24
Simalungun dulunya juga turut membantu perkembangan yang terjadi di dalam masyarakatnya.
2.2.2 Bahasa
System kemasyarakatan dalam suatu daerah tentu didasari oleh bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat di dalamnya. Hal ini dapat dilihat
bagaimana system komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dalam melakukan akivitasnya. Begitu juga yang dijelaskan oleh Arisden Purba terkait
lokasi penelitian penulis bahwa keragaman suku yang berada di daerah tersebut menggunakan bahasa Simalungun untuk komunikasi sehari-harinya. Hal tersebut
juga yang menyebabkan ada asumsi untuk setiap orang yang tinggal di daerah tersebut sudah dianggap sebagai suku Simaalungun.
Di desa Nagori Sait Buttu Saribu itu sendiri dengan keberagaman suku tetap menggunakan system tradisi Simalungun seperti aktivitas kebudayaan yang
dilaksanakan di daerah tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Huta Manik Saribu menggunakan bahasa Simalungun, tetapi tidak menutup
kemungkinan mereka menggunakan bahasa di luar masyarakat Simalungun. Selama proses penelitian penulis di rumahnya, penulis kurang fasih
menggunakan bahasa setempat dan terkadang penulis menggunakan bahasa batak,Toba dan hal itu membantu karena beliau juga bisa menggunakan bahasa
batak Toba juga. Ada dua asumsi yang menyebabkan hal ini terjadi yang dapat dilihat dari eksternal dan internal. Dengan didukung oleh teori Shin Nakagawa
yang menyatakan bahwa adanya pengaruh terhadap suatu kebudayaan yang
Universitas Sumatera Utara
25
didasari oleh factor yang datang dari dalam dan juga dari luar. Pengaruh yang datang dari dalam maksudnya adalah pengaruh yang disebabkan oleh masyarakat
yang di dalam itu sendiri, di mana yang menjadi objek yang mempengaruhi adalah manusia yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Sebagai contoh bahwa
tidak semua masyarakat Simalungun yang ada di dalamnya menikah dengan orang Simalungun juga, pasti ada kemungkinan menikah dengan orang di luar
Simalungun, apalagi mengingat beragamnya suku di dalamnya. Untuk itu tidak menutup kemungkinan masyarakat asli di daerah tersebut mengetahui bahasa di
luar bahasa tradisinya. Sedangkan pengaruh dari luar maksudnya bahwa dengan melihat letak geografis daerah tersebut yang dikelilingi oleh daerah suku batak
Toba, sehingga kemungkinan besar masyarakat Simalungun di derah tersebut mengerti akan bahasa btak Toba tersebut. Hal ini sering juga disebut dengan
kebudayaan yang “bertetangga”, di mana ada suatu kebudayaan yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yang berdekatan.
Di samping itu, suku Simalungun memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa suku-suku lainnya, walaupun menurut pendapat orang bahwa bahasa
Simalungun ini seperti bahasa batak Toba juga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh P. Voorhoeve selaku pejabat pemerintah di Simalungun sejak tahun 1937
mengungkapkan bahwa bahasa Simalungun merupakan bahasa austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta dan banyak mempengaruhi bahasa-bahasa
di nusantara. Beliau menyebutkan relasi bahasa Simalungun dengan bahasa Sansekerta melalui kata-kata yang diungkapkan dalam bahasa sehari-harinya.
Dari hasil penelitin tersebut juga beliau menyimpulkan bahasa Simalungun
Universitas Sumatera Utara
26
merupakan bahasa yang lebih tua umurnya dibandingkan dengan bahasa batak lainnya.
Dalam bahasa Simalungun dikenal ragam jenis pemakaian bahasa menurut penggunaannya,
1. Bahasa Tingkatan
Bahasa tingkatan adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi kepada orang lain, di mana dalam hal ini bahasa yang digunakan memiliki
posisi sendiri untuk disampaikan kepada orang lain. Orang yang dimaksud dalam komunikasi ini dilihat dari bentuk strata yang digunakan
dalam sistem tradisi masyarakat Simalungun. Bahasa tingkatan dalam masyarakat Simalungun yaitu:
Bahasa Simalungun yang digunakan khusus untuk raja maupun
keluarga kerajaan seperti paramba hamba, dongan baginda, modom mangkat, dll.
Bahasa Simalungun yang digunakan dengan melihat tingkatan usia,
dimana dalam hal ini bahasa yang digunakan juga melihat bagaimana menggunakan bahasa komunikasi dengan posisi usia,
bahasa yang digunakan dengan usianya lebih muda, usianya lebih tua, usianya sebaya, dan bahkan juga melihat tingkatannya dalam
partuturan hubungan kekerabatan. Misalnya kata yang digunakan untuk penyebutan tunggal ataupun jamak seperti kata ho
dipakai untuk orang yang lebih muda usianya, kata ham digunakan untuk orang yang lebih tua usianya. Sedangkan untuk partuturan
Universitas Sumatera Utara
27
digunakan kata hanima untuk sebutan sekumpulan orng dalam posisi yang rendah derajatnya dan kata nasiam ditujukan kepada
sekolompok orang yang lebih tua. 2.
Bahasa Simbol Bahasa simbol merupakan bahasa yang digunakan sebagai media untuk
mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan medium ataupun benda- benda dengan tujuan untuk menyampaika maksud-maksud tertentu.
Bahasa yang digunakan dalam hal ini bukan semata-mata dengan menggunakan olahan kata yang diucap dari mulut secara langsung,
melainkan menunjukkan suatu pergerakan, mimik, dan bahkan suatu benda yang pada umumnya masyarakat tersebut sudah mengerti arti dan
maksudnya. Misalnya dalam permainan onja-onja di mana seorang pemuda memakai benang merah untuk menyatakan maksud bahwa sampai
mati akan teap berjuang untuk mendapatkan cinta gadis idamannya. 3.
Bahasa Simalungun Ratap Tangis Bahasa Simalungun ratap tangis merupakan bahasa yang digunakan untuk
mengungkapkan perasaan sedih dalam bentuk sebuah ratapan tangis dan pada umumnya bahasa ini sering dipakai ketika ada yang meninggal dunia
sesuai dengan hubungan kekerabatannya. Bahasa ini sering juga disebut sebagai guruni hata karena bahasa yang digunakan untuk mengucapkan
sesuatu yang dianggap lebih halus. Misalnya, inang na umbalos artinya bibi, si humoyon artinya perut, simanuhot artinya mata, dan lain-lain.
4. Bahasa Simalungun Kasar
Universitas Sumatera Utara
28
Bahasa Simalungun kasar ini sebenarnya merupakan suatu bentuk penyampaian bahasa yang berbeda dengan penggunaan bahasa yang
lainnya. Bahasa ini sering juga disebut sebagai sait ni hata yaitu karena bahasa ini digunakan ketika seseorang sedang marah ataupun sedang
menghina seseorang, dan pada umumnya bahasa ini digunakan karena sedang tersinggung oleh sesuatu. Misalnya kata panjamah tangan
bahasa kassarnya tipput, mulut babah bahasa kasarnya tursik, dan masih banyak lagi.
5. Bahasa datu
Bahasa datu adalah bahasa yang digunakan oleh dukun dengan menggunakan bahasa tabas-tabas yang merupakan campuran dari
berbagai bahasa dengan maksud-maksud tertentu seperti untuk mengobati orang, mencelakai orang, dan untuk persyaratan ritual tertentu. Bahasa
yang digunakan oleh datu ini bukan secara umum diketahui oleh masyarakat Simalungun karena hanya sebagian orang yang terpilih untuk
menjadi seorang datu. Dengan demikian perbedaan penyampaian suatu bahasa akan memberikan makna
yang berbeda dan disesuaikan kondisi, waktu, dan tempat tertentu. Adanya bahasa yang berbeda dalam suatu komunitas seperti di desa huta Manik Saribu
bukan menjadi suatu asumsi bahwa bahasa Simalungun hanya dibedakan dengan dialeknya saja dengan bahasa batak Toba. Masyarakat Simalungun sendiri
memiliki kebudayaan, adat istiadat , dan bahasa sendiri untuk melaksanakan segala aktivitasnya.
Universitas Sumatera Utara
29
2.3 Kesenian