Penyusunan KTSP pun hendaknya memperhatikan dan mengakomodasi karakteristik dan kondisi daerah serta kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu,
pengembangan KTSP perlu melibatkan berbagai komponen antara lain: kepala sekolah, guru, karyawan, komite sekolah, dewan pendidikan, tokoh masyarakat,
pakar kurikulum, dan pejabat daerah. Keterlibatan mereka diharapkan dapat memberi-kan masukan dan dukungan terhadap kurikulum yang dihasilkan dan
dilaksanakan sekolah Chamisijatin, 2008: 6.4.
2.1.3 Manajemen Sekolah
Istilah manajemen disamakan secara substansial dengan istilah administrasi. Perbedaan keduangya terletak pada ruang lingkupnya saja.
Administrasi lebih luas ruang lingkupnya dibanding dengan manajemen. Keduanya menekankan pada tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja untuk
keuntungan yang lebih besar. Administrasi sekolah atau manajemen sekolah dalam bidang persekolahan
keduanya dipandang secara substansial dari tiga sudut pandang yakni: administrasi sekolah manakala dipandang dari sisi sebagai suatu ilmu merupakan
aplikasi dari ilmu administrasi dalam bidang persekolahan, karena telah memenuhi syarat sebagai ilmu. Manakala dipandang sebagai suatu seni, maka
sekolah dapat memerankan peranannya sebagai pemimpin yang mampu mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bekerjasama guru-siswa, kepala
sekolah-guru, atau pegawai administrasi dan seterusnnya. Manakala dipandang sebagai suatu proses kegiatan maka setiap orang yang terlibat dalam proses
kerjasama dalam bidang persekolahan harus dapat melaksanakan tugasnya sesuai
dengan fungsi dan perannya secara proporsional guru-dapat mengajar dengan baik, siswa-dapat belajar dengan baik, kepala sekolah-jadi pemimpin yang bijak
dan seterusnya Sutomo, 2011:3. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sekolah
merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mengelola sekolah yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah agar tujuan sekolah dapat tercapai dengan efektif dan
efisien.
2.1.4 Hakikat Belajar
2.1.4.1 Pengertian belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya Arsyad, 2014:1. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” Slameto, 2010:2
Menurut Sardiman 2011:20 belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dari pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa belajar proses
perubahan tingkah laku seseorang atau individu sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya yang berlangsung sepanjang hidupnya.
2.1.4.2 Tujuan belajar
Sardiman 2011: 26 mengungkapkan bahwa tujuan beljaar itu ada tiga:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain
tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah
yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak
melatih kemampuan. 3.
Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru
harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan
pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
2.1.5 Hakikat Pembelajaran