Latar Belakang Masalah TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan proses dimana emosi dan rasa ingin tahunya masih sangat tinggi. Adanya keinginan untuk mencoba hal-hal baru baik itu secara pergaulan atau hubungan seks yang dapat memberikan sesuatu yang baru bagi remaja. Secara emosi remaja sangat menghindari yang di namakan seks bebas, namun secara naluri dan rasa ingin tahu yang besar, remaja cenderung banyak melakukannya. Adanya tekanan dari pacar atau pasangan untuk melakukan hubungan seks juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seks di luar nikah yang menyebabkan kehamilan dikalangan remaja tanpa adanya proses pernikahan. Kesalahan dalam menentukan arah pergaulan juga dapat menjadi salah satu sebab mudahnya remaja mudah terpengaruh pada pergaulan yang salah. Peran lingkungan baik itu keluarga, lingkungan tempat tinggal, maupun teman bermain sangat menentukan karakter remaja dalam bergaul. Lingkungan yang baik dan sesuai dengan remaja akan menjadikan remaja tersebut lebih selektif terhadap hal- hal baru yang dilihatnya. Khadijah. Dkk, 2012:121-125. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ- organ tubuh termasuk organ reproduksi. Sedangkan secara psikologis perk`embangan ini nampak pada kematangan pribadi dan kemandirian. Ciri khas Universitas Sumatera Utara 2 kematangan psikologis ini ditandai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis yang biasanya muncul dalam bentuk misalnya lebih senang bergaul dengan lawan jenis dan sampai pada perilaku yang sudah menjadi kosumsi umum, yaitu berpacaran. Dalam pergaulannya sehari-hari, remaja menjadi pribadi yang sangat liar jika telah memasuki masa dimana dia merasa telah memiliki usia yang cukup untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Rony. Dkk , 2008. Hamil diluar nikah menjadi sebuah trend yang negatif, namun tidak sedikit remaja yang lebih cenderung banyak mengikutinya. Ada banyak hal atau faktor yang mendorong hamil di luar nikah pada remaja rentan terjadi, salah satunya adalah latar belakang keluarga dimana keluarga harus menjadi benteng dan juga bisa menjadi faktor pendorong terjadinya hamil diluar nikah. Keluarga sebagai institusi memberikan sumbangan bagi perubahan penting dalam kehidupan sosial. Kurangnya pengawasan orang tua, penolakan orang tua, dan hubungan yang buruk antara orang tua dan anak menjadikan banyak perilaku yang kurang baik yang dilakukan seorang anak. Karakter seorang anak sangat ditentukan oleh kondisi keluarganya dimana keluarga berperan sebagai wadah untuk pelajaran awal dalam berkehidupan sehari-hari. Jokie, 2009: 65. Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian remaja dan sebaliknya, orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan remaja akan melarikan diri dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa remaja. Keluarga yang mengabaikan Universitas Sumatera Utara 3 pengawasan terhadap media informasi, remaja dapat dengan mudah meniru perilaku-perilaku yang menyimpang Ririn. Dkk, 2011 Remaja harus mampu memberikan peranan sebagai pemberi kontrol terhadap gerak-gerik remaja tidak hanya didalam rumah, tepi juga pergaulan di luar rumah tanpa memberikan kesan adanya tekanan-tekanan tertentu terhadap remaja itu sendiri. Orang tua harus mampu memberikan rasa nyaman dan bukan rasa takut kepada remaja. Orang tua harus mengutamakan kedekatan dengan anak remaja sebagai cara dan alternatif menghindari remaja mencari sesuatu yang bari diluar lingkungan keuarganya tanpa kontrol dari keluarganya sendiri Khadijah. Dkk, 2012:125 Selain komunikasi yang salah dalam keluarga, hal selanjutnya yang menjadi penyebab penyimpangan tersebut adalah seperti pergaulan sesama usia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hamil diluar nikah ini sendiri dapat di artikan sebuah penyimpangan yang amat sulit untuk dibendung. Penyimpangan deviance mengacu kepada perilaku, cara-cara bertindak, sikap, keyakinan dan gaya yang melanggar norma-norma, aturan, etika dan harapan masyarakat. Berbeda dengan catatan biologis, psikologis dan individu yang individu yang positivistik, yang melihat penyimpangan sebagai sesuatu yang melekat dalam jenis perilaku orang tertentu, sosiologi menantang perbedaan yang sederhana antara normal dan patologis, penyimpangan dianggap sebagai suatu bentuk dari situasi dan struktur sosial, yang disorot bukan hanya melanggar aturan, tetapi juga membuat aturan, menegakkan aturan dan transmisi aturan. Sosiologi juga menganggap bahwa penyimpangan menunjukkan bahwa penentuan Universitas Sumatera Utara 4 penyimpangan, tergantung pada pengertian dan reaksi masyarakat, konteks dan tujuan Santosa, 2011:81. Sikap remaja Indonesia terhadap hubungan seksual semakin permisif, sehingga penyalahgunaan seks dapat terjadi pada setiap orang. Perilaku seks pranikah remaja sering menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial. Dengan alasan apapun remaja yang belum menikah tidak diijinkan untuk melakukan aktifitas seksual. Remaja yang berada pada fase meningkatnya dorongan seksual selalu mencari lebih banyak informasi tentang seks. Namun masyarakat masih menganggap tabu pembicaraan tentang seks, oleh karena itu remaja cenderung mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat mereka peroleh, dari teman sebaya, media massa maupun dengan percobaan melakukan hubungan seksual. Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas kepada remaja. Jika orang tua tidak menjadi sumber informasi yang bersahabat bagi remaja, maka remaja akan cenderung mencari tahu lewat sumber-sumber informasi seksual yang tidak benar. Perilaku seksual di kalangan remaja yang belum menikah menunjukkan trend yang tidak sehat. Usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 – 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 – 18 tahun . Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama Ririn. Dkk, Universitas Sumatera Utara 5 2011. Meskipun dilakukan di usia yang sudah cukup dewasa secara Undang Undang, namun secara kesehatan masih sangat belum dibolehkan. Ini menunjukkan bahwa cara bergaul para dewasa sebagai penambah pengalaman dalam menjalani kehamilan. Tidak hanya keluarga atau teman bergaul yang menjadi sorotan dalam terjadinya penyimpangan dalam hal ini hamil diluar nikah yang dialami para remaja. Institusi pendidikan juga memberikan peran penting dalam pembebtukan karakter dan pemberian pemahaman akan seperti apa buruknya pergaulan yang salah serta cara pandang yang salah terhadap sex. Institusi pendidikan harusnya mampu menstimulus para remaja tentang sepertia apa pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka sebagai modal untuk meraih kehidupan yang labih baik. Kakunya lembaga pendidikan dalam memberikan pengarahan tentang bahayanya sesuatu yang melanggar norma-norma serta ketentuan yang ada didalam masyarakat menjadikan remaja beranggapan bahwa pendidikan itu adalah kebuthan yang tidak terlalu dibutuhkan. Hal itu terungkap dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012 yang menyebutkan angka fertilitas remaja ASFR pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Angka rata-rata itu jauh lebih tinggi dibandingkan temuan SDKI 2007 yaitu 35 dari 1.000 kehamilan. Ini menunjukan pernikahan dini dan hubungan seks pranikah di kalangan remaja kita semakin tinggi,. Fenomena hamil di usia remaja patut diwaspadai. Pasalnya, dari sisi kesehatan, hal tersebut sangat merugikan kesehatan ibu dan bayi lantaran ibu beresiko mengalami perdarahan ketika menjalani persalinan dan rentan melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Agar Universitas Sumatera Utara 6 tingkat ASFR bisa ditekan, faktor hubungan seks pranikah harus dapat ditekan. Menurut dia, fenomena hubungan seks sebelum menikah di kalangan remaja bukan lagi hanya isapan jempol semata. Melihat hasil penelitian yang dilakukan Australian National University ANU dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia UI yang dilakukan pada 2010. Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi pada tahun tersebut terhadap 3.006 responden remaja usia 17-24 tahun menunjukkan bahwa 20.9 diantara mereka telah hamil dan melahirkan sebelum menikah. Ada kecenderungan perilaku seksual tidak sehat di kalangan remaja ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain perilaku seksual tidak sehat di kalangan remaja, Sudibyo menegaskan angka pernikahan dini harus ditekan sesegera mungkin. Pada saat ini, lanjutnya, rata-rata usia menikah pertama perempuan Indonesia masih berada dikisaran usia 19 tahun, padahal idealnya adalah 21 tahun. Untuk mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja, Sudibyo berpendapat hal itu bisa diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kespro pada kelompok remaja. Di tengah semakin mudahnya remaja mengakses informasi, pendidikan kespro tidak relevan lagi jika ditabukan. Sedangkan untuk menurunkan tingkat menikah dini, jalan yang dipandang terbaik pada saat ini adalah dengan merevisi UU No. 11974 tentang Perkawinan. Batasan usia 16 tahun untuk menikah yang tercantum dalam undang-undang tersebut menurut dia sudah tidak relevan lagi dalam membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera.Selain berbahaya bagi kesehatan, berbagai survei menunjukan pernikahan terlalu muda biasanya berujung pada perceraian. Basuki. 28 Mei 2013, Metrotvnews.com Universitas Sumatera Utara 7 Dari survey kesehatan reproduksi remaja usia 14-19 tahun tahun 2009 tentang perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi menunjukan: dari 19.173 responden, 92 sudah berpacaran, dan pada saat berpacaran melakukan pegang-pegang tangan, 82 berciuman, 62 melakukan petting, dan 10,2 sudah melakukan hubungan seks bebas. Data tersebut diperkuat oleh survey BKKBN 2010 yang menyebutkan; dari 100 responden di Jabotabek 51 remaja telah melakukan hubungan seks pranikah. Di Surabaya 54 , Bandung 47 , Medan 52 Yogja 37 Suryanto dan Kuwatono, 2010:16. Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang memiliki angka kelahiran yang cukup tinggi. Dari sekitar 3.485.039 wanita usia subur WUS, ada sekitar 266.160 bayi yang berusia 0-1 tahun dan 848.265 anak yang berusia 1-5 tahun. Ini adalah tingkat kelahiran yang tertinggi di pulau sumatera Bkkbn, 2009 Melihat beberapa data penelitian dimana fenomena kejadian hamil di luar nikah ini dominan terjadi di daerah perkotaan , ini disebabkan karena arus informasi dan komunikasi lebih cepat dan mudah untuk didapat Suryanto dan Kuwatono, 2010. Namun sangat sulit untuk melihat fenomena ini terjadi di pedesaan. Hal inilah yang menjadi alasan kuat untuk melakukan penelitian di beberapa desa di kabupaten Serdang Bedagai terutama di daerah kecamatan Sipispis. Dimana dari data yang didapat dari salah satu sekolah menengah atas SMA bahwa ada sekitar 3 tiga orang yang mengundurkan diri karena hamil diluar nikah, dan ada sekitar 9 sembilan orang yang setelah dilakukan test oleh pihak sekolah dan puskesmas setempat mengakui bahwa mereka telah melakukan hubungan sex pranikah dan memilih untuk menikah dengan pasangannya dan Universitas Sumatera Utara 8 berhenti untuk bersekolah. Ini baru dari salah satu SMA yang ada dikecamatan Sipispis, dimana di kecamatan ini terdapat 1 SMA Negeri, 1 SMK Negeri, 1 STM Swasta, 1 SMA Swasta, dan MA Madrasah Aliyah Swasta. Sedangkan untuk SMP, ada 2 SMP Negeri, 2 SMP Swasta, dan 3 MTs Swasta. Melihat jumlah siswa yang cukup banyak yang hanya dari satu sekolah ini lah yang mendorong keinginan penelitian ini dilakukan. Beberapa penelitian juga melihat keluarga menjadi salah satu penyebab, namun dalam fenomena yang terdapat didesa ini, kondisi keluarganya cukup stabil dan bukan dari keluarga yang kekurangan untuk kategori ekonomi dan juga tidak dari keluarga yang orang tuanya bercerai. Inilah yang mendorong penelitian ini untuk dilakukan, selain banyaknya perbedaan dari beberapa penelitian mulai dari penyebab dan lokasi penelitian. Penelitian ini akan ditekankan ke pedesaan, dan akses yang cukup jauh dari daerah perkotaan namun memiliki kasus atau fenomena hamil diluar nikah. Karena jika dilihat dari kulturnya, pedesaan adalah wilayah yang sangat tertutup dan memiliki masyarakat yang cenderung religius dan sangat memperhatikan pendidikan dibidang agama. Namun dibeberapa pedesaan kultur ini sudah mulai menghilang dan mengubah cara hidup para remajanya seiring dengan masuknya budaya kota kedesa baik melalui media elektronik maupun media komunikasi. Semakin cepatnya informasi yang diterima menjadikan remaja penasaran dengan hal yang mereka belum tahu dan cenderung ingin mencoba hal baru yang mereka lihat melalui media informasi atau komunikasi. Dan tanpa disadari ini akan mendorong percepatan terjadinya perubahan budaya dengan menghilangkan budaya lama yang pernah ada. Universitas Sumatera Utara 9

1.2 Perumusan Masalah