOMPOK TANI SIMALUNGUN JAYA DESA SAIT BUTTU SARIBU KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

0 0 11