Remaja Hamil Di Luar Nikah Di Dearah Pedesaan Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai (Latar Belakang Keluarga, Hubungan Sosial Selama Pacaran, Penanggulangan Kehamilan dan Interaksi Setelah Kehamilan Pada Pelaku Yang Hamil Di Luar nikah)

(1)

Daftar Pustaka

Ahmad Taufik. 2013. Persepsi RemajaTerhadap Perilaku Seks Pranikah (Studi Kasus SMK Negeri 5 Samarinda)

Azizi Bin Yahaya, Asiah Binti Suari. Fenomena Cinta, Janjitemu, Perlakuan Seks dan Hubungannya Dengan Masalah Kebimbangan Sosial Di Kalangan Pelajar-Pelajar Sekolah Menengah.

Dien G. A. Nursal. 2008. Faktor-faktor Yang Brehubungan Dengan Perilaku Seksual Murid SMU Negeri Di Kota Padang Tahun 2007. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK Unand.

Endah Fitriasary & Zidni Immawan Muslimin. 2009. Intensitas Mengakses Situs Porno dan Perilaku Seksual Remaja. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. Jurnal Humanitas

George Ritzer. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Irma Yanti, Syafrizal. 2012.Perubahan Nilai Sosial Masyarakat Terhadap Fenomena Hamil Luar Nikah Di Desa Darussalam Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun.

John Scott,. 2011.Sosiologi: The Key Concepts: Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada


(2)

Jokie M. S. Siahaan. 2009. Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi. Jakarta: PT. Indeks

Jumiatun S.SiT. 2012. Pengaruh Peran Kontrol Orang Tua Dan Media Terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja SMA Di Kabupaten Kendal. Akademik Kebidanan Uniska Kendal.

Khadijah Alavi, Salina Nen, Fauziah Ibrahim, Noremy Md. Akhir, Mohd Suhaimi Mohamad, Noorhasliza Mohd Nordin. 2012. Hamil Luar Nikah Dalam Kalangan Remaja: Jurnal E-Bangi. Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Martia Chusnul Ratna Suminar, Dharminto, Yudhy Dharmawan. 2012. Korelasi Sumber Informasi Media Dan Lingkungan Pergaulan Dengan Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.

Riana Prihastuti, Titiek Soelistyowatie. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pacaran Sehat Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMA Kota Semarang. Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang. Ririn Darmasih, Noor Alis Setiyadi dan Azizah Gama T. 2011, Kajian Perilaku

Sex Pranikah Remaja SMA di Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis metode penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif, dengan menggunaakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Adapun yang dimaksud dengan pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap remaja dan lingkungan sekitar tinggal mereka. Selain itu, sekolah dan pekerjaan orang tua juga menjadi pengamatan. Sedangkan dalam hal wawancara, penelitian ini akan diarahkan untuk melakukan wawancara mendalam namun tetap terarah dan tidak melenceng jauh dari tema penelitian yang dilakukan. Selanjutnya penelaahan dokumen adalah menjadikan dokumen yang yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, baik itu hasil penelitian yang sama, atau dokumen lokasi penelitian atau juga dokumen tentang responden yang di dapat dari sekolah para remaja. Penelitian kualitatif adalah penelitian penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., Secara holistik dan dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-katadan bahasa, pada suatu konteks khususyang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2010;6). Jenis Penelitian kualitatif dipilih sebagai jenis penelitian ini karena minimnya penelitian serupa yang pernah dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya kecamatan Sipispis.


(4)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Sipispis di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Sipispis sendiri menjadi pusat dari penelitian yang akan dilakukan karena kecamatan Sipispis ini mengalami fenomena hamil diluar nikah yang mencenganngkan untuk ukuran kecamatan yang jauh dari lingkungan perkotaan. Kecamatan Sispispis menjadi lokasi utama penelitian ditambah satu kecamatan lagi sebagai penunjang kelengkapan data yang dibutuhkan didalam penelitian.

Kecamatan Sipispis terdiri dari 20 desa yang dimana jumlah penduduknya secara keseluruhan mencapai 35.091 jiwa hingga akhir bulan januari 2014. Dari semua jumlah penduduk itu dapat dibagi berdasarkan pendidikannya yang dapat dilihat pada kolom dibawah.

Tabel 1: Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Kecamatan Sipispis

TK SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 Jumlah

501 4.109 3.172 2.661 28 56 120 471 11.118

Dari data tersebut ditemukan bahwa penduduk yang pernah atau sedang mengecap pendidikan tidak lebih dari setengah jumlah penduduk kecamatan Sipispis. Memang masih sangat rendah minat masyarakat Sipispis dalam hal pendidikan walau pun tidak menjadi sebab langsung dalam kasus kehamilan diluar nikah karena karena kasusu ini memang terjadi dilingkungan pendidikan, namun pendidikan ini memberi pengaruhnya pada pendidikan orang tua para remaja. Selain dari aspek pendidikan, penduduk dikecamatan juga dapat dilihat


(5)

dari segi pekerjaannya yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang memperlihatkan jenis pekerjaan yang dimiliki masyarakat Sipispis.

Tabel 2: Jenis-jenis Pekerjaan yang dimiliki Masyarakat Kecamatan Sipispis

PNS TNI/P OLRI

KARYA -WAN

WIRAS W-ASTA

JASA

PETA-NI

NELA-YAN

BURUH

LAIN-LAIN

JUML-AH

299 152 1.611 5.046 240 7.171 - 1.407 19.168 35.094

Data tentang pekerjaan ini dapat memperlihatkan bahwa pekerjaan yang tidak membutuhkan pengetahuan atau syarat-syarat tertentu sangat mendominasi karena hanya membutuhkan tenagan sebagai modal utama dalam melakukan pekerjaan. Jenis pekerjaan yang didominasi petani memang menuntut keluarga hanya memiliki waktu sedikit untuk berkumpul di rumah karena orang tua hanya akan memiliki waktu lebih banyak untuk bekerja di kebunnya dan dapat dikatakan rumah hanya menjadi tempat tidur dan istirahat.

Penduduknya berjumlah 594.383 jiwa atau 131.844 keluarga dengan kepadatan penduduk rata-rata 313 jiwa per kilometer persegi. Dari jumlah penduduk tersebut, tingkat pengangguran terbuka relatif kecil yakni 14.774 jiwa atau sekitar 3 persen. Sementara keragaman budaya yang ada tergambar dari muklti etnis yang ada, yakni Melayu 65%, Jawa 13%, Batak Karo 6%, Batak Simalungun 4%, Angkola, Mandailing, Minang, Banjar, Aceh, Nias dan Tionghoa-Indonesia.


(6)

Gambar 1 : Peta Kecamatan Sipispis


(7)

3.2.1 Letak Geografis

Kecamatan Sipispis adalah salah satu dari 17 kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang wilayahnya mempunyai luas 145.259 km2 dimana terdapat 20 desa didalamnya. Kecamatan Sipispis berjarak sekitar 51 km dari ibukota kabupaten dan berjarak 30 km dari kota terdekat yaitu Tebing Tinggi. Adapun yang menjadi batas-batas kecamatan Sipispis adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Dolok Masihul dan Kec. Tebing Tinggi

 Sebelah Selatan berbatasan dengan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Dolok Merawan dan Kec. Tebing Tinggi

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

Untuk setiap wilayah pedesaan di Kecamatan Sipispis, hampir semuanya dilalui oleh sungai-sungai baik itu sungai besar maupun sungai kecil. Hal tersebut dikarenakan karena Kecamatan Sipispis berada didaerah yang tidak jauh dengan perbukitan, hanya berjarak 10-15 km dengan pegunungan Bukit Barisan.

Kecamatan Sipispis yang beribukotakan desa Pispis dimana di desa inilah pusat dari segala kegiatan kecamatan. Jarak dari setiap desa ke ibukota kecamatan mulai dari yang terdekat yaitu Desa Serbananti dan Desa Silau Padang yaitu 2 km dan yang terjauh yaitu desa Mariah Nagur yang berjarak 36 km ( BPS Kab. Serdang Bedagai 2012).


(8)

3.2.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Sipispis adalah 35.082 jiwa, dimana dari luas kecamatan yaitu 145.259 km2

Dalam melihat seperti apa kualitas kehidupan penduduk, sebenarnya dapat dilihat dari seperti apa tempat tinggalnya, walau tidak dapat menjamin kebahagiaan dan tingkat kecukupannya sehari-hari. Namun secara sekilas, rumah atau tempat tinggal akan jadi penilaian sederhana seseorang terhadap orang lain. Wilayah Kecamatan Sipispis ada 4 jenis bangunan rumah yang dimiliki masyarakatnya yang diklasifikasikan menjadi rumah permanen, rumah semi permanen, bukan permanen, dan darurat. Untuk rumah jenis rumah atau bangunan

permanen ada sekitar 2.386, semi permanen ada 2.049, bukan permanen ada

sekitar 2.245, sedangkan yang darurat berjumlah 335. Melihat dari jumlah bangunannya, Kecamatan Sipispis sebenarnya bukanlah kecamatan yang terlalu tertinggal secara bangunan atau tempat tinggal yang juga dapat menjadi acuan bagaimana tingkat ekonominya.

dimana jika di rata-ratakan kepadatan penduduk mencapai 98,92 per kmpersegi. Untuk kecamatan Sipispis, jenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki laki dimana perempuan berjumlah 17.714 jiwa dan laki-laki berjumlah 17.368 jiwa. Dari jumlah tersebut ada sekitar 346 selisih jumlah perempuan dengan laki-laki. Sedangkan untuk jumlah rumah tangga di Kecamatan Sipispis berjumlah 8.734 dan jika dirata-ratakan dengan jumlah penduduk, setiap rumah memiliki ± 4 orang anggota keluarga.


(9)

Agama menjadi pedoman hampir semua masyarakat di negara ini, hampir tidak ada lapisan masyarakat yang mengatakan bahwa Agama itu tidak penting. Dalam kehidupan sosial, agama juga dapat diartikan sebagai kontrol bagi masyarakat yang menganut Agama tertentu. Untuk Kecamatan Sipispis, dari 5 Agama yang diakui di negara ini hanya ada 3 Agama yang dianut oleh masyarakat Sipispis yaitu Islam, Protestan, dan Katolik. Jika dilihat dari jumlah pemeluknya, islam menjadi agama dominan yang dianut masyarakat Kecamatan Sipispis dimana dari 35.082 jumlah penduduknya, ada 30.666 jiwa yang menganut Agama Islam, disusul dengan Protestan sebanyak 4.028 jiwa pemeluk, dan Katolik sebanyak 489 jiwa pemeluk. Agama menjadi hal yang harus dijunjung tinggi kehormatannya dan senantiasa dirayakan setiap hari besarnya sehingga Agama akan sangat berpeengaruh terhadap pola perilaku masyarakat di daerah pedesaan ( BPS Kab. Serdang Bedagai 2012).

3.2.3 Fasilitas Pendidikan

Kebutuhan akan Sekolah Dasar di Kecamatan Sipispis dapat dikatakan sudah terpenuhi. Hal ini terlihat dari ketersediaan sarana Sekolah Dasar dimasing-masing desa. Dari 20 desa yang ada di Kecamatan Sipispis ada 35 Sekolah Dasar yang terbagi jadi dua jenis Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar Inpres sekitar 24 dan Sekolah Dasar Ingub sebanyak 11 unit sekolah. Untuk unit sekolah yang ada, setiap desa memiliki sarana Sekolah Dasar 1-2 unit per desanya. Dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan dasar, tentu bukan hanya sarana sekolah yang menjadi acuan. Tolak ukur keberhasilan dalam sebuah pendidikan juga ditentukan oleh keberadaan pengajar atau guru yang tersedia. Kecamatan Sipispis


(10)

memiliki total pengajar atau guru di Sekolah Dasar sebanyak 318 orang dimana ada 135 guru laki-laki dan 183 guru perempuan. Sedangkan untuk jumlah murid Sekolah Dasar yang ada mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI ada 3.973 siswa. Dalam pembagiannya, kelas I berjumlah 711 siswa, kelas II 613 siswa, kelas III 681 siswa, kelas IV 677 siswa, kelas V 657 siswa, dan kelas VI berjumlah 634 siswa. Dan jika dirata-ratakan, setiap Sekolah Dasar memilki sekitar 113 siswa.

Tahapan dalam pendidikan harus menjadi prioritas dalam memajukan kehidupan masyarakat. Sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan Wajib Belajar 9 Tahun, seharusnya masyarakat harusnya lebih peka terhadap pentingnya pendidikan dalam merubah masa depan. Walaupun SMP yang menjadi batasan wajib belajar yang dikeluarkan pemerintah pusat belumlah cukup, namun diharapkan ini dapat membuka cara berpikir masyarakat tentang seperti apa pentingnya pendidikan. Tahun 2012, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Sipispis mencatat jumlah Sekolah Menengah Pertama yang ada di Kecamatan Sipispis ada 7 unit dimana terbagi menjadi sekolah swasta dan sekolah negeri. Sekolah Menengah Pertama Negeri berjumlah 3 unit, dan Sekolah Menengah Pertama Swasta Berjumlah 4 unit. Untuk Sekolah Menengah Pertama Negeri, jumlah siswa yang aktif pada tahun 2012 sekitar 700 siswa yang terbagi kedalam tiga kelas yaitu kelas VII berjumlah 290 siswa, kelas VIII 222 siswa, dan untuk kelas IX berjumlah 188 siswa. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kecamatan Sipispis jumlah siswanya adalah sebanyak 437 siswa yang terbagi kedalam tiga kelas yaitu kelas VII 132 siswa, kelas VIII 138 siswa, dan


(11)

untuk kelas IX berjumlah 167 siswa. Jadi secara keseluruhan jumlah siswa yang sedang melakukan pendidikan dijenjang Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Sipispis mencapai 1.137 siswa. Namun tidak hanya yang umum, namun ada juga Madrasah Tsanawiyah yang sejajar dengan Sekolah Menengah Pertama. Di Kecamatan Sipispis sendiri terdapat 3 Madrasah Tsanawiyah dengan jumlah siswa sebanyak 592 siswa yang telah di akumulasikan kedalam tiga kelas. Untuk kelas VII jumlah siswanya adalah 232 siswa, kelas VIII sebanyak 189 siswa, dan kelas IX adalah 172 siswa.

Untuk menciptakan masyarakat yang sadar betapa pentingnya pendidikan, masyarakat harus dilibatkan langsung dalam proses pendidikan terlebih pada usia wajib sekolah. Sebuah kebijakan yang sangat menguntungkan sebenarnya untuk masyarakat Sipispis karena Kabupaten Serdang Bedagai telah menerapkan kebijakan Wajib Belajar 12 tahun untuk semua usia sekolah di Kabupaten Serdang Bedagai. Jadi biaya sekolah untuk beberapa bentuk telah ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten. Walaupun demikian, Sekolah Meningkat Atas belum menjadi prioritas. Mininya sarana Sekolah Menengah Negeri, jarak yang jauh dan buruknya infrastruktur jalan, menjadikan baik itu Sekolah Menegah Atas atau pun Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Kecamatan Sipispis tidak jadi pilihan bagi beberapa masyarakat untuk sekolahkan anak-anak mereka. Ada orang tua yang memilih sekolahkan anak mereka dikota agar mutu pendidikan lebih terjamin, baik itu Kota Tebing Tinggi, Kota Siantar, atau Kota Medan. Bahkan tidak jarang yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan anaknya. Terdapat 3 Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Sipispis dengan jumlah siswa


(12)

mencapai 604 orang yang terbagi kedalam tiga kelas, yaitu kelas X sebanyak 194 siswa, kelas XI 193 siswa, dan kelas XII berjumlah 217 siswa. Sedangkan untuk Sekolah Mengah Kejuruan terdapat 339 siswa yang terbagi kedalam tiga kelas, kelas X berjumlah 137 siswa, kelas XI 151 siswa, sedangkan kelas XII berjumlah 167 siswa. dari jumlah yang ada, berarti jumlah keseluruhan SMA dan SMK yang ada di Kecamatan Sipispis berjumlah 943 siswa. Sama halnya dengan Madrasah Tsanawiyah untuk yang setingkat dengan SMP, yang setingkat dengan SMA dan SMK juga ada yaitu Madrasah Aliyah. Kecamatan Sipispis memiliki 2 Madrasah Aliyah dengan total siswanya sebanyak 157 siswa yang dibagi kedalam 3 kelas. 53 siswa untuk kelas X, 60 orang siswa untuk kelas XI, dan untuk kelas XII berjumlah 44 siswa.

3.2.4 Fasilitas Kesehatan

Dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat, maka harus ada fasilitas kesehatan yang benar-benar memadai. Tidak hanya fasilitas kesehatan, pelaku kesehatan juga harus ada dan berimbang dengan fasilitas kesehatan yang ada. Dalam banyak kejadian atau kasus di bidang kesehatan, peran para pelaku kesahatan dan fungsi dari sarana kesehatan sangat di perlukan, baik sebagai pemberi solusi dari apa yang terjadi, atau menjadi penggerak sebagai upaya pencegahan agar kasus yang terjadi tidak terulang kembali di masa depan.

Dibagi dengan jenisnya, Kecamatan Sipispis memiliki 6 Puskesmas Pembantu, 1 Puskesmas, dan 4 Pos Kesehatan Desa serta 61 Posyandu dimana semua terbagi di 20 Desa yang ada di Kecamatan Sipispis. Untuk tenaga


(13)

kesehatan, Kecamatan Sipispis dapat dikatakan berkecukupan untuk hal memiliki tenaga Bidan atau Perawat. Sipispis sebagai sebuah kecamatan memiliki 64 orang Bidan dan Perawat yang terbagi di semua wilayah kecamatan dan keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya dibidang Kesehatan khususnya Bidan dan Perawat. Selain tenaga kesehatan Modern, Kecamatan Sipispis juga memiliki tenaga kesehatan tradisional khususnya Dukun Bayi. Ada 24 Dukun Bayi yang terdata di Kecamtan Sipispis.

3.2.5 Fasilitas Agama

Agama sebagai kontrol dalam keseharian masyarakat selain tentunya hukum yang mengiringi. Dalam kehidupan sehari-hari, agama dapat difungsikan sebagai alat kekerabatan sesama masyarakat. Banyak kegiatan agama yang dilakukan masyarat sebagai cerminan dari kerukunan. Setiap pemeluk agama di Kecamatan Sipispis memiliki ckegiatan keagamaan perminggunya yang terus berjalan sebagai sarana silaturahmi sesama pemeluk agama. Untuk agama islam, kegiatan mingguan yang senantiasa dilakukan adalah Wirid atau pengajian yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Kegiatan ini dilakukan kamis malam untuk laki-laki dan jum’at siang untuk perempuan. Sedangkan protestan dan katolik juga demikian dimana setian hari minggu mereka melakukan kegiatan Partonggoan yang dilakukan setiap hari minggu selepas mereka melakukan kegiatan Ibadah Minggu.

Sebagai sebuah kecamatan yang cukup beragam agama penduduknya, Kecamatan Sipsipis tidak terlalu tertutup dalam hal tempat ibadah. Meskipun


(14)

agama Islam menjadi agama mayoritas, namun tidak ada kesulitan atau hambatan bagi agama diluar Islam untuk mendirikan tempat Ibadah seperti halnya Protestan dan Katolik. Dari ketiga agama yang dipeluk masyarakat Kecamatan Sipispis ada 139 tempat ibadah yang berdiri. Untuk Gereja, Kecamatan Sipispis memiliki 35 bangunan Gereja. Sedangkan Mesjid berjumlah 69 unit bangunan dan sisanya adalah Bangunan Musholla sebanyak 35 unit bangunan. Semua bangunan tersebar merata di semua desa yang ada di Kecamatan Sipispis.

3.2.6. Gambaran Kehidupan Masyarakat Sipispis a. Mata Pencaharian Masyarakat Sipispis

Dalam pemanfaatan lahan tanah di Kecamatan Sipispis, masyarakat cenderung menggunakan lahan sebagai pertanian darat dan itu menjadi mata pencaharian masyarakat yang dominan disamping sebagian ada juga yang menggunakan lahannya sebagai sawah. Masyarakat Sipispis memang dominan bekerja atau bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah petani dikecamtan Sipispis. Untuk yang memiliki pekerjaan sebagai petani berjumlah 7.071 orang, sedangkan yang bekerja sebagai buruh berjumlah 1.391 orang, dan ada sekitar 249 orang yang bekerja dibidang jasa, 1.466 masyarakat Sipispis bekerja sebagai karyawan di perkebunan yang ada disekitar Kecamatan Sipipis, sedangkan yang bekerja sebagai PNS berjumlah 292 orang, sedangkan ada 19.583 bekerja diluar jenis pekerjaan yang disebutkan. Pekerjaan yang dimaksud sangat beragam, baik itu sebagai perawat atau penjaga kebun orang lain, atau pemanen dari hasil perkebunan warga lainnya.


(15)

b. Pemanfaatan Lahan Yang Dilakukan Masyarakat Sipispis Dengan luas yang mencapai ± 145.259 km2

Dari survei yang dilakukan oleh BPS Serdang Bedagai pada tahun 2012 lalu tentang luas tanaman perkebunan besar dengan perkebunan rakyat dan penggunaan lahan di Kecamatan Sipispis, ditemukan bahwa lahan PTPN III mendominasi penggunaan lahan di Kecamtan Sipispis. Untuk jenis tanamannya, Perkebunan ini mengutamakan untuk menanam Karet dan Sawit sebagai unggulan. Lahan yang digunakan PTPN III di Kecamatan Sipispis seluas 9.312 Ha.

dengan jumlah rumah tangga sebanyak 8.734, dapat dipastikan bahwa masih sangat banyak lahan yang tidak kosong atau tidak berdiri didalamnya bangunan. Dalam penggunaan lahan di Kecamatan Sipispis, sekitar 430 Ha diperuntukkan sebagai perumahan masyarakat. Sedangkan lahan yang digunakna sebagai daerah persawahan seluas 346 Ha, dan untuk perkebunan darat mendominasi penggunaan lahan di Kecamatan Sipispis. Ada sekitar 16.571 Ha lahan yang digunakan sebagai perkebunan atau pertanian darat.

Sedangkan untuk perkebunan Rakyat yang ada di Kecamtan Sipispis juga cukup luas yang terbagi kesemua desa yang ada di Kecamatan Sipispis. Ada sekitar 8228 Ha yang digunakan sebagai perkebunan rakyat yang terbagi kedalam beberapa jenis tanaman unggulan yang ada di Kecamatan Sipispis. Pertama, tanaman karet dalam perkebunan rakyat mencapai 5.361 Ha dan untuk tenaman Kelapa Sawit mencapai 2.834 Ha serta sisianya adalah untuk tanaman Kakao seluas 33 Ha. Perkebunan rakyat adalah mata pencaharian bagi hampir sebagian


(16)

besar masyarakat Sipispis baik bagi pemiliki kebun atau yang bekerja di kebun orang lain. Selain itu masih ada komoditi lainnya, seperti Kelapa yang ada seluas 26 Ha, tanaman Pisang seluas 349 Ha, dan perkebunan Durian seluas 40 Ha.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuanyang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat dicerikan pada orang lain (Moleong,2010;248). Dari ketentuan tersebut, dipahami bahwa Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan secara tepat sebagai subjek penelitian. Sedangkan yang menjadi Unit analisis dari penelitian ini adalah semua remaja yang mengalami kejadian hamil diluar nikah yang ada di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.

3.3.2 Informan

Informan merupakan aspek atau persyaratan mutlak dalam melakukan semua jenis penelitian penelitian. Dalam penelitian ini ditentukan dua jenis informan yaitu;


(17)

a) Informan Kunci

Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah para remaja yang mengalami kejadian hamil diluar nikah yang dimana hal tersebut terjadi ketika remaja yang dimaksud masih dalam kondisi sebagai pelajar aktif. Adapun pelajar yang dimaksud disini adalah pelajar SMA di Kecamatan Sipispis. Dalam hal ini, adanya 3 orang remaja yang terindikasi telah hamil diluar nikah bagaimana telah dijelaskan didalam latar belakang, serta 9 remaja yang telah mengalami atau melakukan hubungan seks pranikah dan dikeluarkan dari sekolah. Selain sisiwa yang terlibat, para bidan, orang tua, dan guru juga menjadi informan kunci dalam hal informasi tertentu yang dicari atau dubutuhkan oleh peneliti. Untuk informan kunci tidak hanya 12 remaja yang telah disebutkan, namun akan ada perkembangan bersamaan dengan penelitian yang dilakukan. Untuk jenis pertanyaan yang diajukan, informan kunci akan dapat pertanyaan yang jauh berbeda dengan informan biasa dimana pertanyaan akan lebih mendasar tentang judul penelitian.

b) Informan Biasa

Informan biasa dalam penelitian ini bisa siapa saja yang dianggap sesuai dan bisa dijadikan sebagai informan. Dalam penelitian ini, orang tua yang memiliki anak remaja dengan usia tertentu akan menjadi informan. Untuk jumlah informan biasa akan disesuaikan dengan jumlah informan kunci dimana informan biasa akan di tetapkan sebanyak 50% dari informan kunci yang telah di tetapkan. Untuk jenis pertanyaan yang akan diajukan, informan biasa cenderung mendapat pertanyaan pelengkap yang digunakan sebagai data pendukung dari penelitian


(18)

yang dilakukan. Adapun yang menjadi informan kunci dan informan biasa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

Informan Kunci:

1. Ina Sari Menda Purba

Anak pertama dari 5 bersaudara, lahir dari keluarga yang sederhana dengan penghasilan orang tua sekitar Rp. 2.000.000,-/bulan. Lahir di Desa Sipispis 16 Mei 1994 sebagai anak pertama dan sebenarnya semua kebutuhan dapat dipenuhi oleh orang tua walau pun tidak terlalu berlebihan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menegah Atas tepatnya di SMA Negeri 1 Sipispis. Namun Ina enggan mengungkapkan apakah dia sempat lulus atau tidak saat SMA.

2. Sri Indah Yani

Lahir di Desa Sipispis 27 Februari 1994. Merupakan anak kedua dari Empat bersaudara. Orang tua bekerja sebagai Wiraswasta dan memiliki penghasilan sekitar Rp. 3.500.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas.

3. Siska Aulia

Anak ketiga dari empat bersaudara, lahir pada tanggal 18 November 1995 di Desa Rimbun. Memiliki keluarga (orangtua) yang utuh. Orangtua bekerja sebagai petani dengan penghasilah perbulan sekitar Rp. 1.600.000,-/bulan. Pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Atas namun tidak lulus.


(19)

4. Kurni

Lahir di Desa Bartong sekitar tanggal 15 Juni 1992 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara. Status keluarga (orang tua) bercerai/berpisah dimana orangtua memiliki penghasilan sekitar Rp. 700.000,-/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan tidak sampai menyelesaikan Sekolahnya.

5. Amalia

Lahir di Desa Sindaraya pada tanggal 28 Januari 1993 anak kedua dari enam bersaudara. Satatus keluarga utuh dan tidak bercerai. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama dan tidak lulus. Pekerjaan orang tua sebagai petani dengan penghasilan sebesar Rp. 500.000,-/bulan.

6. Dewi Putri Handayani

Anak kedua dari dua bersaudara. Lahir di Desa Marjanji pada tanggal 11 Februari 1988 dan memiliki keluarga yang utuh. Orang tua bekerja sebagai petani dengan penghasilan perbulannya tidak dapat dirincikan karena tidak menentu. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama.

7. Helly Hasibuan

Lahir tanggal 29 Oktober 1988 tepatnya di Desa Silaupadang dan pendidikan terakhirnya adalah lulus Sekolah Menengah Pertama. Terlahir sebagai


(20)

anak pertama dari empat bersaudara dengan keluarga yang masih utuh. Dengan pekerjaan orang tua sebagai petani dengan penghasilan sekitar Rp. 1.500.000’-/bulan.

8. Leni Widya Sinaga

Lahir di Desa Serbanati pada tanggal 08 November 1995. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Pertama dan tidak sampai lulus. Orang tua bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan sebesar ± Rp. 1.500.000,-/bulan. Usia dari saudara terkecilnya adalah sekitar tiga tahun.

9. Rika Lestari Sinaga

Lahir di Desa Marjanji pada tanggal 2 Agustus 1994. Merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pendidikan terakhir adalah sempat melanjutkan pendidikan kedunia perkuliahan namun harus terhenti karena kasus yang terjadi. Orang tua bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan sekitar Rp. 3.000.000,-/bulannya.

10. Rina Aryani

Lahir pada 18 September 1995 tepatnya di Desa Rimbun. Dengan keluarga yang utuh dan bekerja sebagai petani, orang tuanya berpenghasilan sebesar Rp. 1.200.000;-/bulannya.pendidikan terakhirnya adalah Sekolah menengah atas serta tidak sempat lulus.


(21)

11. Diani Lita

Besar bersama keluarga yang sudah berpisah karena kedua orang tua memilih bercerai. Lahir di Desa Buluh Duri 04 Juli 1995 dan merupakan anak pertama dari empat berdaudara. Orang tua bekerja sebagai petani dengan penghasilan Rp. 1.750.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas dan tidak sempat lulus.

12. Rita Nasution

Lahir di Desa Rimbun 12 Februari 1994 dengan keluarga yang utuh. Anak kedua dari empat bersaudara. Orang tua bekerja sebagai sebagai petani dengan penghasilan yang tidak menentu perbulannya antara Rp. 700.000 – 1.000.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas dan tidak sempat lulus.

13. Niar Asriani Sinaga

Lahir di Kota Tebing Tinggi 18 November 1995 namun tumbuh besar di daerah Kecamatan Sipispis. Merupakan anak ke-dua dari empat bersaudara dengan keadaan keluarga yang utuh. Orang tua bekerja sebagai petani dan PNS dengan penghasilan sekitar Rp. 4.000.000/bulan. Pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Atas dan mampu lulus karena adanya kesepakatan yang dibangun antara sekolah dengan orang tua.


(22)

Informan Biasa

Orang Tua 14. Warno

Tinggal di Desa Buluh Duri 16 April 1967. Bekerja sebagai petani dengan jumlah anak yang dimilki adalah tiga orang anak. Menikah sekitar tahun 1988 dan memiliki penghasilan sekitar Rp. 2.500.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama dan tidak lulus.

15. Obantoru Purba

Tidak dapat menjelaskan beliau lahir dimana dan tanggal berapa. Memiliki jumlah anak empat orang dan bekerja sebagai petani dengan penghasilan sekitar Rp. 1.500.000 /bulan. Menikah sekitar tahun 1989an. Pendidikan terakhir adalah sekolah dasar.

16. Ramlan Nasution

Tempat dan tanggal lahirnya di Rimbun 12 November 1965. Bekerja sebagai petani dan memiliki anak berjumlah tiga orang dengan penghasilan sekitar Rp.2000.000/bulan. Dan untuk tahun menikahnya tidak dapat dipastikan oleh beliau. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Dasar.

17. Sukiran.

Lahir di Desa Tinokkah tanggal 26 Maret 1968 dengan pekerjaan sebagai Karyawan di perkebunan dengan penghasilan diatas Rp.2.000.000/bulan. Pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Atas. Jumlah anak adalah empat orang.


(23)

18. Melda Purba

Membuka praktek perbidanan mulai 2010 di desa serbananti dan lulus dari pendidikan kebidanan sekitar tahun2007.

19. Rosnim Saragih

Lulus dari kebidanan sejak 1995 dan sudah sangat lama membuka praktek kebidanan di rumahnya sendiri. Memiliki seorang anak dan tempat praktek yang sederhana namun cukup untuk sekedar periksa dan obat-obatan yang seadanya. Saat ini memiliki status sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan berkantor dipuskesmas Kecamatan Sipispis.

20. Fitria Damanik.

Memiliki Ahli Madya Kebidanan sejak 6 tahun yang lalu dan mencoba membuka praktek kebidanan di desa rimbun. Klinik sederhana namun menjadi pilihan para ibu-ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian akan ditemukan data yang di bagikan menjadi dua bagian data yaitu;

3.4.1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari objek penelitian dengan berbagai cara yaitu melalui observasi atau wawancara baik secara partisipatif atau pun dengan wawancara mendalam. Data primer ini didapatkan dengan cara atau tahap sebagai berikut;


(24)

• Observasi merupakan sebuah proses pengamatan terhadap situasi dan kondisi serta lokasi yang akan diteiliti. Tahapan ini diperlukan sebagai langkah awal sebagai acuan melakukan penelitian. Proses atau tahapan ini juga dapat menjadikan salah satu refrensi bagi hasil penelitian kedepannya. Adapun hal yang aakan di observasi pada penelitian ini adalah mengenai atau melihat seperti apa perilaku remaja dipedesaan jika dilihat dari kasat mata. Tidak hanya tingkah laku remaja yang jadi sasaran observasi, namun lokasi penelitian seperti tempat tinggal remaja, sekolah, dan lingkungan pertemanannya juga tidak luput dari dari observasi yang akan dilakukan. Akan banyak observasi yang dilakukan, namun yang utama adalah observasi di beberapa desa di Kecamatan Sipispis dilanjutkan dengan salah satu desa yeng dipilih diluar Kecamatan Sipispis namun tetap dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Selain hal yang berkaitan dengan remaja, fasilitas-fasilitas yang menunjang kesehatan dan pola perilaku para remaja akan menjadi objek untuk observasi misalnya Puskesmas atau fasilitas kesehatan, kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan pihak sekolah. Observasi bersifat memberi pemahaman awal tentang kondisi lapangan yang akan diteliti.

• Wawancara mendalam adalah sebuah proses tanya jawab antara peneiliti dengan objek yang diteliti. Tanya jawab ini meliputi pertanyaan tentang hal yang teliti yang dimana pertanyaan telah disiapkan dan disusun secara sistematis. Tahapan yang dilakukan pun beragam dalam melakukan


(25)

wawancara mendalam ini. Untuk menghindari kesalahan dalam menyusun hasil wawancara ini ada baiknya disiapkan alat perekam sembari catatan kecil sebagai sarana pendukung dalam melakukan wawancara. Dalam melakukan wawancara diupayakan tidak akan bertele-tele naamun juga tidak terkesan cepat sehingga responden tidak merasa jenuh dengan pertanyaan yang diajukan peneliti. Adapun wawancara yang dilakukan menggunakan beberapa metode yaitu dengan menawarkan draft pertanyaan yang dapat diisi dengan diselingi wawancar yang akan membantu dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan.

3.4.2. Data sekunder.

Data sekunder merupakan data pendukung yang didapat dari beragam media baik itu media elektronik atau media cetak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan guna mendukung data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder juga bisa didapat dari puskesmas atau praktek kebidanan yang ada di Kecamatan Sipispis. Data sekunder ini merupakan aspek pendukung kelengkapan data dan tidak bisa dijadikan data acuan dalam penelitian yang dilakukan. Data sekunder dapat bersifat data-data yang berupa statistik maupun data angka-angka yang telah atau pernah dikumpulkan pihak puskesmas maupun kecamatan.


(26)

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan. Data-data yang telah di kumpulkan pun diklasifikasikan menjadi bagian-bagian tertentu dan ditelaah sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian sehingga menjadi sebuah laporam hasil penelitian yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Data diharapkan didapat dari Dua kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan kecamatan Sipispis menjadi lokasi yang diprioritaskan sebagai lokasi utama penelitian.

3.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian adalah adanya kesulitan untuk mendapatakan hasil wawancara yang benar-benar jujur dari informan. Adanya anggapan bahwa penelitian yang dilakukan ini juga akan membuka aib informan hingga peneliti tidak bisa melakukan penelitian terhadap satu informan hanya sekali melainkan lebih agar mendapatkan data yang pasti dan tidak ada yang ditutupi. Jika pun ada itu tidak menjadi hal yang banyak lagi. Kurangnya pemahaman peneliti terhadap penelitian ilmiah menjadikan peneliti juga terkesan takut dalam memewancarai karena ini adalah persoalan aib informan. Walau sulit, peneliti mampu mewawancarai informan dengan melakukan banyak pendekatan. Tidak hanya dalam persoalan data primer, namun dalam mencari data sekunder


(27)

juga ditemukan kesulitan terlebih ketika meminta data tentang kelahiran dan usia kehamilan kepada PUSKESMAS Kecamatan Sipispis. PUSKESMAS ini terkesan tidak terbuka tentang data yang dimiliki, namun menurut peneliti bahwa memang PUSESMAS ini tidak memiliki data tentang hal yang dibutuhkan karena kinerja PUSKESMAS ini memang patut dipertanyakan.

3.7. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Penelitian Ke Lapangan

7 Pengumpulan dan Analisis Data

8 Bimbingan Skripsi

9 Penulisan Laporan Akhir


(28)

BAB IV Intepretasi Data

4.1. Konsep Pacaran Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah

Keberadaan pasangan dalam keseharian para remaja dianggap penting oleh beberapa remaja yang menjadi responden. Banyak cara berpacaran yang telah dijelaskan para remaja, banyak juga tingkatan-tingkatan yang harus dilalui para remaja dalam berpacaran dimana dari tingkatan itulah di temui cara-cara seperti apa dalam berpacaran yang diinginkan. Manusia sebagai makhluk sosial mengharuskan mereka hidup berdampingan dengan manusia lainnya.

Jokie (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga konsep yang tidak bisa dilepaskan bila membicarakan manusia dalam hubungannya dengan masyarakat (sosial), yaitu interaksi sosial, proses sosial, dan produk sosial. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam masyarakat, individu melakukan interaksi dengan individu lainnya. Selama interaksi tersebut belangsung, terjadi terjadi mekanisme yang dinamakan sebagai Proses Sosial. Kemudian pada akhirnya proses sosial ini akan melahirkan Produk Sosial yang dikenal sebagai Norma. Dari penjelasan tersebut dipahami bahwa individu memeng akan selalu melakukan hubungan sosial. Begitu halnya dengan para remaja yang cenderung memang menjadi makhluk sosial yang sangat aktif baik dilingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah.

Hubungan sosial yang dilakukan para remaja memang tidak seperti apa pergaulan remaja semestinya. Banyak faktor yang menyebabkannya mulai dari


(29)

tempat mereka bertemu, cara mereka bertemu. Berikut dijelaskan dalam foto tempat yang biasa dikunjungi para remaja di Kecamatan Sipispis sebagai tempat berpacaran dan menhhabiskan waktu untuk bersama.

Gambar 2: Lokasi perkebunan yang biasa digunakan remaja untuk bertemu.

Lokasi ini biasa mereka gunakan untuk bertemu baik iitu sekembalinya dari sekolah atau pun pada malam-malam tertentu baik itu malam minggu atau pun malam kamis dimana jika dimalam hari tempat ini akan menjadi tempat yang gelap dan jarang dilalui oleh orang. Namun bukan rasa takut yang dialami para remaja melainkan tempat seperti inilah yang mereka cari untuk bersama di malam


(30)

haari untuk mereka lalui bersama pasangannya. Rasa takut akan hal-hal tertentu mereka kesampingkan agar bisa berdua bersama pasangannya di tempat ini. Hanya satu yang mereka takuti jika sedang berada ditempat ini yaitu Hansip atau keamanan perkebunan yang sewaktu-waktu bisa hadir untuk melakukan patroli. Walaupun tidak hanya malam hari tempat ini dikunjungi tetapi juga siang hari, namun ada perbedaan cara berpacaran yang mereka lakukan antara malam hari dan siang hari. Paling tidak itulah yang menurut salah satu responden.

Fenomena memiliki pacar bagi kalangan remaja wanita ini terus berlanjut hingga saat ini. Memang Ada kecenderungan bahwa adalah sebuah kewajiban bagi remaja perempuan untuk memiliki pacar walau pun mereka masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Namun ada juga hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebuah pembiaran yang dilakukan orang tua terhadap apa yang dilakukan remajanya. Pembiaran yang dimaksud adalah orang tua hanya memberi larangan berpacaran pada remajanya namun tidak mampu memberikan penjelasan kenapa mereka dilarang berpacaran. Remaja itu sendiri memiliki pemahaman tentang pacaran yang menurut mereka bukanlah sebuah kesalahan dimana memang menurut beberapa dari mereka menjelaskan bahwa ada ha-hal tersendiri yang menjadi alasan mereka memiliki pacar pacar pada usia remaja. Ada banyak pemahaman para remaja tentang bagaimana berpacaran menurut mereka. Berikut tabel yang berisi konsep berpacaran menurut para remaja.


(31)

Tabel 3: Konsep Pacaran Bagi Remaja Hamil Di Luar Nikah

Informan Tempat Pacaran

Lama Pacaran

Usia Pacar Hal Minimal

Dilakukan Ketika berpacaran Fungsi Pacar Fungsi Teman Respon Lingkungan

*A T. Wisata 2 Jam Lebih tua Pegangan Tangan T. Berbagi Penting Menolak

*B Perkebunan 3 Jam Lebih tua Pelukan T. Berbagi Penting Menolak

*C T. Wisata 2 Jam Sebaya Pegangan Tangan Status Biasa Menerima

*D Rumah 2 Jam Lebih Tua Pegangan Tangan T. Berbagi Penting Menerima

*E Rumah 2 Jam Lebih Tua Pegangan Tangan T. Berbagi Penting Menolak

*F T. Wisata 2 Jam Lebih Tua Pegangan Tangan T. Berbagi Penting Biasa Saja

*G P. Jalan 2 Jam Lebih Tua Pegangan Tangan Status Biasa Menerima

*H P. Jalan 1,5 Jam Sebaya Pelukan Status Penting Menolak

*I T. Wisata 3 Jam Lebih Tua Pegangan Tangan T. Berbagi Penting Menolak

*J Perkebunan 2 Jam Lebih Tua Pelukan T. Berbagi Penting Biasa Saja

*K Perkebunan 2 Jam Lebih Tua Pegangan Tangan Status Penting Biasa Saja

*L T. Wisata 1 Jam Lebih Tua Pegangan Tangan T. Berbagi Penting Menolak

*M Perkebunan 2 Jam Sebaya Pelukan Status Penting Menolak

Remaja di Kecamatan Sipispis memiliki pola hidup yang sulit di duga dimana mereka mampu menjalin sebuah hubungan tanpa ada yang mengetahui. Dari tabel diatas dipahami bahwa responden memang memposisikan pacar mereka pada sesuatu yang penting dalam menjalani hari mereka. Hampir dari semua responden ada kesamaan dalam hal berpacaran, baik itu dari segi usia pacar yang dimilki maupun dari hal-hal yang biasa dilakukan dengan pacar mereka. Para responden juga beranggapan bahwa memiliki pacar itu adalah hal yang


(32)

penting walau pun masih duduk di Sekolah Menengah Pertama baik itu sebagai status dalam bergaul atau pun sebagai tempat berbagi. Tidak jarang pacar mereka menemui ditempat-tempat yang tidak jauh dari sekolah mereka dengan maksud agar bisa mengantar pulang dan bisa punya kesempatan untuk berdua. Sederhananya para remaja dapat memanfaatkan waktu kebersamaan mereka yang sedikit dengan membuat kesan diantara mereka dengan waktu yang sedikit tersebut mulai dengan berpelukan, berciuman atau sedikit bercumbu yang dimana apa yang mereka lakukan ini akan menjadi salah satu bahan cerita mereka ketika melakukan komunikasi dengan HandPhone.

Gambar 3: Perkebunan karet dan sawit yang biasa dijadikan tempat Pacaran

Seperti apa yang dikatakan oleh Ina Sari Menda Purba, dimana ia mengatakan bahwa tempat janjian adalah sebuah keharusan karena hanya ditempat itulah mereka bisa bertemu walaupun hanya sebentar namun memberikan kesan tersendiri bagi mereka. Lain halnya denga para remaja, para


(33)

orang tua mengatakan hal ini menjadi sebuah ketakutan bagi para orang tua. Keterbatasan waktu dan kesempatan menjadikan para orang tua tidak bisa selamanya memberikan pperhatian dan kontrol secara terus-menerus kepada remaja mereka. Seperti halnya yang dikatakan pak Warno (47) dimana beliau memang merasa sangat terbatas secara waktu untuk mengawasi remajanya. Beliau mengatakan bahwa sedikit banyaknya ia merasa bersalah dengan apa yang dilakukan remajanya. Meskipun beliau telah melakukan apa yang memang harus dilakukan sebagai orang tua, namun beliau pun masih merasa kurang baik. Secara fasilitas pendidikan memang hampir tidak ada yang kurang apa yang telah diberikan Pak Warno kepada remajanya, namun Pak Warno tetap meresa kurang dalam memberikan perhatian. Yang lebih menyedihkan menurut pak Warno, hal itu disadarinya setelah terjadi kasus pada remajanya.

Berbicara mengenai seperti apa hubungan sosial yang dilakukan remaja, memang sangat jelas berbeda. Pada kenyataannya, remaja yang memiliki pacar akan lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah menggunakan Hp untuk berkomunikasi dengan pacarnya. Memang tidak akan terlihat menonjol perbedaannya namun jika diperhatikan secara seksama akan sangat terlihat. Obantoru Purba yang berusia ±46 tahun menuturkan hal tersebut. Menurutnya remajanya memang cenderung sibuk dengan Hp yang dia miliki walau ketika berkumpul dengan keluarga sekalipun. Walau tidak jarang untuk diperingati, ia mengaku remajanya selalu saja memiliki cara untuk berkomunikasi dengan pacarnya. Tidak ingin terlalu mengekang, pak Obantoru pun hanya memperingati remajanya agar mampu menjaga diri. Kemarahan yang ditunjukkkan oleh beliau


(34)

kepada anaknya pun hanya seadanya dan tidak sampai melukai perasaan anaknya. Namun walaupun demikian, sebaik-baiknya orang tua mendidik anaknya semuanya akan kembali ke anak itu sendiri. Seperti apa dia membawakan dirinya terhadap lingkungannya. Itulah yang dijelaskan oleh Bapak Obantoru Purba kepada peneliti. Begitu banyak penjelasan beliau tentang remajanya, namun beliau tetap menyesali apa yang telah dilakukan anaknya. Beliau pun mengaku bahwa sampai saat ini belum terlalu siap dengan apa yang terjadi dengan anaknya. Buruknya tingkat komunikasi anak dengan orang tua dan difasilitasinya anak dengan Hp untuk mempermudah arus informasi yang didapat remaja menjadikan remaja tidak terlalu membutuhkan keberadaan keluarga. Berikut adalah tabel sederhana tentang apa yang akan dilakukan para remaja ketika tidak melakukan komunikasi dengan pacarnya.

4.2. Usia Pertama Pacaran

Dalam pergaulan selalu ada target tertentu yang harus dicapai para remaja baik itu menjadi sebuah kelompok atau pasangan yang paling perhatikan atau menjadi kelompok atau pasangan yang yang memang selalu menjadi acuan bagi kelompok atau pasanagn lainnya. Hal inilah yang cenderung terjadi dilingkungan sekolah. Banyak para remaja yang menganggap bahwa teman dan pacar itu sama pentingnya walaupun berbeda porsinya. Ina Sari (19) seorang responden yang merasa pada saat masih remaja bukanlah remaja yang mudah bergaul karena dia merasa ada kesulitan tersendiri dalam berteman karena dia memiliki kriteria tertentu dalam menentukan teman dan juga pacar. untuk melihatnya lebih jelas,


(35)

dapat dilihat pada tabel 4 dimana di tabel ini telah di bagi bagian-bagian usia pertama pacaran yang dilakukan remaja hamil di luar nikah.

Tabel 4: Usia Pertama Pacaran Pada Remaja Di Luar Nikah

Umur Pacaran Jumlah

1-3 Orang 4-6 0rang 7-9 Orang 10-13 Orang

11-13 tahun 1orang - - -

14-16 tahun - - - 10 orang

17-19 tahun - - 1 orang -

20-22 tahun - - - -

Lainnya 1 orang - - -

Dari 13 reponden yang ada, hampir kebanyakan mengalami pertama kali pacaran itu di usia antara 14-16 tahun. Dalam pembagiannya, ada empat orang yang pertama kali pacaran di usia 14 tahun dan ada enam orang yang berpacaran di usia 15 tahun. Sedangkan sisanya, satu orang mengalami pacaran pertama kali di usia 11 tahun dan satulagi kurang dapat mengingat kapan pertama kali ia pertama kali pacaran. Ada banyak pemahaman yang dimiliki para remaja tentang konsep berpacaran dimana pemahaman ini mereka dapat dari berbagai macam media. Jika dirata-ratakan, maka para remaja ini memulai berpacaran di saat masih di Sekolah Menengah Pertama. Jika dilihat dari media televisi, usia pertama mereka pacaran itu adalaah sangat wajar dan sudah pantas. Paling tidak itulah menurut mereka setelah melihat tayangan di televisi.


(36)

Leni (19) mengatakan bahwa ia pertama kali berpacaran adalah pada usia 14 tahun dimana pacar pertamanya memiliki usia lebih tua darinya. Ia mengatakan memilih pacar yang lebih tua karena menurutnya usia menentukan hubungan yang dia bangun. Karena usia sangat menetukan pengalaman dan menurutnya semakin lebih tua pacarnya akan lebih bisa mengarahkan kehubungan yang lebih baik. Untuk lebih dipahami pada usia 14 tahun menurut Leni usia yang lebih tua menurutnya adalah sekitar usia 15-17 tahun dimana ini juga menjadi usia yang masih sangat labil bagi seorang remaja laki-laki. Usia 14 tahu adalah dimana pada usia itu ia masih berada di bangku Sekolah Menengah Pertama yang jelas sangat masih muda terlebih hal tersebut terjadi di pedesaan dan usia 15-17 tahun adalah usia yang juga rawan dalam terjadinya kenakalan pada remaja.


(37)

Tidak adanya perbedaan yang menonjol antara desa dan kota dalam mendapatkan sumber informasi seperti internet, televisi, dan komunikasi. Hal ini jugalah yang mendorong para remaja lebih aktif mengakses semua informasi yang mereka cari dan butuhkan. Warung internet yang mulai tumbuh di daerah pedesaan, fitur Handphone yang semakin maju, tayangan Televisi yang beragam manjadikan para remaja seakan tidak membutuhkan orang lain dalam hal mendapatkan informasi. Itulah yang di paparkan oleh Ina Sari (19) saat ditanya persoalan pemahamannya tentang pacaran.

Dari 13 orang responden remaja yang mengalami kehamilan diluar nikah memang hampir sama dalam pemilihan kriteria pacar yang mereka inginkan. Dalam hal usia, hampir seluruhnya sama untuk mamiliki pacar sedikit lebih tua dari mereka. Ini akan menjadi jalan lain dari terjadinya kehamilan diluar nikah. Remaja SMP cenderung ingin memiliki pacar dari anak SMA, sedangkan anak SMA selalu mencari pacar yang sudah diatas mereka baik itu secara kelas atau pun statusnya bisa dari yang telah bekerja maupun yang kuliah.

Dengan cara berpacaran yang telah mereka lakukan memang sangat rentan terjadinya kehamilan diluar nikah. Ini terjadi karena bagi responden, tidak ada lagi jarak ketika bersama. Tidak ada lagi rasa takut dan sungkan para remaja untuk berpegangan tangan didepan umum, tidak ada lagi rasa segan untuk merangkul pasangan didepan umum, ini jelas memperlihatkan bahwa ada pergeseran budaya yang terjadi di Kecamatan Sipispis yang bisa dikatakan sangat lekat kehidupannya dengan kegiatan keagamaan. Sebagian orang tua mengatakan apa yang terjadi pada anaknya adalah hasil dari kemajuan teknologi informasi seperti yang


(38)

dikatakan Pak Ngatiman (46) yang anak ketiganya mengalami hal ini. Namun ada juga orang tua yang mengatakan bahwa ini adalah dampak dari sitem pendidikan yang salah karena kurangnya pendidikan moral, namun Pak Warno (50) juga melihat bahwa semua juga berperan dalam banyaknya fenomena kehamilan diluar nikah ini, mulai dari kurangnya kegiatan remaja dalam hal keagamaan, kreatifitas, dan lain sebagainya.

Dampak dari pergaulan yang begitu tidak terkontrol ini memang sangat negatif berupa keadaan yang tidak satu pun orang yang menginginkannya terutama orang tua. Orang tua harus menanggung bertumpuk masalah akibat dari apa yang terjadi pada anaknya mulai dari rasa malu, sakit hati, kecewa, sedih, dan harus mengubur mimpinya untuk memiliki anak yang berprestasi secara pendidikan dan mampu kuliah dan membanggakan orang tuanya.

Dari banyak kejadian kehamilan diluar nikah yang terjadi di Kecamatan Sipispis, orang tua dari 13 orang remaja yang menjadi responden memilih untuk menikahkan remaja mereka untuk mengurangi rasa malu kepada lingkungan. Walau pun tidak akan mengurangi pergunjingan antara masyarakat tentang pernikahan yang mendadak tersebut dan masih dalam keadaan masih sekolah, namun jalan keluar yang satu ini memang jadi pilihan yang paling banyak di pilih oleh orang tua yang anaknya mengalami hamil diluar nikah. Namun tidak hanya menikahkan yang menjadi pilihan, salah seorang remaja yang mengalami kasus serupa yang tidak dapat di jadikan responden karena sedang berada ditempat saudaranya yang jauh dari orang tuanya yang tinggal di salah satu desa di Kecamatan Sipispis. Ia di kirim orang tuanya jauh dari desa karena memilih tidak


(39)

ingin menikahkan anaknya yang mengalami kasus hamil di luar nikah. Namun sejauh observasi yang dilakukan, hanya satu kasus inilah yang penanggulangan kehamilannya dilakukan dengan cara menjauhkan pelakunya dari lingkungan tempat tinggalnya. Dan untuk yang menggugurkan kehamilan, ini tidak ada di temukan kasusnya. Walau pun sangat minim pengetahuan tentang kehamilan karena usia yang masih sangat belia, namun kebanyakan dari mereka memilih untuk tetap menjalankan kehamilannya dan melahirkan anak mereka.

4.3. Pengetahuan Seksual Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah

Remaja adalah usia yang sangat sensitif dalam hal menerima informasi yang mereka terima dari berbagai media dimana remaja sangat mudah menerapkan informasi yang mereka terima tanpa tahu mana baik dan buruknya informasi yang mereka terima. Kehadiran pacar yang mereka miliki sedikit banyak mempengaruhi pola perilaku mereka dalam merespon informasi yang mereka terima. Tidak hadirnya orang tua dalam memberikan pengetahuan seks kepada remaja menjadikan remaja belajar dari media-media yang ada mulai dari aplikasi Handphone, Warnet, dan lain sebagainya. Hilangnya fungsi Puskesmas dalam memberikan pelayanan dan pembelajaran kepada remaja tentang pengetahuan Seksual juga sangat disayangkan karena Puskesmas adalah barisan terdepan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan kesehatan di wilayah Kecamatan baik itu Kecamatan Sipispis ataupun Kecamatan lainnya.


(40)

Gambar 5: Perkebunan yang biasa digunakan untuk tempat berduaan

Gambar ini sedikit banyaknya mewakili tempat-tempat yang banyak dikunjungi para remaja bersama pasangannya. Selain tempat menghabiskan waktu untuk bersama, tempat-tempat ini juga menjadi lokasi mencari kenalan untuk para remaja dengan harapan selanjutnya bisa menjadi pacar mereka. Kontrol yang kurang dari semua pihak menjadikan kebiasaan ini tidak bisa dihindari dan akhirnya hai yang tidak diinginkan pun tidak dapat di pungkiri. Puskesmas yang mengalami disfungsi dan diiringi oleh semakin cepat dan mudahnya informasi yang dari media elektronik menjadikan banyaknya informasi salah yang diterima remaja dan tidak bisa dibalas dengan informasi yang benar oleh yang bersangkutan dengan hal tersebut. Satu hal kemajuan media informasi


(41)

memberikan pengaruh positif dalam hal kecepatan informasi yang diterima, namun dari hal lain tidak sedikit pengaruh negatif yang diberikan, mulai dari informasi yang salah, ataupun pemahaman yang salah dari informasi yang diterima. Proses dari pengetahuan remaja dapat dilihat secara mudah pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 5: Pengetahuan Seksual Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah

Jumlah Informan Sumber Informasi

Media Cetak

Internet Televisi Guru Orang tua

Penyuluhan Kesehatan

Jumlah

1-3 - 1 1 - - - 2

4-6 - 4 - 1 - - 5

7-9 - - 1 1 - - 2

10-13 - 2 - 1 1 - 4

Jumlah 1 4 1 6 1 0 13

Data diatas memperlihatkan bahwa sumber pengetahuan remaja hamil di luar nikah kebanyakan adalah dari media internet dimana informasi itu sangat diragukan kebenarannya. Walaupun sangat sedikit tingkat kebenaran dari informasi yang didapat, namun informasi itulah yang dijadikan para remaja tersebut sebagai pedoman pengetahuan seks mereka. Dalam perjalanannya, televisi juga berperan dalam mendidik para remaja dalam hal pengetahuan mereka tentang sebuah hubungan. Walaupun hubungan Seks tidak ditunjukkan secara langsung, namun secara proses terjadinya hal itu sedikit banyaknya telah dijelaskan dalam acara di Televisi mulai dari film, sinetron, dan realityshow,


(42)

mulai dari bagaimana mereka berpacaran, seperti apa mereka memperlakukan pasangan mereka, tempat-tempat seperti apa yang mereka jadikan tempat berpacaran dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi apa yang ditiru para remaja.

Mudah ditemukan adanya tempat untuk meniru adegan-adegan yang mereka lihat di media seperti tempat wisata yang dapat dilihat dalam foto menjadikan kemungkinan akan terjadinya hubungan seks di luar nikah lebih besar. Memang ada tarif untuk tempat seperti itu dimana persatu tempat yang berukuran 1x1 meter ini dihargai sebesar Rp 5.000-Rp 10.000 sekali pakainya. Sama halnya dengan Gambar 2 yang juga bertarif dalam pemakaiannya, bedanya jika gambar 2 lebih tersendiri sedangkan gambar berikut ini lebih dekat dengan warung-warung yang ada dengan dagangan yang bervariasi mulai dari makanan hingga minuman sehingga ada alasan remaja untuk berada ditempat ini. Pemilik tempat ini pun terkesan memang menyediakan tempat ini sebagai salah satu bentuk cara mereka mencari pelanggan untuk tempat mereka.

Tempat yang dimaksud dapat dilihat dibawah ini dimana dapat dilihat memang sangat sederhana namun memang lingkungan seperti ini mendukung apapun yang dilakukan para remaja walau tidak ekstrim namun untuk sebatas bermesraan yang dilakukan kalangan remaja tidak sulit untuk dilihat ditempat ini pada hari-hari tertentu. Kontrol yang dilakukan lingkungan pun sulit untuk ditemui untuk daerah-daerah seperti ini, ada banyak hal yang mendasari terjadinya hal tersebut mulai dari ini adalah tempat wisata dan dikelilingi daerah perkebunan.


(43)

Gambar 6: Fasilitas yang diberika Tempat Wisata yang ada di Kecamatan Sipispis

Dari gambar ini dapat dilihat seperti apa sebenarnya fasilitas yang telah disediakan secara sengaja maupun tidak sengaja tetap memberi peluang kepada remaja untuk melakukan hal-hal diluar normal yang dilakukan para remaja pada umumnya. Sederhananya adalah lingkungan memberikan fasilitas kepada remaja melakukan hal-hal yang melanggar norma baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tempat ini dikelilingi pepohonan rimbun yang membatasi orang lain untuk melihat apa saja yang dilakukan para remaja di bilik-bilik yang tersebut. Pemandangan yang langsung menuju sungai juga mendajikan tempat ini menjadi sangat ekslusif dan terjaga kerahasiaanya.


(44)

4.4. Keresahan Remaja Hamil Di Luar Nikah

Remaja dengan rasa ingin tahunya yang besar memang tidak memiliki rasa takut untuk mencoba hal-hal yang baru. Mereka sangat berani dalam hal melakukan apapun yang belum pernah mereka lakukan tanpa berpikir resiko apa yang akan mereka dapat dari tindakan yang mereka lakukan. Ini jugalah yang dilakukan para remaja hamil di luar nikah di Kecamatan Sipispis dimana rasa takut itu dapat mereka singkirkan karena besarnya rasa ingin tahu mereka. Namun, akibat dari coba-coba ini adalah sebuah keadaan dimana para remaja ini mengalami ketakutan luar biasa dengan apa yang telah terjadi kepada mereka. Seperti halnya hamil di luar nikah dimana ini adalah menjadi sebuah aib yang luar biasa memalukan bagi keluarga. Inilah yang menjadi keresahan remaja hamil di luar nikah setelah mereka mendapat akibat dari apa yang mereka lakukan. Sebagian dari responden merasa sempat putus asa dengan apa yang telah dialaminya karena merasa telah menjadi sesuatu yang memalukan bagi kedua orang tuanya dan keluarga besar mereka. Remaja hamil diluar nikah pun merasa bahwa apa yang telah mereka alami adalah sebuah kesalahan fatal dan tidak bisa di tebus dengan apapun. Di sebuah desa di Kecamatan Sipispis pernah terjadi sebuah tindakan bunuh diri dengan melompat dari jembatan hingga meninggal dunia karena tidak bisa menahan apa yang telah dialaminya. Walau pun kasus ini baru terjadi sekali di Kecamatan Sipispis namun ini dapat dijadikan salah satu acuan bahwa ada banyak kemungkinan buruk yang bisa terjadi pada remaja setelah apa yang terjadi pada mereka. Apa yang mereka rasakan dan pikirkan akan berujung pada sebuah keresahan yang sangat mengganggu bagi mereka yang


(45)

dapat mendorong mereka melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan baik bagi remaja maupun bagi keluarganya. Namun apapun kerugiannya, para remaja itu tidak akan terlalu memikirkan itu karen mereka hanya berpikir tentang bagai mana masalah yang mereka alami tidak menjadi pikiran mereka. Keresahan remaja hamil di luar nikah dapat dilihat pada tabel 5 berikut;

Tabel 6 : Keresahan Remaja Hamil Di Luar Nikah

No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah

Responden

1 Yang pertama kali anda beri tahu jika sedang hamil?

Orang tua Tetangga Guru Teman 4 Pilihan

Jawaban

Responden 4 0 5 4 13

2 Kapan berhenti

sekolah?

SD SMP SMA Kuliah 4 Pilihan

Jawaban

Responden 1 4 7 1 13

3 Bagaimana

menjalani Rumah Tangga dengan kondisi ini?

Yakin Ragu-ragu Biasa Saja Bingung 4 Pilihan Jawaban

Responden 1 5 2 13

4 Rencana untuk

rumah tangga yang akan dibangun?

Tidak Tahu

Tidak Paham

Tidak ada Bingung 4 Pilihan Jawaban

Responden 7 4 1 1 13

Dari tabel diatas dapat dilihat beberapa yang menjadi keresahan yang dialami remaja hamil di luar nikah. Dari keresahan ini para remaja menjadi sangat sensitif dalam hal bergaul dan menyampaikan apa yang telah mereka alami


(46)

kepada orang tuanya. Keresahan ini lebih diakibatkan ketakutan terhadap apa yang akan terjadi kepada orang tua mereka seperti halnya yang ada di tabel.

Dari 4 keresahan yang coba dipertanyakan kepada remaja, Leni (19) menjelaskan semua hal yang disebutkan adalah semua ketakutan yang ada dalam pikirannya ketika kejadian tersebut datang padanya. Akan menjadi sebuah dilema apakah akan memberitahukan apa yang akan dialaminya atau hanya didiamkan saja untuk menghidari katakutannya tersebut. Namun ia mengaku bahwa keadaan memaksanya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Leni, sebenarnya ia memiliki 2 pilihan untuk kadaannya saat itu yaitu antara menggugurkannya atau memberitahu kepada orang tuanya dengan semua resiko yang ada. Namun untuk pilihan pertama ia mengaku tidak tahu harus melakukannya dimana dan lebih besar rasa takutnya melakukan hal tersebut, satu sisi ia menyadari usianya yang masih sangat muda dan masih sangat tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya.

Inilah masalah besar yang dialami para remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah. Keresahan yang mereka rasakan di tambah dengan ketakutan dengan hal-hal yang mungkin terjadi pada orang tua mereka jika mengetahui apa yang dialami anaknya. Pak Ramlan (50) menuturkan seperti apa saat ini pertama kali mengetahui sesuatu telah terjadi pada remaja putrinya. Anak ketiganya mengalami hal ini ketika masih duduk di bangku sekolah. Beliau berkata seakan bumi ini akan runtuh, apa yang dia harapkan pada putrinya, apa yang telah dia sediakan untuk putrinya semuanya menjadi sia-sia. Beliau juga mengatakan jika ini adalah untuk pertama kalinya terjadi pada keluarganya. Sehingga memang


(47)

beliau mengaku sangat terpukul dan tidak tahu harus berbuat apa-apa dan semua urusan dia serahkan pada anak sulungnya. Walau merupakan aib, menurutnya cukup banyak pelajaran yang ia dapat dari kejadian ini terlebih dalam hal memperlakukan anak. Walau mengaku sebagai orang tua yang cukup ketat kepada anak, namun menurutnya itu saja tidak cukup karena ada hal-hal yang memang dapat diberikan orang tua kepada anaknya. Ketika ditanya masalah memberikan palajaran Seksual kepada remajanya, beliau berpendapat bahwa keluaganya tidak pernah membicarakan hal itu dalam keseharian mereka. Terlalu aneh membicarakan hal demikian kepada anaknya. Itulah menurut Pak Ramlan.

4.5. Tanggapan Orang Tua Dan Masyarakat Yang Mengetahui Anaknya Hamil Di Luar Nikah

Dengan cara berpacaran yang telah mereka lakukan memang sangat rentan terjadinya kehamilan diluar nikah. Ini terjadi karena bagi responden, tidak ada lagi jarak ketika bersama. Tidak ada lagi rasa takut dan sungkan para remaja untuk berpegangan tangan didepan umum, tidak ada lagi rasa segan untuk merangkul pasangan didepan umum, ini jelas memperlihatkan bahwa ada pergeseran budaya yang terjadi di Kecamatan Sipispis yang bisa dikatakan sangat lekat kehidupannya dengan kegiatan keagamaan. Sebagian orang tua mengatakan apa yang terjadi pada anaknya adalah hasil dari kemajuan teknologi informasi seperti yang dikatakan Pak Ngatiman (46) yang anak ketiganya mengalami hal ini. Namun ada juga orang tua yang mengatakan bahwa ini adalah dampak dari sitem pendidikan yang salah karena kurangnya pendidikan moral, namun Pak Warno (50) juga


(48)

melihat bahwa semua juga berperan dalam banyaknya fenomena kehamilan diluar nikah ini, mulai dari kurangnya kegiatan remaja dalam hal keagamaan, kreatifitas, dan lain sebagainya.

Dampak dari pergaulan yang begitu tidak terkontrol ini memang sangat negatif berupa keadaan yang tidak satu pun orang yang menginginkannya terutama orang tua. Orang tua harus menanggung bertumpuk masalah akibat dari apa yang terjadi pada anaknya mulai dari rasa malu, sakit hati, kecewa, sedih, dan harus mengubur mimpinya untuk memiliki anak yang berprestasi secara pendidikan dan mampu kuliah dan membanggakan orang tuanya.

Dari banyak kejadian kehamilan diluar nikah yang terjadi di Kecamatan Sipispis, orang tua dari 13 orang remaja yang menjadi responden memilih untuk menikahkan remaja mereka untuk mengurangi rasa malu kepada lingkungan. Walau pun tidak akan mengurangi pergunjingan antara masyarakat tentang pernikahan yang mendadak tersebut dan masih dalam keadaan masih sekolah, namun jalan keluar yang satu ini memang jadi pilihan yang paling banyak di pilih oleh orang tua yang anaknya mengalami hamil diluar nikah. Namun tidak hanya menikahkan yang menjadi pilihan, salah seorang remaja yang mengalami kasus serupa yang tidak dapat di jadikan responden karena sedang berada ditempat saudaranya yang jauh dari orang tuanya yang tinggal di salah satu desa di Kecamatan Sipispis. Ia di kirim orang tuanya jauh dari desa karena memilih tidak ingin menikahkan anaknya yang mengalami kasus hamil di luar nikah. Namun sejauh observasi yang dilakukan, hanya satu kasus inilah yang penanggulangan kehamilannya dilakukan dengan cara menjauhkan pelakunya dari lingkungan


(49)

tempat tinggalnya. Dan untuk yang menggugurkan kehamilan, ini tidak ada di temukan kasusnya. Walau pun sangat minim pengetahuan tentang kehamilan karena usia yang masih sangat belia, namun kebanyakan dari mereka memilih untuk tetap menjalankan kehamilannya dan melahirkan anak mereka.

Rosnim (42) seorang Bidan Desa yang membuka praktik persalihan di desa Sipispis mengatakan bahwa dalam pertengahan tahun 2012 hingga pertengahan 2014 ia mendapat lebih dari 10 pasien hamil yang usianya di bawah usia 20 tahun dimana di usia itulah secara dunia kebidanan wanita itu lebih tepat untuk menjalani kehamilan di usia minimal 20 tahun. Bukan jumlah yang kecil untuk hanya untuk satu praktek kebidanan dimana dari penjelasan dari Ibu Rosnim dari informasi yang didapat diaman hampir dari semua pasiennya tersebut adalah pelaku kasus kehamilan diluar nikah. Beliau juga mengatakan bahwa semua pasiennya memilih untuk melahirkan anaknya walau pun menurutnya ada juga yang anaknya tidak selamat dalam kelahirannya di karenakan minimnya pengetahuan remaja tersebut tentang kehamilan. Keluarga umumnya orang tua memang tidak bisa dilepaskan dari pembentukan karakter seorang remaja sehingga tidak sedikit orang tua yang merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada remajanya dan tidak sedikit juga yang merasa kecewa berat kepada anaknya karena merasa sudah memberikan segalanya kepada anaknya. Keluarga memang harus memberi peran aktif sebelum terjadi sesuatu yang diinginkan. Dalam tabel 6 dijelaskan apa-apa saja yang biasa orang tua lakukan setelah mengetahui apa yang telah terjadi pada remaja mereka.


(50)

Tabel 7 : Tanggapan Orang Tua Dan Masyarakat Yang Mengetahui Anaknya Hamil Di Luar Nikah.

Pertanyaan Jawaban Pilihan

Responden

A B C D E 1 2 3 4

Kenapa hamil di luar nikah bisa terjadi?

Sistem Pendidikan Faktor orang tua Teknologi Informasi Pergaulan /Teman

Lainnya D A C D

Apa yang dilakukan orang tua jika remaja mengalami hamil di luar nikah?

Marah Diam Pasrah Bingung Menutup

diri

A D C D

Dari mana

mengetahui anaknya mengalami hamil di luar nikah?

Anak sendiri

Temann ya

Guru Tetangga Lainnya C A A C

Tanggapan keluarga besar tentang kejadian ini?

Mencela Marah Sedih Memberi

semangat

Lainnya A

A C B Usaha yang dilakukan untuk kembalikan nama baik anak?

Menikahkan Menitipk an pada saudara

Mengakui apa adanya

Biasa saja lainnya D B A A

Dampak terbesar yang dirasakan orang tua?

Strees Kurang makan

Kurang tidur

Biasa saja Lainnya A C B A

Apakah merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada anak anda?

Ya Tidak Y Y Y Y

Apakah melarang anak punya pacar? Ya Tidak Y Y Y Y

Adakah rasa malu pada tetangga atau keluarga besar?

Ya Tidak Y Y Y Y

Adakah campur tangan orang tua ketika anaknya yang hamil di luar nikah telah berumah tangga?

Ya Tidak T T Y Y

Data diatas menjelaskan seperti apa sebenarnya tanggapan orang tua yang anaknya mengalami hamil di luar nikah. Adapun yang menjadi responden dalam tabel ini adalah responden orang tua yang anaknya pernah mengalami hamil di


(51)

luar nikah. Responden dalam tabel ini adalah angka 1 sampai 4 dimana jawaban mereka adalah telah tersedia dalam pilihan. Dari tabel ini dilihat bagi mana tanggapan dan tindakan orang tua jika anaknya mengalami kejadian hamil di luar nikah.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa orang tua sangat kecewa kepada remaja yang mengalami hal tersebut namun tetap memberikan jalan keluar walaupun sulit. Menikahkan remajanya adalah pilihan terbaik bagi para orang tua. walaupun sebenarnya tidak mengurangi pembicaraan orang tentang keadaan anak mereka, namun paling tidak menghindari stres pda anaknya dan rasa malu yang lebih besar dengan lahirnya seorang anak namun tidak diketahui siapa ayahnya. Mengenai pesan yang diberikan orang tuanya ketika berumah tangga, tidak semua mendapatkan hal itu dari orang tuanya. Beberapa responden mengaku ada orang tua yang menjadi dingin terhadap mereka dalam artian tidak mau perduli lagi dan tidak lagi mencampuri kehidupannya secara langsung. Dan dari pesan yang diberikan orang tua,

4.6. Bidan dan Penanganan Remaja Hamil Di Luar Nikah

Rosnim (49) seorang bidan yang membuka praktik perbidanan di desa Sipispis dan juga seorang PNS di Puskesmas Kecamatan Sipispis menjelaskan bahwa kehamilan diluar nikah di Kecamatan Sipispis ini adalah sebuah keadaan yang tidak biasa. Ia mengatakan jika dalam dua tahun tekahir yaitu antara tahun 2012 hingga tahun 2013 dia telah menerima lebih dari 10 remaja hamil di tempat prakteknya. Beliau mengatakan usia mereka dibawah usia standar kesehatan untuk menjalani kehamilan yaitu 20 tahun. Ini adalah kondisi yang menurut bidan


(52)

Rosnim dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan baik kepada remajanya atau pun kepada anak yang dikandungnya. .

Tabel 8: Bidan dan Penanganan Remaja Hamil Di Luar Nikah

Responden Bidan Kemudahan/Kesulitan Menghadapi Ibu Hamil Berdasarkan Usia

16-19 Tahun 20-24 Tahun

B 1 Sangat tidak paham tentang

kehamilan dan rentan dengan kegagalan dalam melahirkan anak yang sehat

Lebih menghadapi kehamilan dari faktor mental dan fisik

B 2 Agak kurang peduli dengan

kehamilan terlihat dengan

jarangnya melakukan pemeriksaan kehamilan

Pola hidupnya ketika mengandung lebih teratur karena memang melakukan persiapan menghadapi kehamilan

B 3 Terkesan kurang mengharapkan

kehamilannya sehingga terkesan hidup dengan apa adanya dan kurang peduli dengan Gizi kandungannya

Tidak sulit untuk diarahkan untuk tetap mengontrol kehamilan

Data ini memperlihatkan bagaimana semua yang dipersiapkan akan lebih mapan dalam menghadapi segala kehamilan. Kehamilan yang diakibatkan “kecelakaan” menurut para bidan lebih rentan dalam mengalami gangguan kehamilan karena memang kurang siap dengan keadaannya. Sedangkan yang berusia 20 tahun keatas, walau merupakan pengalaman kehamilan pertamanya terlihat lebih siap karena memang sudah dipersiapkan, itulah menurut Bidan Rosnim. Beliau juga mengakui jika Puskesmas tidak pernah melakukan sosialisasi tentang hal ini dan di tanya secara pribadi pun beliau tidak pernah melakukan sosialisasi pada masyarakat baik secara luas maupun secara kecil dilingkungan tempat tinggalnya.


(53)

BAB V

PENUTUP

5.1.KESIMPULAN

Pada dasarnya segala penyimpangan akan berujung pada sebuah keadaan yang tidak diinginkan. Menurut pandangan normatif penyimpangan adalah pelanggaran terhadap norma yang telah menjadistandart peenting, yang menurut Blake dan Davis (1964) sebagai “apa yang boleh dan tidak boleh dipikirkan, dikatakan, atau dilakukan dalam situasi tertentu”. Pelanggaran norma sering digambarkan sebagai reaksi atau saksi dari pengendalian sosial. Sanksi merupakanwujud tekanan dari masyarakat agar individu mematuhi norma. Norma tidak muncul begitu saja di dalam masyarakat melainkan norma tercipta, dijaga, dan disebarluaskan dari satu orang ke orang lainnyadalam masyarakat. Lebih jauh lagi, norma dan penyimpangan berhubungan langsung dengan struktur masyarakat.

Adanya pengurangan norma diakibatkan semakin bebasnya cara hidup masyarakat di pedesaan seiring dengan menjadikan kontrol sosial dikalangan masyarakat pun semakin berkurang. Minimnya kegiatan yang melibatkan remaja baik dilingkungan tempat tinggal maupun di sekolah menjadikan para remaja mencari hal-hal negatif guna mengisi harinya, mulai dari aktif di warung internet, sibuk dengan fitur handphe, atau pun


(54)

menonton televisi. Ini menjadikan remaja menjadi sosok yang konsumtif akan hal-hal seperti itu.

Peran keluarga yang juga mulai minim serta adanya anggapan beberapa orang tua bahwa apa yang dilakukan remajanya merupan sesuatu yang wajar dan tidak perlu dilarang sehingga para remaja merasa mendapat angin kebebasan. Tidak aktifnya orang tua untuk bertanya kepada remajanya secara rutin tentang kesehariannya juga membuat dorongan pada diri remaja bahwa dia memang tidak diperdulikan. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Dewi (20) dimana ada kesan dalam dirinya jika memang orang tua itu tidak terlalu mau tahu apa yang dilakukan remajanya sehingga pasangannyalah yang menjadi tempat berbagi dari apa yang dialaminya. Itulah jika dilihat dari posisi orang tua dalam keseharian para remaja.

Sedangkan jika dilihat dari fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan di daerah Kematan Sipispis juga tidak memberikan perannya sama sekali dalam memberikan sosialisasi tentang bahaya dari apa yang telah dilakukan para remaja tersebut. Puskesmas kehilangan fungsi sebagai penyuluh dan pelayan kesehatan karena element dari Puskesmas itu memang tidak berjalan karena sistem kerjanya yang tidak jelas dari segala struktur yang ada di puskesmas tersebut. Minimnya kepercayaan terhadap Puskesmas juga jelas terlihat dari lebih banyaknya masyarakat periksakan diri di prakti-praktik kesehatan yang ada.


(55)

Apa yang dialami remaja hamil di luar nikah adalah fenomena yang terstruktur terjadinya mulai dari sistem pendidikan yang memang terlalu kaku dalam mengajarkan dan mensosialisasikan buruknya hamil di luar nikah terhadapp remaja, sampai orang tua yang memang hanya berperan sebagai orang tua yang memenuhi segala kebutuhan anak dan tidak bisa menjadi tempat berbagi untuk anaknya. Sedangkan dari fungsi pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas tidak pernah sama sekali memberikan sosialisasi tentang bahayanya kehamilan yang terjadi dibawah usia 20 tahun dan dari semua kondisi ini menjelaskan bahwa semua element berperan dalam semakin maraknya kejadian hamil di luar nikah. Kesalahan tidak hanya kesalahan perorang pada remaja, namun semua sistem yang meliputinya juga memberi andil dan perannya masing-masing dari maraknya kejadian ini.

5.2.SARAN

Maraknya kejadian hamil di luar nikah tidak lepas dari kurangnya norma yang ada dimasyarakat sebagai pengontrol setiap perilaku masyarakatnya. Dari semua kejadian yang ada, memang tidak ada alasan yang pasti diberikan oleh para remaja mengapa mereka bisa melakukan hubungan seks yang berujung pada terjadinya hamil di luar nikah. Adapun yang menjadi Saran dari penulis di urutkan menjadi beberapa bagian sebagai berikut;


(56)

 Membuat kesepakatan antar warga untuk membuat semacam norma untuk mengatur semua tingkah laku remaja tanpa harus mengekang aktivitasnya.

 Memberikan atau menciptakan dan menggiatkan kembali kegiatan positif bagi para remaja untuk mengisi kesehariannya setelah sekolah. Untuk sekolah misalnya perkuat fungsi ektrakulikuler disekolah, untuk keagamaan memperkuat peran remaja mesjid bagi islam dan mudamudi gereja bagi kristen, dan dilingkungan tempat tinggal coba sibukkan dengan kegiatan olahraga atau organisasi kepemudaan. Semakin banyak kegiatan yang dikonsep secara menarik, akan menjadikan para remaja memiliki kesibukan dan akan melupakan hal-hal negatif.

 Orang tua, Guru, dan Puskesmas harus berkordinasi dalam memberikan sosialisasi serta pengetahuan seks juga memberitahu bahaya dari kehamilan di luar nikah terlebih di usia muda.

 Memberikan pendidikan sejak dini tentang tata kramah, sopan santun, dan seperti apa kegiatan yang bermoral kepada anak sehingga generasi selanjutnya anak lebih hati-hati dalam bertindak.


(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah

Ada banyak kejadian atau kasus kehamilan sebelum nikah pada remaja yang terjadi di Indonesia dimana dari tahun ketahun jumlahnya terus menerus meningkat dan terkesan sulit untuk dikendalikan. Terjadinya hal ini dikarenakan adanya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis mereka dimana ini didasari dari adanya perubahan fisik dan masa puber yang dialami para remaja. Dalam perjalanannya, remaja akan berusaha mencari peluang agar dapat melakukan hubungan yang dimana menurut mereka ini merupakan sebuah bentuk bukti dan komitmen dalam melakukan hubungan pacaran, mulai dari sentuhan fisik, bercumbu dan tidak jarang diakhiri dengan hubungan seks pranikah. Dalam fenomena yang terjadi, didapat banyak faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah yang berujung pada terjadinya hamil diluar nikah. Faktor tersebut diklasifikasikan kedalam dua jenis faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

 Faktor Internal

Faktor internal sendiri terdiri dari pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko,kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status


(58)

perkawinan. Faktor ini lebih kepada pengembangan diri dan adaptasi diri terhadapm situasi dan keadaan dilingkungan sekitarnya. Faktor internal sebenarnya cenderung kepada satu aspek yaitu masalah pengetahuan dan pemahaman remaja akan hal tersebut, dimana dalam faktor internal ini pengetahuan dan pemahaman remaja tentang hubungan seks pranikah merupakan aspek yang secara langsung mempengaruhi para remaja dalam melakukan hubungan hubungan seks pranikah yang berujung pada terjadinya hamil diluar nikah. Katidaktahuan dan ketidakpahaman remaja menyebabkan mereka menjadi penasaran dan cenderung ingin mencari tahu seperti apa sebenarnya hubungan seks tersebut. Sedangakan ketika mereka sudah tahu dan paham tentang hal tersebut, ini cenderung menyebabkan keinginan untuk mengulanginya kembali karena adanya ketagihan yang dirasakan remaja tanpa berpikir seperti apa resikonya kedepan.

 Faktor Eksternal

Sedangkan Faktor eksternal sendiri adalah faktor selanjutnya yang mempengaruhi banyaknya terjadi kasus kahamilan ini, dimana dalam faktor ini di dapat beberapa bagian didalamnya yaitu kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. Atau dapat disingkatkan bahwa lingkungan juga dapat berperan dalam memberi pengaruh terhadap perilaku seseorang terutama remaja. Dalam faktor eksternal ini sendiri, hubungan antara remaja dan keluarga menjadi perhatian yang cukup besar dimana keadaan dan kondisi keluarga menjadi tolak ukur dari banyaknya kejadian hamil diluar nikah ini. Baik buruknya komunikasi antara


(59)

seorang remaja dengan anggota keluarga yang lain, akan jelas mempengaruhi sikap dan perilaku remaja di luar keluarganya dalam hal ini pergaulannya diluar keluarga. Semakin baik komunikasinya dengan keluarga, akan lebih sedikit kemungkinan seorang remaja itu mencari apa yang mereka sebut ketenangan diluar keluarga. Mereka akan cenderung menyelesaikan persoalan yang mereka alami bersama keluarga. Sebaliknya, semakin buruk komunikasi yang terjadi dalam keluarga, akan menyebabkan remaja itu mencari apa yang dapat menyelesaikan masalahnya diluar keluarga, bisa itu teman, atau pacar mereka yang dapat berujung kepada terjadinya hubungan seks pranikah itu sendiri (Ririn. Dkk, 2011).

Namun untuk faktor eksternal, selain keluarga ada beberapa hal lain yang juga dapat mempengaruhi remaja yaitu sumber informasi dimana dapat dirincikan yaitu perkambangan dunia media baik elektronik maupun suerat kabar. Dalam ha ini, media massa cenderung megarahkan para remaja ingin menjadi seperti apa dalam keseharian mereka. Televisi contohnya, dengan acara-acara dan iklan yang mereka buat akan memberikan kasan tersendiri bagi remaja tidak terkecuali hal-hal yang berbau pornografi dan seks (Suryanto dan Kuwatono, 2010). Ini akan menjadi faktor eksternal yang sangat mendasar yang mempengaruhi para remaja dalam berperilaku dan berinteraksi dalam kesehariannya.


(60)

2.2Peran Orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada remaja

Dalam pembahasan yang dilakukan Jumiatun menemukan fakta bahwa ternyata dari 327 responden yang pernal melakukan hubungan seks pranikah 3,1 % lebih beresiko mengalami KTD (kehamilan tidak diinginkan). Dalam penelitiannya juga dijelaskan bahwa kontrol terhadap anak saja tidak cukup, namun komunikasi yang baik juga harus dibangun. Ada 72,2% orang tua yang kurang terbuka jika berbicara tentang seks dan reproduksi, sedangkan yang kurang mengkomunikasikan tentang kesehatan reproduksi ada sekitar 70,9%, dan ada 63,6% orang tua yang tidak pernah mendiskusikan program televisi yang di tonton oleh remaja. Sedangkan dari intensitas komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja, ada 85% orang tua memberi tahukan kepada remaja hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, 79,5% orang tua memberitahukan batasan antara lawan jenis, namun ada 62,7% orang tua kurang berperan dalm penyelesaian masalah yang dihadapi oleh remaja. Kurangnya informasi yang didapat remaja dari orang tua menjadikan remaja cenderung mencari jawaban dari media yang ada. 71,6% remaja memilih media cetak majalah sebagai sumber informasi, 68,8% memilih koran, dan 50,5% memilih tabloid (Jumiatun, 2012).

Selain itu, dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa Keluarga merupakan elemen penting dalam pembentukan karakter seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berperan sebagai pemberi arah dan kontrol bagi anggotanya sebagai sebuah institusi. Adanya peran-peran tertentu dalam keluarga mengharuskan adanya kelas-kelas tertentu yang disepakati dalam sebuah keluarga.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dimana atas rahmat dan jalanNya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan diakhiri dengan penyusunan dan penilisan skripsi ini. Paling istimewa ingin penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya D. Silalahi dan H. Br.Sumbayak, dua sosok yang paling saya banggakan dan jadikan pedoman dalam menjalani hidup saya. Segalanya tiada terasa tanpa kalian berdua karena semua ini juga kupersembahkan hanya untuk kalian berdua. Ayah, mama terimakasih untuk segala macam bentuk dukungan kalian baik materil, moril, dan segala bentuk dukunga yang tak dapat lagi tersebutkan apa saja bentuknya. Semoga Allah SWT memberikan nikmat kesehatan, nikmat kebahagiaan, nikmat rezeki, nikmat panjang umur kepada kalian berdua hingga dapat terus mengarahkan langkah anak kalian ini. Amien. Untuk sementara, aku harap Skripsi ini mampu menjadi sedikit kebahagiaan bagi ayah mama setelah sekian lama menunggu kelulusanku.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si selaku Dekan Fisip USU, Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi dan semua staf yang ada di Departemen Sosiologi. Terimakasih juga buat Kak Veni, Kak Betty yang banyak membantu urusan administrasi mulai dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai. Juga tidak lupa saya ucapkan rasa bangga dan terimakasih kepada semua Dosen dan ass.Dosen yang telah memberikan pelajaran dan pangarahan kepada saya, terimakasih banyak.

Ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada Bapak Prof. Rizabuana, M.Phil., Ph.D., yang telah bersedia menjadi dosen Pembimbing Skripsi saya. Terimaksih untuk semua kemudahan yang bapak berikan, masukan yang bapak berikan, dan bantuan yang mungkin memang tidak terlihat namun dapat saya rasakan. Terimakasih telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dan pengertian dengan semua keadaan saya. Semoga Bapak tetap dalam lindungan


(2)

Allah SWT dan disertai dengan rahmat dan rizkinya. Saya juga berharap semoga Bapak tetap mengabdi di Fisip secara umum dan Sosiologi secara khusus. Amin.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudariku yang paling ku banggakan, Abah Irwan, Kak Unita, Abah Mora, terimakasih buat semua paksaan dan tekanannya sehingga aku bisa bergerak kerjakan Skripsiku ini. Jauh dari itu, semua bantuan dan do’a dari kalianlah yang paling penting untuk kuucapkan terimakasih. Untuk semua keluarga besar juga tidak lupa saya ucapkan terimakasih, Tulang, Panggi, Ocik, Uwak, Lae, Kaha, dan semuanya. Istimewa Buat Op. Omak yang selalu membelaku saat diejek keluarga yang lain tentang perkuliahanku. Tetap panjang umur pung!

Rasa Terimaksih paling tidak jelas saya ucapkan kepada kawan-kawan Nalar Cepat Mental Kuat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu untuk menghindari Kecemburuan Sosial diantara kita. Sukses untuk kita semua dan jangan saling melupakan. Rasa terimakasih juga ingin saya ucapkan untuk teman-teman di Kost 46 yang mungkin tidak banyak lagi yang tersisa. Juga kepada Bapak Bandi Selaku CEO Payung Meja Kebenaran 0% beserta Stafnya, Ibu, Luth, dan Kak Ulan. Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih penuh semangat saya ucapkan kepada kawan-kawan “Merah “ Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) khusus rekan satu kepengurusan Era Bukit Lawang semua Bung dan Sarinah GmnI Komisariat Fisip USU. Menang...!!!

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaikinya. Karena tidak ada kesempurnaan kecuali yang dimilki Allah SWT.

Medan, Juli 2014

Hormat Saya Penulis


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAKSI...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Manfaat Penelitian... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis... 9

1.4.2 Manfaat Praktis... 9

1.5 Defenisi Konsep... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitiian... 32

3.2. Lokasi Penelitian... 33

3.2.1 Letak Geografis... 36

3.2.2 Kependudukan... 37

3.2.3 Fasilitas Pendidikan... 38

3.2.4 Fasilitas Kesehatan... 41

3.2.5 Fasilitas Agama... 42


(4)

3.3. Unit Analisis dan Informan... 45

3.3.1. Unit Analisis... 45

3.3.2. Informan... 46

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 51

3.4.1. Data Primer... 52

3.4.2. Data Sekunder... 54

3.5. Interpretasi Data... 55

3.6. Keterbatasan Penelitian... 55

3.7. Jadwal Penelitian... 56

BAB IV INTERPRETASI DATA 4.1. Konsep Pacaran Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah... 57

4.2. Usia Pertama Pacaran... 63

4.3. Pengetahuan Seksual Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah... 68

4.4. Keresahan Remaja Hamil Di Luar Nikah... 73

4.5. Tanggapan Orang Tua Dan Masyarakat... 76

4.6. Bidan dan Penanganan Remaja Hamil Di Luar Nikah... 80

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 82

5.2. Saran... 84 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Kecamatan Sipispis...33

Tabel 2: Jenis Pekerjaan yang dimiliki Masyarakat Kecamatan Sipispis...34

Tabel 3: Konsep Pacaran Bagi Remaja Hamil Di Luar Nikah...60

Tabel 4: Usia Pertama Pacaran Pada Remaja Di Luar Nikah...64

Tabel 5: Pengetahuan Seksual Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah...70

Tabel 6 : Keresahan Remaja Hamil Di Luar Nikah...74

Tabel 6 : Tanggapan Orang Tua Dan Masyarakat...79


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Kecamatan Sipispis ...35

Gambar 2: Lokasi perkebunan yang biasa digunakan remaja untuk bertemu...58

Gambar 3: Perkebunan karet dan sawit yang biasa dijadikan tempat Pacaran...61

Gambar 4: Lokasi Wisata Yang Menyediakan Tempat Untuk Berduaan...65

Gambar 4: Perkebunan yang biasa digunakan untuk tempat berduaan...69