Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun

(1)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

KAJIAN ORGANOLOGIS ARBAB SIMALUNGUN BUATAN

BAPAK ARISDEN PURBA DI HUTA MANIKSARIBU NAGORI

SAIT BUTTU SARIBU KEC. PAMATANG SIDAMANIK KAB.

SIMALUNGUN

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

SARIDIN TUA SINAGA NIM : 030707014

Skripsi ini diajukan kepada panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni

dalam Bidang Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI M E D A N


(2)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

KAJIAN ORGANOLOGIS ARBAB SIMALUNGUN BUATAN

BAPAK ARISDEN PURBA DI HUTA MANIKSARIBU NAGORI

SAIT BUTTU SARIBU KEC. PAMATANG SIDAMANIK KAB.

SIMALUNGUN

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

SARIDIN TUA SINAGA

NIM : 030707014

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si Drs. Bebas Sembiring, M.Si

NIP : 131571757 NIP :

Skripsi ini diajukan kepada panitian Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni

dalam Bidang Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI M E D A N


(3)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

DISETUJUI OLEH : FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,

NIP : 131785636


(4)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam Bidang Etnomusikologi

Medan

Hari : Tanggal :

Fakultas Sastra USU Dekan

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D NIP : 132098531

Panitia Ujian

1. Drs. Setia Dermawan Purba M.Si (………..) 2. Drs. Bebas Sembiring M.Si (………..) 3. Dra. Frida Deliana M.Si (………..) 4. Dra. Heristina Dewi M.Pd (………..) 5. ……….. (………..)


(5)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Permasalahan... 1

1.2Pokok Permasalahan... 7

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian... 7

1.4Konsep dan Teori... 8

1.4.1 Konsep... 8

1.4.2 Teori... 9

1.5 Metode Penelitian... 11

1.5.1 Lokasi Penelitian... 12

1.5.2 Kerja Lapangan... 13

1.5.3 Wawancara... 13

1.5.4 Studi Kepustakaan... 14


(6)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

BAB II : GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN... 15

2.1 Lokasi Penelitian... 15

2.2 Penduduk dan Sistem Bahasa... 16

2.2.1 Penduduk... 17

2.2.2 Sistem Bahasa... 18

2.3 Sistem Kesenian... 21

2.3.1 Seni Musik... 21

2.3.2 Seni Suara... 23

2.3.3 Seni Tari... 24

BAB III : KAJIAN ORGANOLOGIS ARBAB SIMALUNGUN... 26

3.1 Klasifikasi Arbab Simalungun... 26

3.2 Konstruksi Bagian-Bagian Arbab dan Pangogos (Penggesek)... 28

3.3 Ukuran Bagian-Bagian Arbab... 29

3.4 Teknik Pembuatan Arbab Simalungun... 30

3.4.1 Bahan Baku yang Digunakan... 30

3.4.1.1 Bambu (Bambusa sp)... 30

3.4.1.2 Tempurung Kelapa... 31

3.4.1.3 Kayu Olahan (broti)... 31

3.4.1.4 Kulit Kambing... 31

3.4.1.5 Rotan... 32

3.4..1.6 Serat Ariman (Sejenis Enau)... 32


(7)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4.1.8 Kemenyan atau Minyak Tanah... 33

3.4.2 Peralatan yang Digunakan... 34

3.4.2.1 Parang Panjang... 34

3.4.2.2 Gergaji... 35

3.4.2.3 Pisau Belati... 35

3.4.2.4 Gergaji Besi... 35

3.4.2.5 Gunting Seng... 36

3.4.2.6 Kawat... 36

3.4.2.7 Tang Penjepit... 36

3.4.2.8 Tang Pemotong... 36

3.4.2.9 Martil... 36

3.4.2.10 Paku... 37

3.4.2.11 Kertas Pasir... 37

3.4.2.12 Batu Gosok (Batu Asah)... 37

3.4.2.13 Air... 37

3.4.3 Proses Pembuatan... 40

3.4.3.1 Memilih dan Menebang Bambu... 40

3.4.3.2 Memotong dan Mengikis... 40

3.4.3.3 Membentuk Bagian-Bagian Arbab... 41

3.4.3.3.1 Membuat Badan (Banuh)... 41

3.4.3.3.2 Membuat dan Membentuk Pinggol-Pinggol... 43

3.4.3.3.3 Membuat Pangogos... 45


(8)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4.3.3.5 Pengolahan Kulit Kambing... 50

3.4.3.3.6 Pembuatan Kaki Arbab (Nahei)... 53

3.4.3.3.7 Pembuatan Penahan Senar (Panggal-panggal)... 56

3.4.3.3.8 Pembuatan Senar Arbab... 57

3.4.3.3.9 Pembuatan Rotan Penahan... 58

3.4.4 Tahap Penyempurnaan... 60

3.4.4.1 Pemasangan Kulit pada Kotak Resonator (Boltok)... 61

3.4.4.2 Pemasangan Nahei Arbab... 65

3.4.4.3 Pemasangan Banuh Arbab... 66

3.4.4.4 Proses Pemasangan Senar Arbab... 67

3.4.4.4.1 Pemasangan Senar Pada Nahei... 67

3.4.4.4.2 Pemasangan Senar Pada Pinggol-Pinggol... 67

3.4.4.5 Pemasangan Panggal-Panggal... 69

3.4.4.6 Pelubangan Resonator... 70

3.4.4.7 Penjemuran Arbab... 70

3.5 Kajian Fungsional... 70

3.5.1 Proses Belajar... 71

3.5.2 Cara Memegang Arbab... 71

3.5.3 Posisi Jari Tangan... 72

3.5.4 Posisi Badan... 73

3.5.5 Sistem Laras... 74


(9)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

BAB IV : ARBAB DALAM TRADISI

MASYARAKAT SIMALUNGUN... 75

4.1 Asal Usul Arbab Simalungun... 75

4.1.1 Arbab Simalungun Menurut Cerita... 75

4.1.2 Perspektif Sejarah Arbab... 77

4.2 Penggunaan dan Fungsi Arbab... 80

4.2.1 Penggunaan... 81

4.2.1.1 Kebudayaan Material... 81

4.2.1.2 Hubungan Manusia dengan Alam... 82

4.2.1.3 Estetika... 82

4.2.2 Fungsi... 82

4.2.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional... 83

4.2.2.2 Fungsi Hiburan... 83

4.2.2.3 Fungsi Komunikasi... 84

4.2.2.4 Fungsi Reaksi Jasmani... 84

4.3 Penyajian Arbab... 85

4.3.1 Upacara Mardilo Tonduy... 85

4.3.2 Upacara Manjalo Horas-Horas... 88


(10)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

BAB V : PENUTUP... 91

5.1 Rangkuman... 91

5.2 Kesimpulan... 93


(11)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagian-bagian Arbab... 28

Gambar 2 : Pangogos... 28 Gambar 3 : Ukuran bagian-bagian arbab... 29

Gambar 4 : Bahan-bahan yang digunakan... 34

Gambar 5 : Peralatan yang digunakan... 39

Gambar 6 : Memotong bambu untuk membuat banuh... 42

Gambar 7 : Menandai banuh bagian bawah untuk resonator... 42

Gambar 8 : Pengikisan banuh bagian bawah... 42

Gambar 9 : Pembentukan ujung banuh bagian bawah... 42 Gambar 10 : Pembentukan lubang pinggol-pinggol... 42

Gambar 11 : Pembuatan lubang senar... 43 Gambar 12 : Pengukuran pinggol-pinggol... 44

Gambar 13 : Pembelahan bambu... 44

Gambar 14 : Pemotongan bambu yang telah diukur... 44

Gambar 15 : Pengikisan pinggol-pinggol... 44

Gambar 16 : Pembuatan celah pinggol-pinggol penjepit senar... 44


(12)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 18 : Penghalusan pinggol-pinggol dengan kertas pasir... 45

Gambar 19 : Pinggol-pinggol... 45

Gambar 20 : Memotong bambu untuk pangogos... 46

Gambar 21 : Membelah bambu... 46

Gambar 22 : Bambu yang telah dibelah dua... 46

Gambar 23 : Membelah bambu menjadi lebih kecil... 46

Gambar 24 : Mengikis bambu... 47

Gambar 25 : Melubangi ujung pangogos dengan paku... 47

Gambar 26 : Ujung pangogos yang telah dilubangi... 47

Gambar 27 : Penghalusan gagang dengan menggunakan kertas pasir... 47

Gambar 28 : Mengikat ujung serat ariman... 47

Gambar 29 : Memasukkan benang ke ujung Pangogos... 47

Gambar 30 : Mengikat ujung ariman yang telah diikat benang ke ujung pangogos... 48

Gambar 31 : Membersihkan batok kelapa... 49

Gambar 32 : Membelah batok kelapa... 49

Gambar 33 : Memotong batok kelapa untuk resonator... 50

Gambar 34 : Menandai bagian yang akan dilubangi... 50

Gambar 35 : Melubangi tempat banuh... 50

Gambar 36 : Melubangi tempat nahei... 50

Gambar 37 : Perendaman kulit... 51

Gambar 38 : Peregangan kulit dengan paku... 51


(13)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 40 : Pembersihan kulit dari bulu... 52

Gambar 41 : Pengukuran kulit... 52

Gambar 42 : Kulit yang dilebihkan sebagai tempat rotan pengikat... 52

Gambar 43 : Pemotongan kulit... 52

Gambar 44 : Melubangi bagian tepi kulit untuk tempat rotan... 52

Gambar 45 : Perendaman kembali... 53

Gambar 46 : Lebar, tebal, panjang broti yang diperlukan... 54

Gambar 47 : Pembentukan broti menjadi nahei... 54

Gambar 48 : Spike yang akan dimasukkan ke kotak resonator... 55

Gambar 49 : Pangkal spike berbentuk kotak... 55

Gambar 50 : Tahap penyempurnaan... 55

Gambar 51 : Pemasangan paku tempat senar pada nahei... 56

Gambar 52 : Pemotongan bambu menjadi panggal-panggal... 56

Gambar 53 : Pembentukan bagian bawah panggal-panggal... 57

Gambar 54 : Pembentukan tempat senar... 57

Gambar 55 : Benang yang telah diukur... 58

Gambar 56 : Proses pemilinan (dipulos)... 58

Gambar 57 : Rotan... 59

Gambar 58 : Pengikisan rotan... 59

Gambar 59 : Perendaman rotan... 60

Gambar 60 : Proses menjalin rotan... 60

Gambar 61 : Membentuk anyaman berbentuk lingkaran... 60


(14)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 63 : Kulit yang telah direndam... 62

Gambar 64 : Pengukuran kawat penahan... 62

Gambar 65 : Kawat yang diletakkan pada tempurung kelapa... 62

Gambar 66 : Mengikat kulit dengan kawat penahan...63

Gambar 67 : Mengikat kulit ke resonator ke dengan kawat pengikat... 63

Gambar 68 : Rotan penahan yang direndam... 64

Gambar 69 : Penandaan dan pengukuran rotan pengikat kulit... 64

Gambar 70 : Rotan penahan kulit... 64

Gambar 71 : Proses pengikatan kulit ke rotan penahan... 65

Gambar 72 : Bentuk ikatan menyilang agar tidak mudah lepas... 65

Gambar 73 : Pemasangan nahei arbab ke boltok... 66

Gambar 74 : Pemasangan banuh... 66

Gambar 75 : Pemasangan senar satu... 67

Gambar 76 : Pemasangan senar dua... 67

Gambar 77 : Pemasangan senar satu pada pinggol-pinggol... 68

Gambar 78 : Pemasangan senar dua pada pinggol-pinggol... 69

Gambar 79 : Pemasangan panggal-panggal pada senar arbab... 69

Gambar 80 : Pelubangan resonator... 70

Gambar 81 : Bapak Arisden Purba sedang memainkan arbab Simalungun... 72

Gambar 82 : Posisi jari tangan kiri menekan senar... 73

Gambar 83 : posisi jari tangan kanan memegan pangogos... 73

Gambar 84 : Posisi badan tegak, kaki kanan dilipat dan kaki kiri menahan nahei... 73


(15)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan atas Berkat dan Kasih Karunia Allah Bapa Yesus Kristus yang sungguh besar dan mulia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta yang sangat penulis hormati dan sayangi yaitu Bapak St. M.Sinaga dan Mama S.R. Purba yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang yang tak kenal lelah serta memberikan motivasi yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua adik yang sangat penulis sayangi yaitu Wahyuni Sinaga dan Sardo Sinaga, yang selalu memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Etnomusikologi

Skripsi ini berjudu l “Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan

Bapak Arisden Purba di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun”, diajukan sebagai salah satu syarat yang

harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana S – 1 di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Sastra USU Bapak Drs. Syaiffudin, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., selaku pembimbing II yang


(16)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

telah memberikan waktu, saran serta kritikan yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Drs. Muhammad Takari, M.Hum selaku pembimbing akademik, serta Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selaku Ketua Departemen Etnomusikologi dan Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekretaris Departemen Etnomusikologi yang selalu menasehati dan memberi semangat kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Bapak dan Ibu dosen Departemen Etnomusikologi, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D, Drs. Irwansyah Harahap M.A., Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Drs Torang Naiborhu M.Hum., Drs. Fadlin, Drs. Kumalo Tarigan M.A, Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A, Arifni Netrirosa, SST yang telah mendidik penulis semasa mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi. Semoga niat baik dan nasihat yang bapak ibu berikan dapat kami aplikasikan di lingkungan masyarakat luas nantinya.

Kemudian penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Arisden Purba dan keluarga yang telah sangat baik menerima penulis semasa penulis melakukan penelitian dan juga kepada bapak S.A Lingga yang banyak memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Jery Periance Saragih yang telah dengan sabar mau menemani dan memberikan perhatian dan dukungan serta memotivasi penulis selama terjun ke lapangan dan proses penulisan skripsi ini. Juga kepada teman-teman penulis, khususnya angkatan 2003 yaitu Alvon B. Panjaitan, S.Sn., Martahan Sitohang, Leonald Nainggolan, S.Sn., Dina M. Sitopu


(17)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

S.Sn., Flora Hutagalung S.Sn., Eben Ezer Silaban, Jeperson V. Silalahi, Marlan Manik, Hans Marpaung, Ahmad Arif Tarigan, Romiduk Sinambela, S.Sn., Siti Zulaikha S.Sn., yang banyak membantu penulis dan teman-teman mahasiswa Departemen Etnomusikologi lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada abang Hendrik Perangin-angin, Winarto Kartupat, Hardoni Sitohang S.Pd, Irma Karyono dan Samsidi dari group musik Insidental, serta teman-teman pemusik dari Taman Budaya Sumatera Utara yang selalu memberikan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi

Medan, Juli 2009 Penulis

SaridinTua Sinaga 030707014


(18)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Simalungun adalah salah satu kelompok etnis yang ada di wilayah provinsi Sumatera Utara. Etnis Simalungun merupakan salah satu dari lima kelompok etnis Batak lainnya, yaitu, Toba, Karo, Pakpak, Mandailing-Angkola (Bangun, 1993:94). Setiap etnis yang ada di Sumatera Utara, baik kelompok etnis Batak maupun etnis lain, memiliki kebudayaan, adat istiadat yang berbeda-beda antara etnis yang satu dengan etnis yang lain, bahkan kebudayaan diantara kelompok etnis Batak itu sendiri juga berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan Simalungun, Masyarakat Simalungun memiliki budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhurnya, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah kesenian. Kesenian pada masyarakat Simalungun sangat banyak diantaranya adalah seni rupa, seni tari, seni ukir, dan seni musik. Dalam tulisan ini, penulis lebih terfokus untuk mengkaji aspek musiknya.

Pada masyarakat Simalungun, seni musik terbagi atas dua bagian besar, yaitu musik vocal yang disebut inggou dan musik instrumen yang disebut gual. Musik instrumen juga dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu musik instrumen yang dimainkan secara ensambel, dan musik instrumen yang dimainkan secara tunggal (solo instrumen). Alat-alat musik tersebut dapat dipakai untuk mengiringi upacara-upacara yang bersifat ritual maupun hiburan. Sebagai contoh yaitu alat yang


(19)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

dimainkan secara ensambel yaitu Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Sipitu-pitu. Kedua jenis ensambel musik ini dapat dimainkan dalam upacara-upacara adat masyarakat Simalungun, baik upacara sukacita (malas ni uhur) maupun upacara dukacita (pusok ni uhur). Alat musik ini baik Gonrang Sidua-dua maupun Gonrang

Sipitu-pitu juga dapat digunakan untuk mengiringi tarian (tor-tor) dalam konteks

hiburan misalnya Tor-tor Huda-huda atau disebut juga Toping-toping. Tor-tor ini ditampilkan pada upacara kematian, yaitu na matei sayur matua1

Alat musik tunggal yang terdapat di Simalungun sangat banyak diantaranya adalah garattung, sordam, tulila, husapi, tengtung dan arbab. Diantara alat musik tunggal tersebut, arbab merupakan salah satu alat musik Simalungun yang sudah sangat tua. Menurut informasi yang penulis ketahui melalui literatur-literatur dan wawancara dari beberapa pemusik tradisional

. Tor-tor ini berfungsi untuk menghibur masyarakat pada umumnya dan keluarga secara khusus agar tidak larut dalam kesedihan.

2

1

Yaitu orang yang meninggal yang telah memiliki cucu dan anaknya sudah menikah semua. 2

Wawancara tanggal 2 Desember 2008 dengan bapak Jasa Tarigan selaku pemusik tradisi Karo, dan wawancara dengan bapak Guntur Sitohang selaku pemusik tradisi Toba pada tanggal 7 Maret 2009

, bahwa alat musik arbab tersebut terdapat juga pada kelompok etnis Batak Toba dan Karo. Pada suku Batak Toba alat musik itu dinamakan arbab dan pada suku Karo dinamakan murbap. Akan tetapi pada etnis Batak Toba dan Karo keberadaan alat musik tersebut dapat dikatakan sudah punah. Menurut informan tersebut, pada zaman dahulu sebelum masuknya agama, alat musik ini digunakan sebagai sarana untuk menyembah roh. Namun setelah masuknya agama, kegiatan penyembahan roh dilarang sehingga eksistensi


(20)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

penggunaan alat tersebut secara perlahan-lahan hilang. Pada masyarakat Simalungun sendiri, keberadaan alat musik ini pada saat sekarang sudah sulit untuk di temukan. Di Simalungun sendiri, penulis hanya mengetahui satu orang saja yang dapat membuat dan memainkan arbab Simalungun yaitu bapak Arisden Purba.

Orang yang memainkan arbab disebut pararbab3

Arbab merupakan alat musik yang tergolong kedalam jenis fiddle

sementara orang yang membuat arbab disebut pambahen arbab. Bapak Arisden Purba adalah salah seorang

pararbab yang masih pernah memainkan arbab simalungun didalam konteks upacara

ritual. Penulis mengetahui keberadaan bapak Arisden tersebut, setelah melihat pertunjukan Revitalisasi Musik Simalungun yang diadakan oleh Ford Foundation, pada bulan Januari 2001 sampai bulan Desember 2008. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui proses regenerasi pemain musik dan melestarikan kembali musik-musik tradisional yang hampir punah.

4

yang

mempunyai dua buah senar yang terbuat dari benang dan termasuk kedalam klasifikasai alat musik chordofon5

3

Kata “par” menjadi awalan pada kata “arbab” yang menunjukkan orang yang memainkan. Berlaku juga untuk alat musik lainnya contoh, pargonrang, parsarunei dsb.

4

Fiddle (Kamus Musik M. Soeharto 1992 : 37) dalam bahasa Inggris, yaitu alat musik gesek sejenis Biola, dengan bahan, pengerjaan dan cara memainkan yang sederhana, lazimmya digunakan sebagai pengiring musik rakyat.

5

Chordophone adalah jenis alat musik yang sumber getar utamanya adalah chord atau senar/dawai/kawat/tali.

yang suaranya berasal dari senar. Arbab dimainkan dengan cara menggesek bagian senarnya dengan mempergunakan alat penggesek yang disebut pangogos. Pangogos tersebut terbuat dari serat tumbuhan sejenis enau yang disebut tali ariman dan diikatkan dengan sebilah bambu yang tipis. Arbab


(21)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

terbuat dari Bambu yang berfungsi sebagai leher, batok kelapa yang besar yang berfungsi sebagai kotak resonator, yang ditutup oleh kulit. Semakin besar batok kelapa yang digunakan maka semakin besar juga suara yang dihasilkan. Kemudian kayu yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai kaki manusia dari batas lutut sampai ke telapak sebagai tumpuan atau kaki arbab tersebut.

Menurut bapak Arisden Purba, pada zaman dahulu kulit yang dipergunakan untuk menutup resonator adalah kulit Harimau Akar. Akan tetapi oleh karena pada saat ini Harimau Akar sangat sulit untuk ditemukan dan juga adanya larangan perburuan oleh pemerintah terhadap hewan tersebut, maka sebagai penggantinya dapat digunakan kulit kambing. Akan tetapi kualitas suara yang dihasilkan dari kulit kambing tersebut tidak sebagus apabila menggunakan kulit Harimau Akar, sebab tekstur kedua kulit tersebut sangat berbeda. Menurut Bapak Arisden, pada dasarnya kulit kucing sangat mirip dengan kulit Harimau Akar, namun dikarenakan kucing merupakan hewan yang dekat dengan manusia dan bukan merupakan hewan ternak, ada perasaan tidak tega untuk menyembelihnya. Meskipun begitu, Bapak Arisden masih mempunyai arbab yang terbuat dari kulit Harimau Akar. Arbab tersebut menurut penuturan bapak Arisden sudah berumur ± 64 tahun dan merupakan arbab yang berasal dari orangtua beliau.

Arbab biasanya dimainkan pada banyak upacara ritual diantaranya yaitu upacara ritual untuk memanggil roh orang yang masih hidup yang terbang meninggalkan tubuh jasmaninya karena sesuatu hal. Upacara itu disebut dengan


(22)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

mardilo tonduy6

Selain untuk upacara ritual, arbab juga dapat dimainkan untuk hiburan pribadi di rumah. Bapak Arisden juga sering memainkan alat tersebut setelah pulang dari pekerjaannya, untuk menghibur diri setelah lelah bekerja seharian di ladang. Ketika dimainkan untuk hiburan, maka alat musik ini dimainkan secara solo. Alat musik ini dapat dimainkan secara solo maupun dengan ensambel. Tetapi meskipun dimainkan secara ensambel arbab tidak dimasukkan kedalam alat musik yang dimainkan secara

. Menurut bapak Arisden Purba, alat musik ini dimainkan di rumah

orang yang melaksanakan upacara. Upacara dimulai setelah keluarga dan perangkat pendukung upacara tersebut berkumpul . Upacara ini dipimpin oleh seorang datu yang juga merangkap untuk melakukan pengobatan. Datu tersebut berfungsi untuk berkomunikasi dan memanggil roh-roh tersebut agar kembali ke dalam tubuh jasmaninya. Tujuannya dilakukan upacara ini adalah meminta kesembuhan terhadap orang yang dilanda kemalangan tersebut. Hal tersebut juga dikatakan oleh Bapak Setia Dermawan Purba yaitu seorang tokoh budaya Simalungun yang menyatakan bahwa arbab digunakan pada zaman dahulu untuk menyembah roh-roh nenek moyang. Dalam proses penyajiannya tersebut, keadaan tempat upacara harus dalam keadaan tenang dan tidak ribut. Hal ini dimaksudkan agar roh yang dipanggil tersebut dapat segera hadir dan juga untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Seperti datangnya roh jahat yang ingin menggangu. Disamping itu suara daripada arbab sangat halus, sehingga harus dalam keadaan tenang untuk mendengarnya, sebab arbab tersebut merupakan media untuk memanggil roh tersebut.

6

Wawancara dengan bapak S.A Lingga, Kepala Museum Simalungun, Kota P.Siantar tanggal 17 Juni 2008


(23)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

ensambel. Apabila dimainkan secara ensambel, maka alat musik ini diiringi oleh alat musik lain yaitu, husapi yaitu alat musik petik, odap yaitu alat musik pukul berbentuk silinder berukuran kecil, berdiameter sekitar 15 cm dan tinggi sekitar 20 cm dan dua buah piring porselen yang disebut ting-ting yang berfungsi untuk menggantikan gong kecil.

Penyebutan repertoar lagu yang dimainkan arbab Simalungun ketika dimainkan secara ensambel sama dengan penyebutan repertoar Gonrang Sipitu-pitu antara lain, gual parahot, gual parorot, dan lain-lainnya. Repertoar tersebut dimainkan ketika upacara ritual dilakukan. Namun ketika dimainkan dalam konteks hiburan pribadi, repertoar tersebut tidak dimainkan. Bapak Arisden Purba selaku pemain arbab (pararbab) dan sekaligus pembuat alat musik arbab (pambahen arbab) mendapatkan keterampilan memainkan dan membuat arbab tersebut berasal dari orang tua beliau. Beliau memainkan arbab ini untuk meneruskan tradisi bermain arbab dan sekarang beliau mulai menurunkan teknik bermain arbab kepada salah seorang anaknya laki-lakinya.

Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti proes pembuatan dan alat musik arbab tersebut dan dan juga membuat suatu tulisan ilmiah dengan judul “Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba di Desa


(24)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

!.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini yaitu :

1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan arbab Simalungun yang dilakukan bapak Arisden Purba

2. Bagaimana eksistensi dan penggunaan alat musik arbab Simalungun di tengah-tengah masyarakat Simalungun

3. Bagaimana teknik permainan arbab Simalungun sebagai pembawa melodi.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terhadap Arbab Simalungun adalah :

1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan arbab Simalungun oleh bapak Arisden Purba

2. Untuk mengetahui eksistensi dan penggunaan alat musik arbab Simalungun di tengah-tengah masyarakat Simalungun.

3. Untuk menganalisa organologi serta teknik permainan arbab sebagai pembawa melodi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Selain hal tersebut, manfaat lain yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :


(25)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

1. Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi mengenai musik Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. 2. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar pada jenjang S1 di

Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 3. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama

mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

4. Sebagai suatu upaya untuk memberi masukan kepada pemerintah daerah agar memperhatikan kebudayaan daerah supaya dapat tetap dilestarikan.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005). Konsep juga dapat diartikan suatu kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan (Mardalis 2003:46)

Berikut penulis akan membuat pengertian dari kata-kata yang terdapat pada judul. Kajian adalah penyelidikan atau pelajaran yang mendalam atau menelaah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pusataka, 1991:431). Dalam perhatian etnomusikologi, bahwa kajian etnomusikologi tidak hanya berhubungan dengan musikal, aspek sosial, konteks budaya, psikologis dan estetika, melainkan juga paling sedikit ada enam aspek yang menjadi perhatiannya. Salah satu diantaranya adalah materi kebudayaan musikal (musical materials culture), (Merriam, 1964:45).


(26)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Sementara organologi merupakan bagian dari etnomusikologi yang meliputi semua aspek, diantaranya adalah ukuran dan bentuk fisiknya termasuk pola hiasannya, bahan dan prinsip pembuatannya, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah nada yang dihasilkan, serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut. Organologi juga tidak hanya membahas masalah teknik memainkan, fungsi musikal, dekorasi (pola hiasan) fisik, dan aspek sosial budaya, melainkan termasuk didalamnya sejarah dan deskripsi alat musik tersebut secara konstruksional, (Hood, 1982:124). Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian Kajian Organologis adalah, suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari tentang instrumen musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deskripsi alat musik itu sendiri dan berbagai pendekatan sosial budaya.

Arbab simalungun merupakan alat musik gesek yang termasuk kedalam klasifikasi alat musik kordofon. Masyarakat Simalungun mengelompokkan alat musik arbab ke dalam kelompok alat musik yang dimainkan secara tunggal (solo instrumen). Namun pada kesempatan-kesempatan tertentu arbab tersebut juga dimainkan secara ensambel dengan alat musik lain yaitu husapi, odap, dan tingting.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:1041). Sebagai landasan berpikir dalam melihat permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis mempergunakan teori-teori yang relevan, yang sesuai untuk permasalahan tersebut.


(27)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:253, Eksistensi artinya keberadaan. Sementara pengertian kebudayaan menurut E.B Taylor, Primitive Culture, 1871 adalah:

“keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”

Maka penulis menyimpulkan bahwa eksistensi kebudayaan merupakan keberadaan yang mencakup keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari penjelasan tersebut, maka penulis menjadikan hal tersebut menjadi landasan teori eksistensi kebudayaan untuk menyatakan keberadaan instrumen arbab dalam masyarakat Simalungun.

Dalam tulisan ini untuk membahas pendeskripsian alat musik, penulis mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Susumu Kashima, 1978:174 terjemahan Rizaldi Siagian dalam laporan ATPA, bahwa studi musik dapat dibagi kedalam dua sudut pandang yang mendasar, yaitu studi struktural dan studi fungsional. Studi struktural berkaitan dengan observasi (pengamatan), pengukuran, perekaman atau pencatatan bentuk, ukuran besar kecil, konstruksi serta bahan-bahan yang dipaakai untuk pembuatan alat musik tersebut. Kemudian studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat-alat atau komponen yang memproduksi (menghasilkan) suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras-lembutnya suara (loudness) bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Berdasarkan


(28)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa proses dan teknik pembuatan arbab simalungun termasuk kedalam studi struktural.

Arbab Simalungun adalah instrumen musik kordofon yang memiliki dua buah senar, dan memiliki ruang resonator sebagai sumber bunyi. oleh karena itu dalam pengklasifikasian alat musik tersebut, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel 1961, yaitu :

“Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari; idiofon alat itu sendiri sebagai sumber penggetar utama bunyi), aerofon (udara sebagai sumber penggetar utama bunyi), membranofon (kulit sebagai sumber penggetar utama bunyi), dan Kordofon (senar sebagai sumber penggetar utama bunyi)”.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki melalui cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005). Sedangkan penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prisnsip umum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005)


(29)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Metode yang dapat digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif menurut Nawawi dan Martini, 1995:209 yaitu : Penelitian Kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Untuk mendukung metode penelitian tersebut, penulis menggunakan metode ilmu etnomusikologi yang terdiri dari dua disiplin, yaitu: disiplin lapangan (field) dan disiplin laboratorium (laboratory dicipline). Hasil dari kedua metode penelitian ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final

study), (Merriam, 1964: 37). Untuk memperoleh data dan keterangan yang

dibutuhkan dalam penulisan tulisan ini, penulis menggunakan Metode Pengumpulan Data, yaitu: (1) menggunakan daftar pertanyaan (questionnaries); (2) menggunakan wawancara (interview).

1.5.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam mengumpulkan data untuk tulisan ini adalah di rumah bapak Arisden Purba yang berlokasi di Huta Maniksaribu, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Di rumah tersebut juga bapak Arisden Purba mengerjakan pembuatan alat musik arbab Simalungun.

Namun untuk mendukung informasi mengenai arbab Simalungun tersebut, penulis juga mengumpulkan data-data maupun informasi dari orang-orang yang mengetahui tentang alat musik tersebut, tokoh-tokoh masyarakat, orang-orang yang


(30)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

terdekat dengan beliau, teman-teman pemusik beliau, maupun seniman-seniman yang mengetahui tentang alat musik arbab tersebut.

1.5.2 Kerja Lapangan

Penulis melakukan kerja lapangan dengan observasi langsung kedaerah penelitian yaitu langsung kerumah bapak Arisden Purba dan mencari narasumber dari tokoh masyarakat Simalungun. Penulis juga melakukan wawancara tidak berstruktur antara peneliti dan informan yaitu mengajukan pertanyaan yang tidak terikat pada susunan pertanyaan, akan tetapi tetap pada fokus terhadap pokok permasalahan utama.

1.5.3 Wawancara

Penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukakan Koentjaraningrat untuk melakukan wawancara (1985:139) yaitu:

“Ada tiga wawancara, yaitu wawancara berfokus (Focused interview), wawancara bebas (free interview), dan wawancara sambil lalu (casual interview)”.

Untuk melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan yang diarahkan kepada suatu pokok permasalahan tertentu. Namun penulis tetap mengembangkan pertanyaan kepada hal-hal yang lain untuk menciptakan suasana yang tidak kaku, tetapi tetap terkait dengan pokok permasalahan. Penulis melakukan wawancara langsung terhadap informan dalam hal ini Bapak Arisden Purba selaku informan kunci, dan beberapa informan-informan lainnya. Untuk perekaman musik dan wawancara, penulis menggunakan tape recorder


(31)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

merk Aiwa TP-VS 450 dan pita casette Sony ZX Type I dengan durasi putar 60 menit. Untuk pengambilan gambar, penulis menggunakan kamera digital merk Canon A-590

power-shoot .

1.5.4 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian ke lokasi penelitian, penulis terlebih dahulu mengadakan studi pustaka. Penulis membaca buku-buku yang relevan dengan penelitian dan juga surat kabar, majalah, tulisan ilmiah dan catatan yang berhubungan dengan objek penelitian. Karena teknologi semakin maju, dan banyak tulisan ilmiah dimasukkan ke dalam website, penulis juga mencari informasi dari internet. Studi pustaka ini diperlukan untuk melihat teori-teori yang relevan dan konsep-konsep yang sesuai untuk mendukung penelitian ini

1.5.5 Kerja Laboratorium

Data-data yang sudah penulis peroleh, kemudian diolah dalam kerja laboratorium. Penulis menyeleksi data dan menganalisa data kemudian menyaringnya agar lebih akurat. Data tersebut diklasifikasikan dan disusun melalui proses teknik-teknik penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar diteliti sesuai dengan ukuran dan disusun sesuai ukuran yang telah ditentukan. Semua hasil pengolahan data disusun dalam suatu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Merriam 1990:89).


(32)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian. Wilayah yang dimaksud disini adalah bukan hanya lokasi penelitian, tetapi lebih terfokus kepada gambaran masyarakat Simalungun secara umum.

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis teliti berada di rumah bapak Arisden Purba yang terletak di Huta Maniksaribu, Nagori Sait Buttu Saribu, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Nagori Sait Buttu Saribu merupakan salah satu nagori yang ada di Kecamatan Pematang Sidamanik. Menurut data yang dapat dilihat dalam monografi yang terdapat di Kantor Nagori Sait Buttu Saribu, secara geografis Nagori Sait Buttu Saribu terletak antara 02,58° LU – 80,05° BT. Adapun luas wilayah Nagori Sait Buttu Saribu adalah ±1347 Ha, atau 30 % dari luas Kecamatan Pematang Sidamanik yaitu 13.654 Ha. Keadaan topografinya yaitu berada pada ketinggian 800m diatas permukaan laut dengan curah hujan 3000 mm per tahun dan suhu udara berkisar ±27°C. Adapun batas-batas wilayah Nagori Sait Buttu Saribu adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Sarimattim yang meliputi perkebunan PTPN 4 Kebun Tobasari.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Bandar Manik. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean.


(33)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

4. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Dolok Pardamean.

Huta Maniksaribu, merupakan salah satu dari tujuh huta yang terletak dalam wilayah Nagori Sait Buttu Saribu, dengan luas wilayah 203 Ha. Berikut daftar tabel luas huta yang ada di Nagori Sait Buttu Saribu.

Tabel 1

Luas Wilayah Menurut Huta (dusun) Tahun 2009

NO HUTA LUAS (Ha)

1. Sait Buttu 108

2. Maniksaribu 203

3. Gunung Mulia 167

4. Gorbus 104

5. Afdeling B. Tobasari 280

6. Afdeling D. Tobasari 287

7. Manik Huluan 198

JUMLAH 1347 Ha

(Sumber : Monografi Nagori Sait Buttu Saribu, 2009)

2.2 Penduduk dan Sistem Bahasa

Penduduk dan bahasa memiliki keterkaitan yang sangat erat. Bahasa berperan penting sebagai sarana komunikasi antar penduduk yang tinggal disuatu daerah.


(34)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

2.2.1 Penduduk

Penduduk yang ada di Nagori Sait Buttu Saribu merupakan penduduk yang heterogen yang terdiri atas berbagai suku antara lain, Simalungun, Jawa, Batak Toba, Karo, Mandailing, Melayu, Minangkabau dan China. Pada tahun 2008 tercatat jumlah penduduk yang ada di Nagori Sait Buttu Saribu sebanyak 4972 jiwa dengan perincian laki-laki 2330 jiwa dan perempuan 2642 jiwa. Berikut tabel perincian penduduk menurut jenis kelamin.

Tabel 2

Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin tahun 2009

NO HUTA Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Sait Buttu 997 1067 2064

2. Maniksaribu 383 402 785

3. Gunung Mulia 103 124 224

4. Gorbus 83 102 185

5. Afdeling B. Tobasari 266 292 558

6. Afdeling D. Tobasari 227 252 479

7 Manik Huluan 271 403 672

TOTAL 2330 2642 4972


(35)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Secara umum, masyarakat Simalungun yang tinggal di wilayah Simalungun maupun di perantauan merupakan suatu pribadi yang pendiam dan tertutup. Menurut Hendrik Kraemer ketika berkunjung ke Tanah Batak pada bulan Februari-April tahun 1930 melaporkan bahwa jika dibandingkan dengan orang Batak Toba, orang Simalungun merupakan orang yang berwatak halus, lebih suka menyendiri di hutan dan secara alamiah kurang bersemangat dibanding dengan orang Batak Toba7. Hal yang senada juga dikatakan oleh Walter Lempp tentang tabiat daripada masyarakat Simalungun yaitu bahwa orang Simalungun lebih halus dan tingkah lakunya hormat sekali, tidak pernah keras atau meletus, meskipun sakit hati. Hal itu dimungkinkan karena suku Simalungun satu-satunya yang pernah dijajah oleh suatu kerajaan di Jawa yang berkedudukan di Tanah Jawa8

Sejak berabad-abad yang lampau suku-suku bangsa yang tinggal di berbagai kepulauan di Nusantara memiliki bahasa masing-masing yang dipergunakan didalam

.

Masyarakat yang tinggal di Sait Buttu Saribu pada umumnya bekerja sebagai petani kopi, namun sebagian masyarakatnya juga bekerja sebagai buruh di perkebunan teh milik PTPN 4. Menurut wawancara penulis dengan bapak Arisden Purba, pekerjaan beliau adalah sebagai petani. Menjadi pemain musik bagi beliau merupakan pekerjaan sampingan. Membuat alat musik arbab Simalungun dilakukan beliau apabila adanya pesanan akan alat tersebut.

2.2.2 Sistem Bahasa

7

Hendrik Kraemer (Boekentrum, The Haque 1958:55) 8


(36)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

pergaulan dan komunikasi antar sesama suku tersebut. Bahasa itu dinamakan sebagai “bahasa daerah” yang disebutkan sesuai dengan suku bangsa yang memiliki bahasa tersebut. Misalnya bahasa Batak Toba dipergunakan oleh suku Batak Toba. Demikian juga halnya bahasa Simalungun merupakan bahasa daripada suku Simalungun. Disamping bahasa Simalungun juga memiliki aksara yang sudah sangat tua usianya. Menurut seorang peneliti bahasa yaitu Dr. P. Voorhoeve, yang menjadi pejabat

Taalambtenaar di Simalungun pada tahun 1937, mengatakan bahwa bahasa

Simalungun merupakan bahasa rumpun austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang banyak sekali mempengaruhi bahasa-bahasa yang ada di Nusantara9

1. Bahasa Tingkatan

. Voorhoeve menyebutkan kedekatan bahasa Simalungun dengan bahasa Sansekerta ditunjukkan dengan huruf penutup suku kata mati yaitu, uy dalam kata apuy dan

babuy, huruf g dalam kata dolog, huruf b dalam kata abab, huruf d dalam kata bagod,

huruf ah dalam kata babah dan sabah, juga ei dalam kata simbei dan ou dalam kata

sopou dan lopou.

Dalam bahasa Simalungun dikenal ragam jenis pemakaian bahasa menurut penggunaanya yaitu :

Bahasa tingkatan adalah bahasa yang digunakan untuk berbicara kepada orang-orang. Bahasa Tingkatan terbagi 2 yaitu:

Bahasa yang dipakai untuk berbicara kepada raja seperti “paramba” artinya adalah hamba, “modom” artinya mangkat dll.

9

Poerloe sahap ni bangsa sandiri bani hakaristenon : “Lezing ni Dr. Voorhoeve deba haroenggoean ni Sintua Simalungun 17 April 1987 i Pematang Raya”, dalam Sinalsal No 90⁄September 1938, Hal 22-23


(37)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

• Bahasa Simalungun yang dipakai menurut tingkat usia didalam pergaulan maupun partuturan misalnya: ho dan hanima dipakai oleh orang yang lebih tua untuk menyebut orang yang lebih muda. Ho untuk penyebutan tunggal dan hanima untuk penyebutan jamak. Demikian juga halnya dengan ham dan nasiam yang dipakai untuk menyebut orang yang lebih tua atau kepada orang yang derajatnya lebih tinggi. Ham untuk penyebutan tunggal dan nasiam penyebutan jamak.

2. Bahasa Simbol

Bahasa simbol merupakan bahasa yang digambarkan dengan benda-benda untuk menyatakan maksud-maksud tertentu. Misalnya dalam suatu permainan

onja-onja10

3. Bahasa Simalungun Ratap Tangis

, ada seseorang pemuda yang memakai benang merah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pemuda tersebut akan tetap berjuang sampai mati untuk untuk mendapatkan cinta dari gadis pujaannya.

Bahasa ini disebut juga dengan guruni hata karena dipakai untuk mengucapkan sesuatu dan dianggap lebih halus. Misalnya adalah inang na

umbalos artinya adalah bibi, sihumoyon artinya perut, simanuhot artinya mata, jambulan artinya rambut.

4. Bahasa Simalungun Kasar

10

Onja-onja merupakan permainan tradisional masyarakat simalungun. Permainan ini dimainkan oleh anak remaja.


(38)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Disebut juga saitni hata yaitu bahasa yang dipakai ketika seseorang marah atau menghina seseorang, karena tersinggung atas sesuatu. Misalnya kata

panjamah (tangan) bahasa kasarnya tiput, mulut (babah) bahasa kasarnya tursik atau lossot

5. Bahasa yang digunakan oleh datu

Bahasa ini merupakan bahasa mantera yang merupakan campuran bahasa-bahasa untuk maksud-maksud tertentu.

2.3 Sistem Kesenian

Kesenian adalah merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif (Koentjaraningrat, 1980:395-397). Kesenian pada masyarakat simalungun sangat banyak dan beragam. Taralamsyah Saragih dalam Seminar Kebudayaan Simalungun 1964 mengatakan bahwa kesenian yang ada di Simalungun dapat dibagi atas Seni Musik (Gual), Seni Suara (Doding), Seni Tari (Tortor).

2.3.1 Seni Musik

Seni musik digunakan untuk upacara-upacara hiburan dan upacara-upacara adat lainya misalnya upacara dukacita (pusok ni uhur ) dan sukacita (malas ni uhur). Alat-alat musik pada masyarakat simalungun dapat dimainkan secara ensambel dan dapat pula dimainkan secara tunggal. Alat musik yang dimainkan secara ensambel adalah Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Sipitu-Pitu. Di dalam upacara-upacara religi, penggunaan Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Sipitu-pitu sangat penting diantaranya :


(39)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

1. Manombah yaitu suatu upacara untuk mendekatkan diri kepada sembahan

2. Maranggir yaitu upacara untuk membersihkan badan dari

perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan juga membersihkan diri dari gangguan roh-roh jahat.

3. Ondos Hosah yaitu upacara khusus yang dilakukan suatu desa atau keluarga

agar terhindar dari mara bahaya.

4. Rondang Bittang yaitu acara tahunan yang diadakan suatu desa karena

mendapatkan panen yang baik. Muda-mudi menggunakan kesempatan tersebut untuk mencari jodoh.

Dalam upacara adat, kedua ensambel tersebut digunakan dalam acara :

1. Mamongkot Rumah Bayu yaitu acara memasuki rumah baru agar mendapat

rejeki dan jauh dari marabahaya

2. Patuekkon yaitu acara untuk membuat nama seseorang yang biasanya dibawa

ke air untuk dimandikan.

3. Bagah-bagah ni Sahalak yaitu upacara acara yang dilaksanakan seseorang

karena ada sesuatu niat untuk membuat pesta. 4. Marhajabuan yaitu acara pemberkatan perkawinan

5. Mangiligi yaitu acara yang diadakan untuk menghormati seseorang yang

meninggal dunia yang sudah tua, yang sudah memiliki cucu. Dalam upacara sukacita ensambel gonrang digunakan dalam acara :

1. Mangalo-alo tamu, yaitu upacara untuk menyambut tamu dari luar daerah.


(40)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3. Pesta Malas Ni Uhur yaitu acara kegembiraaan yang diadakan suatu keluarga,

yang menari bersama-sama

Adapun alat-alat musik yang dimainkan secara tunggal diantaranya : Jatjaulul/Tengtung, Husapi, Hodong-hodong, Tulila, Ole-ole, Saligung, Sordam dsb. Alat-alat musik tersebut dimainkan untuk hiburan pribadi ketika lelah bekerja di ladang, maupun setelah pulang dari pekerjaan.

2.3.2 Seni Suara (Doding)

Masyarakat Simalungun menyebut nanyian dengan doding. Nyanyian dalam masyarakat Simalungun sangat banyak dan memiliki fungsi masing-masing. Selain itu masyarakat Simalungun memiliki tehnik bernyanyi yang disebut inggou. Adapun nyanyian tersebut diantaranya adalah :

1. Taur-taur yaitu nyanyian yang dilagukan oleh sepasang muda-mud secara

bergantian untuk mengungkapkan perasaan satu sama lainnya.

2. Ilah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh sekelompok pemuda dan

pemudi sambil menepuk tangan sambil membentuk lingkaran

3. Doding-doding yaitu nyanyian yang dinyanyikan oleh sekelmpok pemuda dan

pemudi atau orang tua untuk menyampaikan pujian ataupun sindiran. Nyanyian ini juga dapat dilagukan untuk mengungkapkan kesedihan dan kesepian.

4. Urdo-urdo atau Tihtah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang

ibu kepada anaknya atau seorang anak permpuan kepada adiknya. Urdo-urdo untuk menidurkan sementara Tihtah untuk bermain.


(41)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

5. Tangis-tangis yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan seorang gadis karena

putus asa ataupun karena berpisah dengan keluarga karena akan menikah. 6. Manalunda/Mangmang adalah mantera yang dinyanyikan oleh seorang datu

untuk menyembuhkan suaut penyakit ataupun menobatkan seorang raja pada waktu dulu.

2.3.3 Seni Tari (Tor-Tor)

Seni tari dalam masyarakat Simalungun banyak mengalami penurunan dari segi pertunjukan dimana pada saat ini sudah jarang dijumpai tor-tor yang sering di lakukan pada zaman dahulu. tor yang dapat bertahan sampai saat ini adalah

Tor-tor Sombah. Adapun Tor-torTor-tor yang sering dipertunjukkan pada zaman dahulu antara

lain:

1. Tor-Tor Huda-Huda atau Toping-toping yaitu tarian yang dilakukan untuk

menghibur orang yang meninggal sayur matua yaitu orang yang telah berusia lanjut. Tarian ini merupakan tarian yang meniru gerakan kuda dan sebagian pemainnya memakai topeng. Pada waktu dulu tarian ini digunakan untuk menghibur keluarga raja yang bersedih karena anaknya meninggal.

2. Tor-tor Turahan yaitu Tor-tor yang dilakukan untuk menarik kayu untuk

membangun istana atau rumah besar. Seorang mandor bergerak melompati batang kayu yang ditarik sambil mengibaskan daun-daun yang dipegang ke batang kayu dan ke badan orang yang menarik untuk memberi semangat.


(42)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3. Tor-Tor Sombah yaitu tarian yang ditarikan untuk menyambut Tondong11

Pada masyarakat Simalungun juga terdapat kesenian lain yang pada saat sekarang ini sudah sangat jarang dijumpai diantaranya adalah Seni Gorga yaitu seni ukir yang terdapat pada dinding-dinding rumah, Seni Pahat, yaitu seni membuat patung-patung dari batu ataupun dari kayu, Seni Tenun yaitu seni membuat kain dengan menggunakan benang-benang yang dibentuk dengan suatu keahlian, dan Seni Arsitektur yaitu seni untuk membangun rumah dengan arsitektur tradisional.

Seni banyak dari seni tersebut ditinggalkan masyarakat karena kurang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun meskipun begitu masih ada sebagian orang yang tetap mempertahankan pengetahuan tersebut seperti Seni Tenun karena kain yang dihasilkan dari buatan tangan jauh lebih bagus daripada buatan pabrik.

,

atau untuk menyambut tamu-tamu kehormatan yang datang berkunjung.

11

Pihak pemberi istri. Pada masyarakat Simalungun Tondong dianggap memiliki kedudukan yang tinggi. Atau dengan kata lain Tuhan yang dilihat


(43)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

BAB III

KAJIAN ORGANOLOGIS ARBAB SIMALUNGUN

3.1 Klasifikasi Arbab Simalungun

Dalam mengklasifikasikan arbab Simalungun, penulis mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Sachs dan Hornbostel (1914) yaitu :

“sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari : idiofon (alat itu sendiri sebagai sumber penggetar utama bunyi, aerofon (udara sebagai sumber penggetar utama bunyi), membranofon (kulit sebagai sumber penggetar utama bunyi), dan kordofon (senar sebagai sumber penggetar utama bunyi)”

Berdasarkan ketentuan diatas, maka arbab simalungun diklasifikasikan sebagai alat musik kordofon yang sumber suaranya berasal dari senar yang digetarkan. Sesuai dengan bentuknya, maka arbab merupakan alat musik lutes yang memiliki leher (neck), dan letak posisi dari dawainya sejajar dengan permukaan kotak resonatornya. Melihat bentuknya, arbab dikategorikan spike lutes karena badan atau leher arbab menembus kotak resonatornya. Secara spesifik instrumen arbab ini tergolong kedalam jenis fiddle atau bow lute, yaitu lute yang digesek. Arbab mempunyai dua senar atau dawai ganda yang terbuat dari benang. Benang yang dipergunakan adalah benang bola. Disebut benang bola sebab bentuk gulungan dari benang tersebut menyerupai bentuk bola sehingga untuk memudahkan penyebutan disebut benang bola. Benang ini biasa dipergunakan oleh tukang bangunan untuk


(44)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

pengukuran. Benang tersebut diukur tiga bagian sama panjang kemudian dipulos12

3 Chordophones

3.2 Composites Chordophone

sehingga menghasilkan benang kuat yang dijadikan sebagai senar arbab. Arbab dimainkan dengan menggunakan tangan atau yang disebut handle lute. Arbab ini dimainkan dengan cara digesek pada bagian senarnya dengan menggunakan

pangogos atau alat penggesek (bow). Berdasarkan karakteristiknya, arbab tergolong fretless, yaitu tidak terdapat batas pemisah pada papan jari. Penjelasan tersebut diatas

dapat dilihat melalui bagan 1 berikut ini : Bagan 1

3.2.1 Lutes

3.2.1.3 Handle Lutes

(Lute yang dipegang dengan tangan)

3.2.1.3.1 Spike Lutes

(Lehernya secara diametris menembus kotak resonatornya)

12


(45)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.2 Konstruksi Bagian-Bagian Arbab dan Pangogos (penggesek)

Gambar Bagian-Bagian Arbab

Gambar Pangogos


(46)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.3 Ukuran Bagian-Bagian Arbab

Secara terpisah, ukuran dan bagian-bagian arbab dapat dilihat pada gambar berikut dibawah ini :


(47)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4 Teknik Pembuatan Arbab Simalungun

Pembuatan Arbab Simalungun masih sangat sederhana. Semua pengerjaan arbab tersebut dari tahap penyediaan bahan sampai proses pembuatannya, dikerjakan dengan menggunakan tangan, tanpa dibantu mesin. Berikut ini akan diterangkan bahan-bahan maupun alat-alat beserta fungsinya masing-masing yang digunakan untuk membuat Arbab Simalungun.

3.4.1 Bahan Baku Yang Digunakan 3.4.1.1 Bambu (Bambusa sp)

Untuk membuat leher Arbab simalungun, diperlukan batang pohon bambu. Batang bambu yang diambil adalah batang bambu yang sudah dikeringkan dan tidak terlalu besar, dan relatif kuat. Kegunaan dari batang bambu tersebut sangat banyak yaitu untuk membuat badan (banuh) dan kepala (ulu) yang merupakan bagian yang tidak terpisah, pinggol-pinggol (untuk melaras) dan untuk membuat pangogos (penggesek). Bambu juga digunakan untuk membuat penahan senar

(panggal-panggal) yang berfungsi untuk menopang senar. Untuk badan (banuh) biasanya

batang bambu yang digunakan adalah bambu yang sering digunakan untuk memasak lemang atau disebut juga bambu lemang, yang memiliki diameter lingkaran 2 cm. Untuk bagian-bagian yang lain bambu yang digunakan dibentuk terlebih dahulu sesuai kegunaannya.


(48)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4.1.2 Tempurung Kelapa

Untuk membuat bagian resonator (boltok) Arbab Simalungun, dipergunakan tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang dipergunakan adalah tempurung kelapa yang sudah tua. Ukuran tempurung kelapa disesuaikan dengan kebutuhan, akan tetapi tempurung kelapa yang baik untuk dijadikan kotak resonator adalah tempurung kelapa yang besar. Tempurung kelapa tersebut tidak seluruhnya dibuat menjadi kotak resonator, akan tetapi diukur terlebih dahulu untuk mendapatkan kotak resonator yang sesuai. Untuk mendapatkan tempurung kelapa, dapat dipesan kepada penjual kelapa, agar dicarikan tempurung yang besar atau dapat juga langsung datang dan membelinya ke pasar tradisional. Atau apabila mempunyai pohon kelapa sendiri dapat memilih dan mengambil buah kelapa yang besar.

3.4.1.3 Kayu Olahan (broti)

Kayu broti tersebut digunakan untuk membuat nahei (kaki) dari Arbab Simalungun. Nahei berfungsi sebagai tumpuan arbab ketika dimainkan maupun ketika diletakkan. Untuk membuat nahei tersebut dapat dibuat dari jenis kayu broti yang ringan, sehingga tidak berat ketika dibawa kemana-mana.

3.4.1.4 Kulit Kambing

Kulit kambing yang telah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu, digunakan sebagai penutup boltok (kotak resonator). Kulit yang dipakai adalah kulit yang berkualitas baik dan juga kuat.


(49)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4.1.5 Rotan

Rotan sangat diperlukan dalam pembuatan arbab ini. Rotan berfungsi untuk mengikat kulit kambing ke kotak resonator. Rotan untuk mengikat kulit tersebut, dibagi menjadi dua bagian, yaitu rotan yang berfungsi untuk mengikat kulit dan rotan yang berfungsi sebagai penahan ikatan agar kulit kambing tidak lepas.

3.4.1.6 Serat Ariman (Sejenis Enau)

Serat ariman dipergunakan sebagai pangogos (penggesek). Serat ini merupakan serat yang sejenis dengan enau, yang termasuk kedalam tumbuhan jenis palem. Menurut informasi yang penulis dapatkan dari bapak Arisden, alasan pemilihan serat ariman adalah serat tersebut kuat dan tahan lama serta tidak mudah patah. Dalam penggunaanya, serat ariman tersebut diikatkan dengan bambu yang dibentuk sebagai penggesek. Selain itu serat ariman tersebut harus di olesi dengan kemenyan terlebih dahulu agar kesat ketika digesekkan ke senar arbab.

3.4.1.7 Benang Bola (Katun/Benang Tukang)

Disebut benang bola sebab bentuk gulungan benang ini menyerupai bola. Ada juga yang menyebutnya sebagai benang tukang karena tukang bangunan menggunakannya untuk mengukur ataupun memberikan tanda pada suatu bangunan yang akan dibangun. Untuk menjadikan benang ini menjadi senar arbab, maka benang harus terlebih dahulu diukur sama panjangnya sejumlah tiga helai. Kemudian

dipulos (dipilin) sedemikian rupa sehingga menghasilkan benang yang kuat dan


(50)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

adalah, benang ini kuat dan memiliki kekesatan yang baik. Benang ini juga digunakan untuk mengikat serat ariman ke gagang pangogos.

3.4.1.8 Kemenyan atau Minyak Tanah

Adapun kegunaan dari kemenyan tersebut adalah untuk membuat olesan menjadi kesat, sehingga ketika digesekkan ke senar arbab, arbab tersebut dapat berbunyi dengan baik, jika pangogos tidak diolesi kemenyan, maka senar tidak dapat berbunyi. Apabila dalam suatu waktu kesulitan untuk menemukan kemenyan, dapat juga dipergunakan minyak tanah, sebagai gantinya. Cara penggunaan minyak tanah tersebut sama seperti kemenyan yaitu dioleskan pada pangogos.

Adapun bahan baku yang digunakan untuk pembuatan Arbab Simalungun dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Bambu Tempurung Kelapa


(51)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Rotan Serat Ariman

Benang Bola Kemenyan

Gambar 3 : Bahan-Bahan Yang Digunakan

3.4.2 Peralatan Yang Dipergunakan 3.4.2.1 Parang Panjang

Parang yang dipakai adalah parang yang berukuran besar dan panjang, dan memiliki gagang yang terbuat dari kayu. Parang tersebut berfungsi untuk menebang dan membersihkan dahan bambu, mengambil dan membelah batok kelapa dan juga untuk memotong broti yang akan digunakan menjadi kaki arbab.

3.4.2.2 Gergaji

Gergaji yang digunakan adalah jenis gergaji potong. Gergaji ini gunanya adalah untuk memotong bambu agar sesuai dengan ukuran, memotong batok kelapa


(52)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

agar terbentuk resonator yang diinginkan, dan juga memotong broti yang digunakan untuk membuat nahei arbab, sesuai ukuran yang telah ditentukan.

3.4.2.3 Pisau Belati

Pisau yang digunakan adalah yang berujung runcing dan tajam. Pisau ini sangat banyak fungsinya, yaitu untuk membentuk pinggol-pinggol, membentuk

pangogos, mengikis dan membersihkan bambu ketika ditebang, mengikis serat-serat

yang terdapat pada batok kelapa, membuat lubang pada batang bambu sebagai tempat

pinggol-pinggol dan senar, membuat lubang pada kotak resonator, dan juga untuk

membentuk atau menghaluskan kaki. Pisau ini juga berfungsi untuk memotong dan mengikis rotan.

3.4.2.4 Gergaji Besi

Gergaji Besi berfungsi untuk pembentukan penahan senar (panggal-panggal) arbab, agar dapat berbunyi sesuai dengan yang diinginkan. Alasan pemilihan gergaji ini adalah untuk menghindari pecahnya bambu ketika dipotong, sehingga pemotongannya dilakukan dengan hati-hati.

3.4.2.5 Gunting Seng

Kegunaan daripada gunting ini adalah untuk memotong dan membentuk kulit kambing yang telah kering yang akan dijadikan sebagai penutup kotak resonator.


(53)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4.2.6 Kawat

Kawat digunakan ketika proses kulit akan di lekatkan pada kotak resonator. Kawat ini berfungsi untuk mengikat dan membentuk kulit yang masih basah yang dipasang pada kotak resonator, sampai kulit tersebut menjadi kering. Kawat ini hanya berfungsi sementara sebelum digantikan dengan menggunakan rotan.

3.4.2.7 Tang Penjepit

Tang Penjepit berfungsi untuk menjepit dan mengikat kawat ketika proses melekatkan kulit pada kotak resonator.

3.4.2.8 Tang Pemotong

Tang Pemotong berfungsi untuk memotong kawat ketika dilakukannya proses melekatkan kulit ke resonator.

3.4.2.9 Martil

Martil berfungsi untuk menancapkan paku ke kaki arbab. Paku ini berfungsi untuk mengikatkan senar arbab. Martil juga berfungsi untuk membuat lubang pada tepi kulit kambing untuk tempat rotan pengikat dengan cara melubanginya menggunakan paku.


(54)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4.2.10 Paku

Paku selain berfungsi untuk tempat mengikat senar arbab, berfungsi juga untuk melubangi tepi kulit kambing untuk tempat rotan pengikat. Paku yang digunakan berukuran 1,5 inchi. Paku juga digunakan untuk melubangi ujung

pangogos yang menjadi tempat untuk mengikatkan serat ariman.

3.4.2.11 Kertas Pasir (Amplas)

Kertas pasir berguna dalam proses penghalusan, mulai dari batang (banuh) arbab, pinggol-pinggol, penggesek (pangogos), resonator (boltok), dan kaki (nahei). Semua bagian-bagian tersebut di halusakan terlebih dahulu sebelum di bentuk menjadi arbab.

3.4.2.12 Batu Gosok (Batu Asah)

Batu ini diperlukan untuk menajamkan pisau maupun parang apabila dirasakan telah berkurang ketajamannya

3.4.2.13 Air

Air berperan penting untuk merendam dan membersihkan kulit kambing. Sebelum kulit kambing digunakan untuk menutup kotak resonator, kulit tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran dan bakteri penyebab busuk yang melekat pada kulit. Setelah itu kulit kemudian dijemur sampai kering untuk menghilangkan bau amis, dan membunuh bakteri yang tertinggal ketika dibersihkan. Sewaktu proeses pembentukan kulit untuk menutup kotak resonator dilakukan, kulit


(55)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

yang telah dibentuk tersebut kemudian direndam kembali kedalam air agar kulit kembali lentur dan mudah untuk dilekatkan pada kotak resonator.

Berikut ini gambar peralatan yang digunakan untuk membuat arbab Simalungun :

Parang Panjang Gergaji

Pisau Belati Gergaji Besi


(56)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Tang Penjepit Tang Pemotong

Martil Paku

Kertas Pasir Batu Asah

Air


(57)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

3.4.3 Proses Pembuatan

3.4.3.1 Memilih dan Menebang Bambu

Dalam proses awal pembuatan arbab, dipilih pohon bambu yang dianggap baik untuk dapat dijadikan arbab. Bambu yang diambil adalah bambu dari jenis bambu lemang. Batang bambu yang ditebang untuk membuat banuh, berukuran tidak terlalu kecil, dengan diameter 2 cm. Batang bambu harus lurus dan tidak terlalu muda sebab apabila terlalu muda batang bambu dapat menyusut sehingga arbab yang dihasilkannya dapat rusak. Sementara batang bambu yang digunakan untuk bagian arbab yang lain bambu yang digunakan berukuran 5 cm. Bambu harus dilihat keadaannya apakah mengalami pembusukan atau tidak. Setelah mendapatkan bambu yang sesuai, maka bambu ditebang dengan menggunakan parang panjang. Dalam proses mengerjakannya, dapat dilakukan seorang diri.

3.4.3.2 Memotong dan Mengikis

Bambu yang sudah ditebang, dibersihkan dari dahan-dahan dan dipotong-potong sesuai dengan ukuran dan bagian-bagian arbab. Proses pemotongan dapat menggunakan parang panjang maupun gergaji untuk mendapatkan hasil yang rapi. Setelah pemotongan selesai, maka batang bambu dikikis dan dihaluskan dengan pisau belati. Untuk bagian-bagian arbab selain banuh dapat dibuat dari satu batang bambu.

3.4.3.3 Membentuk Bagian-Bagian Arbab

Adapun bagian-bagian arbab yang berbahan baku dari bambu dibentuk terlebih dahulu, seperti pembuatan batang (banuh), pinggol-pinggol, pangogos, dan


(58)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

juga panggal-panggal (penahan senar). Dalam proses ini bapak Arisden Purba mengerjakannya sendiri.

3.4.3.3.1 Membuat Badan (Banuh)

Dalam pembuatan banuh atau batang arbab, terlebih dahulu bambu di potong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Setelah didapatkan ukuran yang sesuai, kemudian batang arbab mulai dibentuk (gambar 5). Pertama-tama batang ditandai pada satu sisi untuk mendapatkan posisi bagian mana yang akan dimasukkan kedalam kotak resonator (boltok) (gambar 6). Hal ini disebabkan karena arbab merupakan alat musik fiddle jenis spike lute yang badannya menembus kotak resonator dalam pembuatannya. Setelah itu dilakukan proses pengikisan bagian batang yang menembus kotak reonator (gambar 7), dan membentuk ujungnya menjadi sedikit runcing untuk menyesuaikan bentuk dengan nahei dan boltok (gambar 8). Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan melubangi bagian arbab yang akan dijadikan sebagai tempat untuk pinggol-pinggol (gambar 9) dan tempat senar arbab (gambar 10). Tahap akhir adalah menghaluskan ruas bambu, agar kelihatan rapi dan tidak membahayakan tangan ataupun jari si pemain arbab.


(59)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 5 : Memotong Bambu Gambar 6 : Menandai Banuh

Untuk Membuat Banuh Bagian Bawah Untuk

Resonator

Gambar 7 : Pengikisan Banuh Gambar 8 : Pembentukan Ujung

Bagian Bawah Banuh Bagian Bawah


(60)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 10 : Pembuatan Lubang Senar.

3.4.3.3.2 Membuat dan Membentuk Pinggol-Pinggol

Pinggol-pinggol merupakan tempat untuk melaras senar. Pembuatan pinggol-pinggol tidak terlalu sulit. Pertama-tama bambu yang telah ditebang diukur

panjangnya sesuai dengan pinggol-pinggol yang diinginkan (gambar 11). Adapun panjang pinggol-pinggol yang diperlukan adalah 11,5 cm dengan ketebalan 0,5 cm. Setelah diukur, bambu dibelah dua (gambar 12) dan dipotong sesuai ukuran (gambar 13). Pada ujung pinggol dibentuk bulat sesuai dengan lubang tempat

pinggol-pinggol yang terdapat pada batang arbab (gambar 14). Kemudian dilakukan

pembelahan sekitar 2 cm dari ujung pinggol-pinggol yang telah dibulati tersebut sebagai tempat untuk mengaitkan senar (gambar 15). Sebelum dihaluskan,

pinggol-pinggol terlebih dahulu dicocokkan pada lubang pinggol-pinggol-pinggol-pinggol apakah masih

terlalu besar atau sudah sesuai ukuran (gambar 16). Setelah selesai, pinggol-pinggol tersebut kemudian dihaluskan dengan kertas pasir (gambar 17). Untuk satu buah arbab, diperlukan dua buah pinggol-pinggol dengan ukuran dan bentuk yang sama.


(61)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 11 : Pengukuran Pinggol- Gambar 12 : Pembelahan Bambu

Pinggol

Gambar 13 : Pemotongan Bambu Gambar 14 : Pengikisan

Pinggol-Pinggol

Yang Telah Diukur

Gambar 15 : Pembelahan Pinggol Gambar 16 : Pinggol-Pinggol Yang Siap


(62)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 17 : Penghalusan Pinggol- Gambar 18 : Pinggol-Pinggol

Pinggol Dengan Kertas Pasir

3.4.3.3.3 Membuat Pangogos

Agar dapat berbunyi, arbab memerlukan penggesek untuk membunyikan senarnya yang disebut pangogos. Untuk membuat pangogos, bahan baku yang digunakan berasal dari bambu lemang. Untuk membuat gagang pangogos, bambu dipilih yang agak tebal, dengan panjang 27,5 cm (sekitar satu ruas), lalu ruas bambu yang telah diukur tersebut dipotong dengan gergaji (gambar 19). Setelah itu bambu dibelah dua (gambar 20 & 21) dan dibelah lagi menjadi lebih kecil seuai ukuran (gambar 22). Pada kedua ujung bambu yang memiliki ruas tersebut dibiarkan menggembung. Fungsinya adalah untuk mengikatkan serat ariman sebagai penggesek. Setelah dibelah menjadi lebih kecil, kemudian bambu dikikis (gambar 23). Setelah terbentuk kemudian ujung yang menggembung tersebut dilubangi dengan paku (gambar 24 & 25).

Setelah proses pembentukan gagang selesai, maka dilanjutkan dengan proses mengikat serat ujung ariman, dengan menggunakan benang bola. Ujung serat ariman yang telah diikat dengan benang (gambar 27), kemudian diikatkan pada lubang yang


(63)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

telah dibuat pada kedua ujung gagang tersebut (gambar 28 & 29). Adapun ukuran benang yang digunakan untuk mengikat pangkal pangogos lebih panjang daripada benang untuk mengikat ujung pangogos. Tujuannya adalah tempat untuk memegang

pangogos ketika dimainkan. Sebelum dipasang serat ariman, gagang tersebut terlebih

dahulu dihaluskan dengan kertas pasir agar serat dari bambu tersebut tidak menimbulkan cedera pada tangan baik ketika dipegang maupun ketika dimainkan (gambar 26).

Gambar 19 : Memotong Bambu Gambar 20 : Membelah Bambu

Gambar 21 : Bambu Yang Telah Gambar 22: Membelah Bambu Menjadi


(64)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 23 : Mengikis Bambu Gambar 24: Melubangi Ujung Pangogos

Dengan Paku

Gambar 25 : Ujung Pangogos Gambar 26 : Penghalusan Gagang

Yang Telah Dilubangi Dengan Kertas Pasir

Gambar 27 : Mengikat Ujung Gambar 28 : Memasukkan Benang Ke


(1)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

dimainkan dengan cara digesek lambat (lampei) dan untuk teknik menggesek yang cepat (podas)

5.2 Kesimpulan

Alat musik arbab Simalungun merupakan alat musik yang keberadaanya hampir punah sehingga perlu untuk dilestarikan. Penggunaannya yang masih digunakan sampai sekarang untuk pemanggilan roh, membuat alat musik arbab ditinggalkan oleh orang. Hal tersebut kurang sesuai dengan perkembangan zaman pada saat ini dimana orang-orang pada umumnya sudah memeluk agama dimana agama melarang segala bentuk penyembahan terhadap roh-roh. Namun apabila dimainkan secara tunggal, arbab dapat memainkan lagu-lagu simalungun. Hal tersebut perlu dikembangkan agar minat generasi muda terhadap musik tradisional dapat tumbuh dan dapat mencintai tradisinya tersebut.

Dalam hal proses pembuatan, alat musik ini masih dikerjakan dengan sangat sederhana sehingga memungkinkan untuk dipelajari dan dikembangkan cara-cara untuk membuat arbab simalungun. Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat satu buah arbab juga mudah untuk didapatkan yaitu bambu, tempurung kelapa, kayu olahan (broti besar) dan juga rotan. Dalam proses pembuatannya dapat dikembangkan dengan membuat suatu inovasi agar suara yang dihasilkan arbab dapat lebih keras. Dan bentuk arbab dapat lebih menarik lagi.

Dalam proses belajar murid yang akan belajar dapat mempelajari lagu-lagu yang diajarkan dengan memanfaatkan teknologi yang ada pada saat ini yaitu merekam yang diajarkan dalam bentuk audio maupun visual. Posisi arbab ketika


(2)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

dimainkan adalah di sebelah kiri tubuh pemain dengan posisi badan tegak lurus dan arbab mengarah ketubuh pemain. Posisi jari tangan kanan ketika memainkan arbab adalah memegang penggesek dan jari tangan kiri menekan senar yang ada pada badan arbab.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan bahwa di Simalungun dapat dikatakan orang yang dapat memainkan dalam konteks ritual dan membuat arbab Simalungun tinggal bapak Arisden Purba. Dan juga berdasarkan penelitian yang penulis amati dari proses pembuatan arbab yang dilakukan oleh bapak Arisden Purba, bahwa meskipun dikerjakan dengan sangat sederhana, namun hasilnya sangat rapi dan bagus dan kualitas suaranya juga baik.


(3)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

DAFTAR INFORMAN

1. NAMA : ARISDEN PURBA

UMUR : 56 Tahun

PEKERJAAN : Petani

ALAMAT : Jl. Besar Maniksaribu, Simp. Tower Nagori Sait Buttu Saribu

2. NAMA : S.A. LINGGA

UMUR : 67 Tahun

PEKERJAAN : Kepala Museum Simalungun Pematang Siantar ALAMAT : Jl. Sutra No.2 Kel. Bane Siantar Utara

3. NAMA : GUNTUR SITOHANG

UMUR : 73

PEKERJAAN : PNS Kab. Samosir dan Pemusik Tradisional Batak Toba ALAMAT : Desa Turpuk Limbong Kec. Harian Boho Kab. Samosir

4. NAMA : JASA TARIGAN

UMUR : 45

PEKERJAAN : Pemusik Tradisional Karo ALAMAT : JL. Royal Sumatera Medan.


(4)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Payung

1993 “Kebudayaan Batak” dalam Manusia dan

Kebudayaan Indonesia (Koentjaraningrat : ed).

Jakarta : Penerbit Jembatan (hal. 94-117)

Harahap, Irwansyah

2004 Alat Musik Dawai, Jakarta : Pendidikan Seni

Nusantara

Koentjaraningrat

1986 Pengantar Ilmu Antropologi

Jakarta : Aksara Baru

Hood, Mantle

1981 The Ethnomusicologist

Ohio : The Kent State, University Press.

Merriam, Alan P.

1964 The Antropology of Music

North Western, University Press.

Hornbostel, Erich M. Von and Curt Sach

1961 Clasification of Musical Instrument, Translate

from the Original Jerman

By Antoni Baines and Klaus P. Wachsmann.


(5)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

1992 Kamus Musik

Jakarta : Gramedia

Depdikbud

2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia

Balai Pustaka : Jakarta

Lempp, Walter

1976 Benih Yang Tumbuh, Gereja-Gereja di Sumatera Utara : Jakarta

Saragih, Taralamsyah

1974 “Seni Musik, Suara dan Tarian Simalungun”,

Inti Sari Seminar Simalungun se-Indonesia

(Pertama). Pematangsiantar: Yayasan Museum Simalungun, hal. 213-254

Purba, M.D.

1978 Museum Simalungun, penerbit M.D Purba,

Medan

Saragih, Dr. Sortaman

2008 Orang Simalungun penerbit C.V Citama

Vigorama : Depok

Christy, Decy

2007 Kajian Organologis Rebab Sunda Buatan

Bapak Hikmat Kurnia Di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan Skripsi


(6)

Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.

Purba Pak-pak Hebert Lasrohadin

2007 Analisis Musikal Dan Tekstual Pada Lagu-Lagu Rohani Simalungun di GKPS : Dengan Perhatian Khusus Pada Lagu Ciptaan Komponis Simalungun St.

A.K Saragih Skripsi Sarjana Departemen

Etnomusikologi, Medan

Purba D. Kenan

1995 Sejarah Simalungun,

Bina Budaya Simalungun Jakarta

Damanik, Jahutasr

1974 Jalannya Hukum Adat Simalungun,


Dokumen yang terkait

Kajian Organologis Tulila Simalungun Buatan Bapak J Badu Purba Siboro di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun

14 149 106

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

0 52 100

Kajian Organologis Garantung Simalungun Buatan Bapak Rossul Damanik Di Desa Sari Matondang 1 Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun

2 73 104

Teknik Permainan Dan Struktur Musik Husapi Simalungun Pada Lagu Parenjak-Enjak Ni Huda Sitajur Yang Disajikan Oleh Arisden Purba Di Huta Manik Saribu Sait Buttu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun

0 10 102

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

1 20 100

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

0 1 12

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

0 0 1

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

0 0 23

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

0 0 19

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

0 1 2