21
2.2 Kependudukan dan Sistem Bahasa
Asal usul kependudukan masyarakat Simalungun banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek dan juga berbagai pendapat atau teori yang berbeda untuk
memberikan pembuktian terhadap kebenarannya. Sama halnya dengan kebudayaan tradisi Simalungun di zaman kerajaannya yang memiliki seribu cerita
dengan beragam versi dan mitos. Hanya ada beberapa data tertulis
13
Masyarakat yang mendiami desa Nagori Sait Buttu Saribu merupakan masyarakat yang heterogen karena terdiri dari berbagai suku yang di dalamnya
seperti Simalungun, Toba, Jawa, Minangkabau, dan Cina. Keberagaman suku ini tidak menjadi perbedaan di dalam masyarakat untuk melakukan segala tindak
aktivitas yang ada masyarakatnya. Seperti dari hasil wawancara dengan informan bapak Arisden Purba, bahwa banyaknya suku yang ada di daerahnya bukan
membawa tradisi suku masing-masing melainkan menggunakan tradisi yang yang
menjelaskan marga-marga pada masyarakat Simalungun, dan itupun kebanyakan mencakup sejarah keturunan-keturunan raja saja.
Sistem kependudukan dan bahasa merupakan suatu bentuk sinkronisasi untuk membentuk suatu sistem kemasyarakatan. Bahasa berperan sebagai media
komunikasi antar penduduk yang tinggal di daerah tersebut sesuai dengan tradisi yang berlaku.
2.2.1 Kependudukan
13
Ada beberapa naskah kuno yang menerangkan masa lampau masayarakat Simalungun yang masih ada hingga sekarang, misalnya Partikian Tuan Bandar Harapan, Partikian Malasari yang
menjelaskan asal-usul marga Purba Tambak yang menurunkan raja Silou. Pustaka Parpadan na Bolag adalah tulisan yang menerangkan kehidupan tradisioanal Simalungun pada zaman Nagur
Universitas Sumatera Utara
22
berlaku di daerah itu yaitu tradisi Simalungun. Dalam hal ini maksudnya setiap orang yang berada di daerah tersebut baik itu di dalam maupun di luar suku
Simalungun apabila menempati daerah tersebut dianggap juga sebagai suku Simalungun.
Menurut keterangan Jasasman Purba selaku kepala desa di daerah setempat menyatakan bahwa adanya keragaman suku di daerah tersebut
disebabkan oleh tradisi sodduk hela yang diberlakukan dalam norma masyarakat tersebut. Sodduk hela merupakan sebuah tradisi dimana seorang menantu dari
pihak laki-laki dari luar daerh tersebut tinggal dengan mertu perempuan yang bertempt inggal tetap di daerah itu juga. Sebagai contoh, ada seorang pria yang
bersuku batak Toba yang berasal dari daerah Tapanuli yang ingin menikahi seorang wanita di daerah Sait Buttu Sribu. Setelah dilaksankannya acara
pernikahan, si pria dan wanita tersebut bertempat tinggal di drumah si pihak perempuan yang mungkin disebabkan oleh beberapa alasan seperti kekurangan
ekonomi ataupun juga karena keinginan oleh pihak perempuan. Secara langsung hal ini menjadi alasan adanyaa suku lain di daerah tersebut dengan berlanjutnya
keturunan marga Toba di daerah tersebut. Tidak hanya itu saja yang menjadi alasan keberagaaman suku ini, karena masih banyak kemungkinan yang lain
seperti perdagangan, pertanian, pemerintahan lokal yang dapat melingkupi system kemasyarakatan di daerah tersebut.
Banyak argumen-argumen yang menerangkan tentang kesejarahan suku Simalungun ini, baik itu data secara lisan maupun tulisan. Kebanyakan masyrakt
Simalungun itu sendiri yang menjelaskan secara lisan dengan memberikan suatu
Universitas Sumatera Utara
23
cerita kesejarahan tentang Simalungun. Adapun menurut beberapa ahli menyatakan bahwa orang Simalungun termasuk rumpun Proto Melayu yang
berasal dari Hindia Belakang
14
Banyaknya asumsi-asumsi yang dituturkan oleh para ahli tentang bagaimana sistem kependudukan pada masyarakat Simalungun justru
menimbulkan banyak misteri dengan seluk-beluk kesejarahaannya yang rumit. Apalagi melihat asumsi zaman dulu mengenai raja-raja Simalungun yang
menduduki daerahnya dengan system di luar akal pikiran manusia sekarang.. Adanya aspek-aspek yang mempengaruhi system kependudukan masyaarakat
. Keberadaan masyaraakat Simalungun itu sendiri merupakan identitas sebagai penduduknya dengan keturunan empat marga induk
yaitu Sinaga, Saragih, Damanik, dan Purba. Ditegaskan lagi oleh M.D Purba bahwa keempat marga tersebut merupakan marga asli Simalungun. Dengan
beberapa bentuk literatur-literatur yang menjelaskan bagaimana pada masa kerajaan dulu sudah menggunakan keempat marga tersebut. Adapun marga-
marga di luar keempat marga tersebut yang mengaku sebagai suku Simalungun merupakan suatu bentuk asimilasi dan hasil integrasi dengan marga yang ada pada
masyrakat Simalungun dengan mengikuti tradisi norma-nornma tertentu.
14
Dalam buku bertajuk Prasejarah Kepulauan Indonesia yang sudah diterjemahkan karangan Peter Bellwood menerangkan masukny suku-suku ke bagian Negara Indonesia menurut
penelitinnya terdiri dari du geelombang, yaitu rumpun Proto Melayu dan Deutro Melayu. Proto Melayu yaitu masuknya suku-suku bangsa Mongol-Kukaus Austrenesia melalui daerh Cina
Selatan dengan proses migrasi dan kemudia masuk melaui Indo Cina Hindia Belakang terus menuju Semenanjung Malk dan akhirnya berdiam di spanjang pantai Timur Sumatera.
Menururut pendapatnya bahwa kemungkina n masuknya ke daerh Simalungun melalui pantai Timur dengn melewati daerah Aceh hingga menepti daerah Simlungun sekarang. Deutro Melayu
yaitu migrasi yang masuk ke daerah nusantara yang hingga masuk ke pedalaman. Mereka pada umumnya berkebudayaan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
24
Simalungun dulunya juga turut membantu perkembangan yang terjadi di dalam masyarakatnya.
2.2.2 Bahasa