Pengaruh Pacaran di kalangan remaja dan kaitannya dengan fenomena

21 ketenangan adalah lebih pentig dibanding sosok orang tua. Tanpa adanya fungsi kontrol dari peran orang tua menjadikan pengaruh dari teman sepermainan maupun pacarnya yang kurang baik akan dengan mudah untuk diterima tanpa harus ada yang melarang dimana ini menjadi fungsi dari orang tua. Ketika hal memilih teman juga menjadi hal yang sangat menarik jika dilihat kaitannya dengan fenomena hamil diluar nikah. Adanya kecenderungan bahwa teman sebagai tempat curhat dan bercerita tentang pengalawan antara teman yang satu dengan yang lainnya. Tidak jarang seorang teman mempengaruhi temannya yang lain untuk melakukan hal yang diperbuatnya dengan pacarnya dimana dalam hal ini hubungan sex pra nikah. Sedikit banyaknya teman tempatnya bercerita akan terpengaruh dan dan timbul keinginan untuk juga mencobanya. Di pahami dan disadari atau tidak, namun kondisi ini memang ada menurut beberapa literatur dan hasil penelitian yang banyak dilakukan bahwa pengaruh dari teman dan ceritanya sangat mempengaruhi perilaku sex pra nikah yang dilakukan para remaja Khadijah. Dkk, 2012.

2.3 Pengaruh Pacaran di kalangan remaja dan kaitannya dengan fenomena

hamil diluar nikah. Berpacaran bukanlah budaya baru di indonesia, keberadaan hubungan ini diakui atau tidak sangat membantu dalam menentukan pasangan hidup dalam membangun hubungan rumah tangga. Namun dalam beberapa penelitian ditemukan fakta bahwa ternyata ikatan pacaran ini menjadi salah satu sebab meningkatnya fenomena kehamilan diluar nikah. Usia remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju kaerah dewasa. Dengan peralihan ini, akan ada Universitas Sumatera Utara 22 perubahan baik secara fisik, mental dan hormon pada remaja. Perubahan inilah yang mendorong para remaja untuk melakukan hal yang sering mereka lihat di media elektronik maupun media cetak yaitu salah satunya adalah kebiasaan berpacaran. Hal ini disebabkan karena kebanyakan para orang tua menganggap pembicaraan tentang hubungan seks sangatalah tabu untuk diperbincangkan. Hal ini menyebabkan para remaja mencari jawaban dari keingintahuan mereka di media informasi dan cenderung langsung memperagakannya, mulai dari berpacaran, seperti apa berpacaran, dan apa saja yang dilakukan ketika berpacaran Martia. Dkk,2012. Riana 2012 menjelaskan dalam penelitiannya tentang pemahaman pacaran sehat bagi kalangan remaja yang dilakukan di SMA Teuku Umar di Semarang melihat dari 52 orang responden yang umur mereka di klasifikasikan antara lain remaja usia 16 tahun sebanyak 19 orang 36,5, usia 17 tahun sebanyak 26 orang 50,0, dan usia 18 tahun sebanyak 7 orang 13,5. Dari tingkat pengetahuan tentang pacaran sehat ini, ada 12 orang responden 23,1 memiliki pemahaman yang kurang, ada 17 orang 32,7 memiliki pemahaman yang cukup dan untuk yang memiliki pemahaman yang baik berjumlah 23 orang 44,2. Data ini memperlihatkan sebenarnya bahwa remaja di tempat tersebut memiliki pemahaman yang cukup tentang pemahaman yang baik. Namun hal ini sedikit berbeda dengan penelitian kecil yang di lakukan Riana sebelum penelitian ini di lakukan. Dari hasil sampel 15 siswa dan siswi didapatkan hasil 5 orang 33,3 pernah melakukan cium bibir, 4 orang 26,67 melakukan cium leher, 3 orang 20 pernah melakukan petting atau bercumbu sampai menempelkan alat Universitas Sumatera Utara 23 kelamin dan hampir menjurus ke senggama, 2 orang 13,3 hanya berpegangan tangan, dan hanya 1 orang 6,67 siswa yang mengakui pernah melakukan senggama, mereka melakukan perilaku tersebut paling banyak di rumah ketika sedang sepi. Hal ini mereka lakukan atas dasar suka sama suka Riana. Dkk,2012. Adanya pemahaman bahwa hubungan pacaran ini adalah hubungan yang saling melengkapi, menjadikan benyak remaja yang menjadi salah persepsi dengan konsep pacaran yang mereka jalani. Tidak jarang remaja yang tidak memiliki pacar akan di ejek oleh teman-temannya karena dianggap tidak mampu mencari pasangan. Namun tidak cukup sampai disitu, setelah memiliki pacar pun akan ada pertanyaan lanjutan dimana akan ada yang bertanya “sudah sejauh apa hubungannya?” “sudah di cium belum?” sudah ini, sudah itu, dan banyak lagi daftar pertanyaan yang tidak akan selesai dari sebuah hubungan pacaran. Ini akan menjadi sebuah dorongan yang mengarahkan remaja melakukan hubungan yang dipertanyakan dan dianggap biasa dalam pacaran tanpa terkecuali hubungan sex pra nikah Riana. Dkk, 2012. Jumlah pacar yang dimiliki remaja juga dapat berpengaruh dalam meningkatnya kasus hamil diluar nikah. Semakin banyak pacar yang dimiliki remaja , akan semakin banyak kecenderungan remaja mencoba-coba gaya dan cara berpacaran yang berbeda dimasing-masing pacarnya. Setelah pacar pertama hanya sebatas ngobrol, pacar selanjutnya mulai berpegangan tangan, dan begitulah seterusnya hingga berhenti pada hubungan seks pranikah yang menjadikan petualangan remaja dalam pacaran terhenti. Namun tidak hanya Universitas Sumatera Utara 24 jumlah pacar yang memberikan pengaruhnya, lamanya waktu berpacaran juga dapat memberikan kemungkinan remaja melakukan hubungan seks pranikah Dieng, 2007 Pacaran memiliki problema tersendiri jika dikaitkan dengan semakin berkembangnya organ seksual pada remaja yang mengakibatkan adanya dorongan-dorongan untuk melakukan hubungan seksual. Seksual dan pacaran merupakan fenomena yang banyak ditemukan pada kalangan remaja saat ini. Hal ini dapat dilihat dari berubahnya orientasi berpacaran yang hanya sebagai jalan untuk mendapatkan kepuasan seks. Khafri 2013 dalam penelitiannya melihat bahwa adanya keterkaitan tentang pemahaman harga diri dalam berpacaran dengan perilaku seks pranikah dimana dia melihat bahwa semakin tinggi keinginan seorang remaja dalam mempertahankan harga dirinya dalam berpacaran, maka akan semakin kecil kemungkinaan hubungan seks pranikah dapat terjadi Khafri Hidayat, 2013.

2.4. Pandangan dan Pemahaman Remaja Tentang Hubungan Seks Pranikah