36
kepada tamu yang datang dari luar daerah sehingga menunjukkan suatu bentuk silahturahmi.
2.3.2 Seni Tari Tor-tor
Seni tari tor-tor dalam masyarakat Simalungun merupakan suatu bentuk identitas khas yang menunjukkan cirri Simalungun. Hal ini dapat dilihat dari
pergerakan-pergerakan yang dilakukan saat melakukan tor-tor yang berbeda dengan tari yang yang dilakukan oleh kebudayan lain. Tor-tor pada umumnya
digunakan dalam upacara-upacara adat maupun ritual dengan diiringi oleh music untuk melengkapinya. Adapun tor-tor Simalungun yang sering dipertunjukkan
antara lain: 1
Tor-tor Huda-huda Toping-toping, yaitu tarian yang dilakukan untuk menghibur keluarga maupun orang yang melayat di mana orang yang
meninggal tersebut sudah sayurmatua atau sudah berusia uzur lanjut usia. Tarian ini dulunya digunakan untuk menghibur keluarga raja karena
anaknya meninggal agar tidak larut dalam kesedihan. Dan sekarang juga tarian ini sudah digunakan dalam konteks pertunjukan seperti yang
diadakan dalam pestaa Rondang Bittang. Tarian ini menggunakan media topeng dengan sepasang pemain toping-toping dan satu orang pemain
huda-huda yang menirukan gerakan kuda. 2
Tor-tor Turahan, yaitu tor-tor yang dilakukan untuk menarik batang pohon ataupun kayu yang ada di hutan yang digunakan untuk membangun
istana kerajaaan. Salah seorang dari penari tersebut akan mengambil dedaunan dengan rantingnya dan kemudian mengibaskannya ke batang
Universitas Sumatera Utara
37
kayu dan ke badan orang-orang yang menariknya untuk memberi semangat. Kegiatan ini dilakukan sambil menari agar para pekerja
tersebut tidak mudah lelah dan akan lebih semangat lagi. 3
Tor-tor Sombah, yaitu tor-tor yang digunakan untuk menyambut tanu tondong yang datang dalam sebuah acara maupun upacara. Tor-tor ini
dilakukan sebagai tanda penghormatan terhadap keluarga maupun tamu yang datang.
2.3.3 Seni Suara doding
Seni suara atau masyarakat Simalungun sebutkan dengan doding merupakan seni vokal yang melantunkan rasa Simalungun. Rasa dalam hal ini
maksud penulis merupakan sebuah teknik yang dapat menghasilkan suara khas Simalungun yang disebut dengan inggou lihat Bab I hal.4. Hal ini juga dapat
disebut sebagai identitas musikal Simalungun yang membedakannya dengan gaya tradisi kebudayaan daerah lainnya.
Seni suara doding dalam masyarakat Simalungun memiliki jenis yang berbeda dengan peran yang berbeda pula yang disesuaikan berdasarkan
penggunaanya. Adapun jenis doding tersebut antara lain: 1
Taur-taur, yaitu nyanyian yang dinyanyikan oleh sepasang muda-mudi untuk mengungkapkann perasaan mereka satu sama lain. Dalam
melakukan taur-taur, sepasang muda-mudi tersebut akan melakukan dialog musikal yang membicarakan tentang perasaan mereka asmara dan
mereka melakukannya secara bergantian.
Universitas Sumatera Utara
38
2 Ilah, yaitu nyanyian yang dinyanyikan oleh sekelompok pemuda-pemudi
untuk menunjukkan suatu bentuk keakraban dalam komunitas tersebut. Nyanyian ini dilakukan dengan bertepuk tangan bersama dalam posisi
membentuk lingkaran. 3
Doding-doding, yaitu nyanyian yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang untuk menyampaikan sesuatu baik itu dalam bentuk
pujian, sindiran, dan bahkan dalam bentuk cerita. Nyanyian ini dinyanyikan untuk mengungkapkan sesuatu baik itu perasaan sedih, sepi,
dan juga untuk menyampaikan pesan. Terkait tulisan ini yang membahas tentang sebuah lagu yang sifatnya bercerita dengan judul parenjak-enjak ni
huda sitajur akan menambah pemahaman tentang doding tersebut. 4
Urdo-urdo, yaitu nyanyian yang digunakan untuk menidurkan seorang anak. Hal ini biasanya dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya
maupun seorang anak perempuan kepada adiknya. Urdp-urdo ini merupakan suatu bentuk kebiasaan yang dilkukan oleh masyarakat
Simalungun untuk menidurkan anaknya karena hal itu diyakini akan membuat si anak dapat tidur lebih nyenyak dan bahkan membantu si anak
untuk lebih merespon kepada orang tuanya. 5
Tihtah, yaitu nyanyian yang digunakan untuk mengajak seorang anak untuk bermain. Tihtah hampis sama dengan urdo-urdo, bedanya urdo-
urdo untuk menidurkan anak sementara tihtah untuk bermain. 6
Tangis-tangis, yaitu nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang istri karena suaminya telah meninggal. Nyanyian ini digunakan untuk meratapi
Universitas Sumatera Utara
39
kesedihannya atas meninggalnya suaminya. Tangis-tangis ini juga digunakan oleh seorang gadis yang akan menikah yang ditujukan kepada
keluarga yang akan ditinggalkannya untuk mengungkapkan kesedihannya. 7
Manalunda Mangmang, yaitu mantra yang dinyanyikan oleh seorang datu dalam melakukan ritual tertentu seperti dalam menembuhkan suatu
penyakit. Manalunda mangmang ini dulunya digunakan untuk menobatkan seorang raja agar diberi berkat dalam menjalani tahtanya
sebagai seorang raja. Di luar dari ketiga bentuk kesenian yang diungkapkan oleh Taralamsyah Saragih,
masih ada bentuk kesenian lain Simalungun yang sampai saat ini masih dapat dilihat. Berdasarkan pengalaman penulis dalam pesta rondang bittang
15
1 Dihar, yaitu seni bela diri yang dipelajari untuk melindungi dirinya dari
ancaman orang lain. di Saribu
Dolok, masih ada kesenian-kesenian Simalungun yang perlu dilestarikan seperti
2 Gorga, yaitu seni ukir yang terdapat di dinding-dinding rumah dengan
motif-moif khas Simalungun. Dan untuk menambahi estetikanya rumah tersebut juga dihiasi dengan seni patung yang terbuat dari batu maupun
kayu. 3
Hiou, yaitu seni tenun yang dibentuk dari benang-benang untuk membuat sebuah selendang dengan motif-motif khas Simalungun. Seni dilakukan
15
Dalam pesta rondang bittang menampilkan segala bentuk kegiatan aktivitas budaya terlebih dalam bidang kesenian. Acara ini diselenggrakan oleh pihak instansi-instansi daerah Kabupaten
Simalungun yang dilakukan setiap tahunnya dengan didukung oleh msyarakat Simalungun secara keseluruhan yang terdiri dari 32 kecamatan. Dalam pesta rondng bittang tersebut setiap
kecamatannya menampilkan setiap kesenian Simalungun yang ada untuk dipertandingkan dengan kecamatan yang lainnya. Dalam kegiatan inilah dapat dilihat kekayan kebudayaaan
Simalungun terutama dalam bidang kesenian.
Universitas Sumatera Utara
40
dengan tradisional ataupun buatan tangan dan bukan buatan pabrik. Seni ini massih dipertahankan hingga saat ini melihat mutu buatan tangan
tersebut lebih bagus daripada buatan pabrik. Bentuk-bentuk kesenian Simalungun tersebut merupakan kekayaan budaya yang
harus dilestarikan. Melihat eksistensi sebuah tradisi yang sudah melemah dalam ruang lingkup perkembangan zaman sekarang ini membuat keberadaanya susah
dijangkau bahkan oleh masyarakatnya sendiri. Melihat bahan pembahasan tulisan ini tradisi parenjak-enjak ni huda sitajur yang membahas tentang suatu bentuk
kesenian yang sudah hampir tidak terlihat keberadaannya. Kesenian tradisi seperti ini baik di luar kebudayaan Simalungun akan segera hilang apabila tidak
didukung oleh masyarakatnya sendiri. Mengingat kesenian tradisional sekarang ini banyak ditinggalkan oleh masyarakatnya karena kurang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat Simalungun memiliki alat musik yang bentuk penyajiannya dimainkan secara ansambel dan dimainkan secara tunggal solo instrument. Alat
musik yang bentuk penyajiannya dimainkan secara ansambel yaitu gonrang sidua-dua
1
dan gonrang sipitu-pitu
2
. Gonrang sidua-dua dapat diiringi dengan alat musik sarunei bolon, sarunei buluh, tulila, sulim, ogung, mongmong, dan
sitalasayak. Sedangkan gonrang sipitu-pitu dapat diiringi dengan alat musik sarunei bolon, ogung baggal, mongmong etek, dan sitalasayak. Ansambel ini
dimainkan dalam upacara adat Simalungun, baik upacara suka cita malas ni uhur maupun upacara duka cita pusok ni uhur
3
1
Gonrang sidua-dua terdiri dari dua buah gendang, masing-masing gendang mempunyai dua buah kulit membran yaitu pada bagian atas dan pada bagian bawah gendang. Cara
memainkan gonrang ini dipalu dengan alat pemukul atau stik dan terkadang dipukul dengan telapak tangan kanan dan tangan kiri.
2
Gonrang sipitu-pitu adalah seperangkat tujuh buah gendang yang dimainkan dengan dipalu dengan alat pemukul atau stik
3
Upacara adat pada suku Simalungun dibagi atas dua bagian yaitu upacara adat di kala suka yang disebut malas ni uhur seperti kelahiran, perkawinan, dan memasuki rumah baru, dan
upacara di kala duka yang disebut mandingguri seperti kematian lanjut usia tidak semua acara kematian diiringi musik tradisional, hanya bila yang meninggal tersebut sudah lanjut usia sayur
matua. Dalam menggunakan gonrang sipitu-pitu dan gonrang sidua-dua tidak ada unsur kekhususan tertentu, dan semua masyarakat Simalungun berhak menggunakan gonrang sipitu-
pitu dan gonrang sidua-dua baik pada upacara kematian maupun pada upacara malas ni uhur. Akan tetapi bila menggunakan gonrang sipitu-pitu pada acara umum bukan kematian hanya
menyertakan enam buah gonrang, sedangkan pada upacara kematian menggunakan tujuh buah gendang. Hal ini berdasarkan kepercayaan animisme suku Simalungun.
. Sedangkan alat musik yang dimainkan secara tunggal solo instrument antara lain sordam, saligung, sulim,
tulila, sarune, garattung, arbab, dan husapi. Alat musik tunggal ini pada
Universitas Sumatera Utara