PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 01 KOTA SEMARANG

(1)

 

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV

SDN GUNUNGPATI 01 KOTA SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

WENI SEPTYA DEWI NIM 1401409062

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

 

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : WENI SEPTYA DEWI NIM : 1401409062

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Penerapan Model Team Assisted Individualization (TAI) Dengan Multimedia Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pkn Pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang” ini adalah hasil karya penulis sendiri dan tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya kutip sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah.

Semarang, Agustus 2013

Weni Septya Dewi NIM. 1401409062


(3)

 

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Weni Septya Dewi, NIM 1401409062, dengan judul “Penerapan Model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Rabu

tanggal : 14 Agustus 2013

Semarang, 14 Agustus 2013 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Jaino, M.Pd Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd. NIP. 195408151980031004 NIP. 198506062009122007

Mengetahui, Ketua Jurusan PGSD

Dra. Hartati, M. Pd NIP. 195510051980122001


(4)

 

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Weni Septya Dewi, NIM 1401409062, dengan judul “Penerapan Model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang” telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, pada :

hari : Rabu

tanggal : 14 Agustus 2013

Panitia Ujian

Ketua, Sekertaris,

Drs. Hardjono, M. Pd. Dra. Hartati, M.Pd

NIP. 195108011979031007 NIP. 195510051980122001

Penguji Utama,

Harmanto, SPd. M.Pd NIP. 195407251980111001

Penguji I, Penguji II,

Drs. Jaino, M. Pd. Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd. NIP. 195408151980031004 NIP. 198506062009122007


(5)

 

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

™ “Arah yang diberikan pendidikan adalah untuk mengawali hidup seseorang akan menentukan masa depannya.” (Plato)

™ “Pembelajaran tidak dicapai secara kebetulan, itu harus dicari dengan semangat dan tekun.” (Abigail Adams)

™ “Seorang guru menggandeng tangan, membuka pikiran, menyentuh hati, membentuk masa depan. Seorang guru berpengaruh selamanya, dia tidak tahu kapan pengaruhnya berakhir.” (Henry Adam).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Ibu dan Ayah tercinta yang selalu memanjatkan doa untuk putritercinta dalam setiap sujudnya dan selalu memberikan dukungan moral maupun material.


(6)

 

PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dai bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Hardjono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Dra. Hartati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PGSD UNNES. 4. Drs. Jaino, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I.

5. Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd. M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II. 6. Harmanto, S.Pd. M.Pd., selaku Dosen Penguji Utama.

7. Antonius Sunardi, A.Ma.Pd, Kepala SDN Gunungpati 01 Kota Semarang yang telah memberikan ijin melakukan peneitian.

8. Sri Raharjanti, S.Pd., Guru kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang yang telah bersedia menjadi kolaborator dalam penelitian.

9. Seluruh keluarga besar SDN Gunungpati 01 Kota Semarang yang telah melancarkan penelitian.

10. Mas Tohari Muhammad Imron (Toim) yang selalu memberikan doa dan semangat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku, Novi, Bana, Mbak Rosita, Tyas Tika, Evi, Ratna, Lina yang telah membantu penelitian.

12. Semua pihak yang memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(7)

 

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat berkah yang berlimpah dari Allah SWT.

Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Agustus 2013


(8)

 

ABSTRAK

Septya Dewi, Weni. 2013. Penerapan Model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia untuk meningkatan Kualitas Pembelajaran PKn pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Jaino, M.Pd. Pembimbing II Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd. 368 halaman

PKn memfokuskan pada pembentukan warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter sesuai UUD 1945 dan Pancasila. Berdasarkan data awal diperoleh selama PPL di kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang ditemukan permasalahan yaitu pembelajaran PKn yang kurang optimal, model pembelajaran dan media pembelajaran kurang inovatif, siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan rendahnya hasil belajar PKn dengan ketuntasan klasikal sebanyak 38%. Solusi permasalahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan multimedia.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah melalui penerapan model TAI dengan multimedia dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Gunungpati Kota semarang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan dua kali pertemuan setiap siklusnya terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang yang berjumlah 26 siswa. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya adalah teknik tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan meningkatnya (1) keterampilan guru pada siklus 1 pertemuan I skor 20 (cukup), pertemuan II skor 25 (baik), siklus 2 pertemuan I skor 27 (baik) dan pertemuan II skor 30 (sangat baik); (2) aktivitas siswa pada siklus 1 pertemuan I rata-rata skor 16,5 (cukup), pertemuan II rata-rata skor 18,3 (baik), pada siklus 2 pertemuan I rata-rata skor 20,7 (baik), pertemuan II rata-rata skor 23,8 (baik); (3) ketuntasan klasikal hasil belajar siklus 1 pertemuan I sebanyak 58% (15 siswa) tuntas belajar, pertemuan II sebanyak 65% (17 siswa) tuntas belajar. Pada siklus 2 pertemuan I sebanyak 77% (20 siswa) tuntas belajar dan pertemuan II sebanyak 88% (23 siswa) tuntas belajar.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan model TAI dengan multimedia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Saran bagi guru adalah model model Team Assisted Individualization (TAI) dengan multimedia dapat menjadi solusi dalam meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV.

Kata kunci: Kualitas Pembelajaran PKn, Model Team Assisted Individualization


(9)

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KELULUSAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 14

2.1.1 Pengertian Belajar ... 14

2.1.2 Pembelajaran ... 16

2.1.3Kualitas Pembelajaran ... 20

2.1.3.1 Keterampilan Mengajar Guru ... 21

2.1.3.2 Aktivitas Siswa ... 27

2.1.3.3 Hasil Belajar Siswa ... 30

2.1.4 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 32

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 32

2.1.4.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 33


(10)

 

2.1.4.4 Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn... 37

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif ... 38

2.1.6 Model Team Assisted Individualization (TAI) ... 41

2.1.7 Multimedia sebagai Media Pembelajaran ... 47

2.1.7.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 47

2.1.7.2 Manfaat Media Pembelajaran ... 48

2.1.7.3 Jenis Media Pembelajaran ... 50

2.1.7.4 Multimedia ... 52

2.1.7.4.1 Jenis Multimedia ... 54

2.1.7.4.2 Komponen Multimedia ... 55

2.1.7.4.3 Manfaat Multimedia ... 57

2.1.7.4.4 Kriteria Bahan Ajar Multimedia ... 58

2.1.7.4.5 Program Aplikasi Pembuatan Bahan Ajar Multimedia ... 60

2.1.8 Penerapan Model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn ... 60

2.2 Kajian Empiris ... 62

2.3 Kerangka Berpikir ... 65

2.4 Hipotesis Tindakan ... 69

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 70

3.1.1 Perencanaan... 71

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 71

3.1.3 Observasi ... 72

3.1.4 Refleksi ... 72

3.2 Perencanaan Tahap Penelitian... 73

3.2.1 Siklus Pertama ... 73

3.2.1.1 Perencanaan... 73

3.2.1.2 Pelaksanaan tindakan ... 73

3.2.1.2.1 Pertemuan I ... 73


(11)

 

3.2.1.3 Observasi ... 76

3.2.1.4 Refleksi ... 77

3.2.2 Siklus Kedua ... 77

3.2.2.1 Perencanaan... 77

3.2.2.2 Pelaksanaan tindakan ... 78

3.2.2.2.1 Pertemuan I ... 78

3.2.2.2.2 Pertemuan II ... 79

3.2.2.3 Observasi ... 81

3.2.2.4 Refleksi ... 81

3.3 Subjek Penelitian ... 82

3.4 Tempat Penelitian ... 82

3.5 Variabel/Faktor yang Diselidiki ... 82

3.6 Data dan Cara Pengumpulan Data ... 83

3.6.1 Sumber Data ... 83

3.6.2 Jenis Data ... 84

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 84

3.6.3.1 Teknik Tes ... 84

3.6.3.1 Teknik Non Tes ... 85

3.7 Teknik Analisis Data ... 87

3.7.1 Data Kuantitatif ... 87

3.7.2 Data Kualitatif ... 89

3.8Indikator Keberhasilan ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Pra Siklus (Data Awal Penelitian) ... 93

4.2 Hasil Penelitian ... 94

4.2.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I ... 95

4.2.1.1 Perencanaa Siklus 1 Pertemuan I ... 95

4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pertemuan I ... 95

4.2.1.3 Deskripsi Observasi Pelaksanaan Siklus 1 Pertemuan I ... 98

4.2.1.4 Refleki Siklus 1 Pertemuan I... 113


(12)

 

4.2.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II ... 115

4.2.2.1 Perencanaa Siklus 1 Pertemuan II ... 115

4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pertemuan II ... 116

4.2.2.3 Deskripsi Observasi Pelaksanaan Siklus 1 Pertemuan II ... 118

4.2.2.4 Refleki Siklus 1 Pertemuan II ... 132

4.2.2.5 Revisi Siklus 1 Pertemuan II ... 133

4.2.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pertemuan I ... 134

4.2.3.1 Perencanaa Siklus 2 Pertemuan I ... 134

4.2.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pertemuan I ... 134

4.2.3.3 Deskripsi Observasi Pelaksanaan Siklus 2 Pertemuan I ... 137

4.2.3.4 Refleki Siklus 2 Pertemuan I... 151

4.2.3.5 Revisi Siklus 2 Pertemuan I ... 152

4.2.4 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pertemuan II ... 152

4.2.4.1 Perencanaa Siklus 2 Pertemuan II ... 152

4.2.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pertemuan II ... 153

4.2.4.3 Deskripsi Observasi Pelaksanaan Siklus 2 Pertemuan II ... 155

4.2.4.4 Refleki Siklus 2 Pertemuan II ... 168

4.2.4.5 Revisi Siklus 2 Pertemuan II ... 169

4.2.5 Rekapitulasi Data Hasl Pelaksanaan Tindakan ... 169

4.3 Pembahasan ... 174

4.3.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 174

4.3.2 Uji Hipotesa ... 197

4.3.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 197

BAB VPENUTUP 5.1 Simpulan ... 199

5.2 Saran ... 200

DAFTAR PUSTAKA ... 202


(13)

 

DAFTAR TABEL

3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam % ... 90

3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belajar Siswa ... 91

3.3 Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif ... 92

3.4 Deskripsi Kualitatif Keterampilan Guru dan Aktivitas Siswa ... 93

4.1 Data Keterampilan Guru Siklus 1 Pertemuan I ... 99

4.2 Data Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan I ... 104

4.3 Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus 1 Pertemuan I ... 108

4.4 Analisis Ketercapaian Karakter Bangsa Siklus 1 Pertemuan I ... 110

4.5 Angket Respon Siswa Siklus 1 Pertemuan I ... 112

4.6 Data Keterampilan Guru Siklus 1 Pertemuan II ... 119

4.7 Data Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan II ... 124

4.8 Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus 1 Pertemuan II ... 128

4.9 Analisis Ketercapaian Karakter Bangsa Siklus 1 Pertemuan II ... 130

4.10 Angket Respon Siswa Siklus 1 Pertemuan II ... 131

4.11Data Keterampilan Guru Siklus 2 Pertemuan I ... 138

4.12Data Aktivitas Siswa Siklus 2 Pertemuan I ... 143

4.13Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus 2 Pertemuan I ... 147

4.14Analisis Ketercapaian Karakter Bangsa Siklus 2 Pertemuan I ... 149

4.15 Angket Respon Siswa Siklus 2 Pertemuan I ... 150

4.16Data Keterampilan Guru Siklus 2 Pertemuan II ... 156

4.17Data Aktivitas Siswa Siklus 2 Pertemuan II ... 160

4.18Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus 2 Pertemuan II ... 164

4.19Analisis Ketercapaian Karakter Bangsa Siklus 2 Pertemuan II ... 166

4.20 Angket Respon Siswa Siklus 2 Pertemuan II ... 167

4.21Rekapitulasi Data Siklus 1 dan 2 ... 170

4.22 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 173

4.23 Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 176


(14)

 

4.24 Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 186 4.25 Data Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan 2 ... 193


(15)

 

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 70

3.1 Bagan Siklus Penelitian... 72

4.1 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Data Awal dan Siklus 1 Pertemuan I ... 101

4.2 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus 1 Pertemuan I dan Siklus 1 Pertemuan II ... 129

4.3 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus 1 Pertemuan II dan Siklus 2 Pertemuan I ... 148

4.4 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus 2 Pertemuan I dan Siklus 2 Pertemuan II ... 165

4.5 Diagram Perolehan Skor Keterampilan Guru ... 171

4.6 Grafik Peningkatan Keterampilan Guru ... 171

4.7 Diagram Perolehan Skor Aktivitas Siswa ... 172

4.8 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa ... 172

4.9 Rekapitulasi Persentase Data Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 ... 174

4.10Diagram Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru Siklus 1 dan 2 ... 177 4.11Diagram Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas SiswaSiklus 1 dan 2 187


(16)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 207 Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 278 Lampiran 3 Hasil Pengmatan Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa, Ketercapaian

Karakter Bangsa, Angket Respon Siswa, Catatan Lapangan dan Wawancara Siklus 1 Pertemuan I dan II, Siklus 2 Peremuan I dan II 292 Lampiran 4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan I dan II, Sikus 2

Pertemuan I dan II ... 337 Lampiran 5 Daftar Penetaan Kriteria KKM, Surat Ijin Penelitian dan Surat

Keterangan Penelitian ... 340 Lampiran 6 Bukti Fisik Hasil Belajar dan Angket ... 344 Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ... 351


(17)

 

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2005:5-6). Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 Bab III pasal 4 ayat (2), (4), pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka, multimakna, serta diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Sisdiknas 2005:5-6).

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 dan 37 menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversikan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi, daerah, dan peserta didik. kurikulum pada tingkat pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : (a) pendidikan agama, (2) pendidikan kewarganegaraan. (3) bahasa, (4) matematika, (5) ilmu


(18)

 

pengetahuan alam, (6) ilmu pengetahuan sosial, (7) seni dan budaya, (8) pendidikan jasmani dan olahraga, (9) keterampilan/kejujuran, dan (10) muatan lokal (Sisdiknas, 2005:18-19). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

Upaya untuk peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia, pendidik harus menerapkan salah satu Standar Nasional Pendidikan yaitu Standar Proses sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat (3) dan pasal 20, menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi


(19)

 

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi pakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itulah proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007: 1).

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006:49). Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Supandi, 2010).

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD 2006 antara lain : (a) mengembangkan pengetahuan dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, (b) mengembangkan kemampuan berfikir anak, (c) membangun komitmen dan kesadaran diri terhadap nilai-nilai kemanusiaan, (d) meningkatkan kemampuan berkompetisi dan berkerjasama dalam masyarakat. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai sekolah dasar


(20)

 

untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu-isu kewarganegaraan. Ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencakup aspek-aspek yaitu Persatuan dan Kesatuan, norma, hukum, peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga Negara, Pancasila, kekuasaan, dan politik serta globalisasi. (Standart Isi, 2006:30). Oleh karena itu bagi pendidikan di Indonesia PKn merupakan program pembelajaran nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 yang bermuara pada terbentuknya watak Pancasila dan UUD 45 dalam diri perserta didik. Watak ini pembentukannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi keterpaduan konsep moral, sikap moral dan perilaku moral Pancasila dan UUD 45. Dengan demikian pula kita dapat menegaskan kembali bahwa PKn merupakan suatu bentuk mata pelajaran yang mencerminkan konsep, strategi, dan nuansa confluent education. Pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

Depdiknas menemukan permasalahan pada pembelajaran PKn di SD. Berdasarakan hasil survei, permasalahan tersebut antara lain adanya kesulitan dalam penyusunan program pembelajaran untuk SD yaitu kesulitan mencari sumber belajar. Buku-buku yang ada belum menyesuaikan dengan standar isi, sementara buku-buku pendukung juga tidak banyak tersedia. Permasalahan juga ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran PKn karena kurangnya inovasi dalam pembelajaran. Khususnya dalam mengorganisasikan materi sesuai tuntutan KD dan kurangnya pengoptimalan pemanfaatan media pembelajaran (Depdiknas, 2007:22).Selain itu, metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)


(21)

 

terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan (one way method) (Pratama: 2009 dalam http://educationsyndi-cate.blogspot.com). Jika hal demikian tidak diatasi maka lama kelamaan proses kebosanan dan kejenuhan siswa dapat memuncak yang berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa.

Sejalan dengan temuan tersebut, hasil refleksi dengan guru kolaborator terhadap pembelajaran PKn siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang, menemukan bahwa kualitas pembelajaran PKn masih rendah. Faktor penyebabnya yaitu materi yang banyak, siswa kurang aktif dan kurang antusias, kurangnya kerjasama siswa dalam belajar kelompok, guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif, lingkungan kurang mendukung, serta media belajar kurang menarik sehingga siswa kurang termotivasi belajar. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang.

Berdasarkan refleksi awal antara peneliti dengan kolaborator mengenai pembelajaran PKn di SDN Gunungpati 01 Kota Semarang didapatkan data kuantitatif berupa data pra siklus yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Rata-rata hasil belajar mata pelajaran PKn pada materi Sistem Pemeritahan Desa dan Kecamatan hanya 38% (10 dari 26 siswa) mendapat nilai 65 ke atas atau tuntas belajar, sedangkan 16 siswa (62%) belum tuntas. Nilai terendah 33, tertinggi 73 dan rata-rata kelas 58. Berdasarkan data tersebut, perlu diadakan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di kelas IV


(22)

 

SDN Gunungpati 01 Kota Semarang. (Observasi pada tanggal 27 Agustus-18 Oktober 2012 di kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang).

Dari hasil belajar tersebut dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran PKn masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas dan partisipasi siswa yang masih kurang. Siswa cenderung merasa bosan dengan pembelajaran PKn yang cenderung hafalan, hal inilah yang membuat siswa kurang tertarik pada pembelajaran PKn. Hal ini bisa dikarenakan guru masih monoton dalam mengajar, guru belum menggunakan model-model pembelajaran yang variatif, dan kurang menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran. Guru belum menggunakan media yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Berangkat dari permasalahan ini guru harus menciptakan sebuah suasana belajar yang menyenangkan serta mampu membuat siswa aktif dan kreatif dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik. Guru harus menerapkan model yang menggunakan media agar dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi. Selain itu dengan penggunaan media ini, pembelajaran akan terasa menarik bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat memacu semangat belajar siswa agar hasil belajar dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Solusi permasalahan untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan multimedia dalam pembelajaran PKn. Model Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan siswa, dimana siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang beragam dan


(23)

 

setiap siswa memiliki kesempatan untuk sukses dalam mencapai tujuan pembelajaran (Huda, 2011: 125). Komponen utama dari TAI menurut Slavin (2011: 195-200) adalah Teams,Placement Test,Student Creative, Team Study, Team Score and Team Recognition, Teaching Group, Fact Test, Whole-Class Units. Adapun kelebihan dari model TAI antara lain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar pada siswa, dapat membantu siswa yang lemah, siswa diajarkan bekerjasama dalam suatu kelompok, dan menimbulkan rasa tanggungjawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.

Dengan mengkombinasikan antara pendapat Huda dan Slavin serta berdasarkan kelebihan yang ada pada model Team Assisted Individualization

(TAI), peneliti berasumsi bahwa model Team Assisted Individualization (TAI) dapat menutupi kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang. Sehingga diharapkan dengan menggunakan model Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

Di samping itu, untuk memotivasi para siswa dalam pembelajaran PKn, perlu diterapkan penggunaan media-media pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif kreatif serta menumbuhkan semangat para siswa dalam mempelajari PKn. Peneliti memilih multimedia untuk membantu mengembangkan kemampuan indera dan menarik perhatian serta minat siswa dalam pembelajaran. Rubinson dalam Munir (2012: 5) berpendapat bahwa multimedia merupakan presentasi


(24)

 

pembelajaran/instruksional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, video, dan audio serta dapat menyediakan interaktivitas. Sejalan dengan pendapat tersebut Houghton dalam Munir (2012:5) menggambarkan multimedia sebagai bentuk komunikasi multi bentuk dengan menggunakan perangkat komputer atau sejenisnya. Dengan mengkombinasikan beberapa pendapat tersebut, maka peneliti akan menerapkan multimedia dalam pembelajaran PKn berupa slide powerpoint

yang terdiri dari teks, gambar, animasi, suara, dan video. Sehingga diharapkan dengan multimedia mampu meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

Dari ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pkn pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang”.

1.2.

RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1.1.Rumusan Masalah Umum

Apakah melalui penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang?


(25)

 

1.2.1.2.Rumusan Masalah Khusus

a. Apakah melalui penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia keterampilan guru kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang dalam pembelajaran PKn dapat meningkat?

b. Apakah melalui penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang dalam pembelajaran PKn dapat meningkat?

c. Apakah melalui penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia hasil belajar siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang pada pembelajaran PKn dapat meningkat?

1.2.2. Pemecahan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka untuk memecahkan masalah tersebut akan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan multimedia dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang. Menggunakan acuan dari kombinasi antara pendapat Huda (2011: 125) dan Slavin (2011: 195-200) dengan modifikasi pemanfaatan multimedia, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran


(26)

 

c. Guru memberikan pre-test kepada siswa untuk mendapat skor awal. (Mengadopsi komponen Placement Test).

d. Guru membentuk kelompok heterogen terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan berbeda-beda. (Mengadopsi komponen Teams)

e. Guru memberikan materi secara singkat dengan mulimedia. (Mengadopsi komponen Teaching Group).

f. Setiap kelompok mengerjakan LKS, setiap siswa mengerjakan 1 soal yang berbeda dan dikoreksi teman satu kelompok kemudian didiskusikan bersama. Guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).

g. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative)

h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).

i. Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada siswa mengenai materi yang dipelajari di akhir pembelajaran. (Mengadopsi komponen Whole-Class Units).

j. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi komponen Fact Test).


(27)

 

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dilakukan penelitian adalah sebagai berikut.

1.3.1. Tujuan Secara Umum

Meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas IV di SDN Gunungpati 01 Kota Semarang melalui penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan multimedia.

1.3.2. Tujuan Secara Khusus

a. Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang melalui penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia.

b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang melalui penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan Multimedia.

c. Meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang melalui penerapan model Team Assisted Individualization

(TAI) dengan Multimedia.

1.4.

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mafaat pada peningkatan kualitas pembelajaran PKn baik secara teoritis maupun secara praktis.


(28)

  1.4.1. Manfaat Teoritis

Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, secara teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat pada perkembangan teori pembelajaran, memberikan sumbangan bagi lmu pengetahuan dan teknologi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta menjadi bahan acuan bagi penelitian sejenis.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Guru

a. Sebagai sarana bagi guru untuk mampu mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Meningkatkan inovasi bagi guru dalam merancang pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran PKn.

c. Meningkatkan motivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan, menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran dan peningkatan kualitas pembelajaran.

1.4.2.2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran PKn.

b. Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa pada pembelajaran PKn. c. Melatih siswa untuk berpartisipasi aktif menuangkan ide-ide dalam kegiatan

diskusi kelompok. 1.4.2.3. Bagi Sekolah

a. Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif.


(29)

 

b. Dapat menjalin kerjasama antar guru yang berpegaruh positif pada kualitas pembelajaran di sekolah

c. Memajukan sekolah dengan meningkatkan kemampuan guru, memperbaiki proses dan hasil belajar siswa, serta menciptakan suasana nyaman, lancar, terkondisi dengan baik.


(30)

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayatnya. Dalam kehidupannya seseorang pasti dihadapkan dengan persoalan yang menuntutnya untuk menganalisis dan memecahkan permasalahannya. Kata belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian dan ilmu. Secara umum, belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Hal tersebut dijabarkan dalam pengertian belajar menurut para ahli. Menurut Hamdani (2011:21) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

Sedangkan menurut Rifa’i dan Anni (2009: 82) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,


(31)

tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Pengertian belajar yang lebih komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler dalam Winataputra (2008:1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies

(kemampuan), skills (keterampilan), and attitudes (sikap). Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Seperti yang dikutip oleh Baharuddin (2008: 15-16), beberapa ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

a. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. b. Perubahan tingkah laku relatif permanen.

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan itu memberi penguatan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Slameto (2010:26) belajar memiliki prasyarat atau prinsip yaitu (a) siswa harus berpartisipasi aktif , meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; (b) belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional; (c) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi


(32)

dan belajar dengan efektif; serta (d) belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

Dengan demikian dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang berlangsung sepanjang hayat, bersifat permanen dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dilakukan secara sadar melalui interaksi individu dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman nyata. Tingkah laku seseorang yang belajar akan berbeda dengan orang yang tidak belajar. Dengan belajar, siswa yang sebelumnya tidak pandai menjadi pandai, tidak tahu menjadi tahu, pada akhirnya akan terjadi perubahan pada diri siswa tersebut.

2.1.2 Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti usaha seorang individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi guru dan peserta didik. Pembelajaran tidak akan terjadi jika tidak ada salah satu dari kedua komponen tersebut. Hamdani (2011:23) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Menurut Trianto (2010: 17) pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi intens terarah menuju pada target yang ditetapkan. Menurut Undang-Undang no. 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.


(33)

Sejalan dengan pendapat tersebut, istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Uno, 2009:2). Sedangkan Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 192-193) pembelajaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) usaha pendidik membentuk tingkah laku dan lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku peserta didik; (2) memberi kesempatan peserta didik untuk memahami apa yang dipelajari; dan (3) memberi kebebasan peserta didik memilih bahan pelajaran sesuai minat dan kemampuannya.

Menurut Winataputra (2008: 1.18) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah, sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat misalnya pada saat kegiatan ko-kurikuler, ekstra-kurikuler, dan ekstramural. Dalam konteks pendidikan nonformal, justru sebaliknya. Proses pembelajaran terjadi di masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa, dan jaringan internet.


(34)

Kegiatan pembelajaran memiliki beberapa komponen-komponen pembelajaran, komponen-komponen pembelajaran tersebut antara lain (Rifa’i dan Anni, 2009: 195-196):

a. Tujuan.

Tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang diupayakan untuk dicapai melalui kegiatan pembelajaran berupa pengetahuan dan keterampilan.

b. Subyek Belajar

Subyek belajar dalam sistem pembelajaran sekaligus sebagai obyek. Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.

c. Materi Pelajaran

Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran.

d. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.


(35)

f. Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya yang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha guru menciptakan suatu kondisi agar siswa belajar, yaitu kondisi memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dan sumber belajar sehingga terbentuk perubahan tingkah laku. Selain itu pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi intens terarah menuju pada tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran disini bukan hanya guru yang menjadi pusat dalam pembelajaran, akan tetapi siswa yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Sedangkan komponen yang terlibat di dalam pembelajaran adalah tujuan, subyek belajar, materi pelajaran,


(36)

strategi, media, evaluasi, dan penunjang. Terdapat keterkaitan antara komponen-komponen tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat diartikan sebagai suatu mutu yang dapat dijadikan pedoman tingkat keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Menurut Etzioni (dalam Hamdani,2011: 194) kualitas dimaknai sebagai mutu atau keefektifan. Secara definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Dari pemahaman tersebut Hamdani (2011: 194) mengemukakan aspek-aspek efektivitas belajar, yaitu: (1) peningkatan pengetahuan; (2) peningkatan keterampilan; (3) perubahan sikap; (4) perilaku; (5) kemampuan adaptasi; (6) peningkatan integrasi; (7) peningkatan partisipasi; (8) peningkatan interaksi kultural. Dalam mencapai efektivitas belajar ini, UNESCO menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperkatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengatahuan (learning to know); (2) belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do); (3) belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together); (4) belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be).

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, siswa, kurikulum, dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. (Depdiknas, 2004:7).


(37)

Jadi kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian pembelajaran yang berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Pencapaian tujuan berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan sikap melalui pembelajaran. Dengan kata lain kualitas pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan dalam menciptakan suatu pembelajaran bagi peserta didik.

Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat dari pembelajaran pendidik (guru), perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan sistem pembelajaran (Depdiknas, 2004:7). Kualitas pembelajaran erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi indikator kualitas pembelajaran dalam tiga variabel sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu: keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Indikator kualitas pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.1.3.1. Keterampilan Mengajar Guru

Keterampilan atau skiil merupakan kemampuan dasar untuk mengoperasikan suatu kegiatan atau pekerjaan secara mudah dan cermat. Guru adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, baik itu berupa perkembangan jiwa, ataupun perkembangan mental anak didik. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran yang lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


(38)

Djamarah (2010:99) berpendapat kedudukan guru memiliki arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Hal ini menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugas guru dalam interaksi edukatif. Hal ini didukung oleh Rusman (2012:70-80) keterampilan adalah perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh.

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif (Anitah, 2009:7.1).

Berdasarkan pengertian keterampilan mengajar guru merupakan seperangkat kemampuan dalam membimbing siswa yang didukung dari berbagai aspek serta mendorongnya untuk berkembang sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Hasil penelitian Turney dalam Anitah (2009:7.5-8.56) terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang sangat berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud antara lain:

a. Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya adalah merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang ingin dicapai dan bagaimana keadaan siswa yang dihadapi, maka bertanya kepada siswa merupakan hal yang tidak dapat


(39)

ditinggalkan. Memberi pertanyaan perlu adanya latihan dari guru-guru. Sehingga diharapkan guru dapat menguasai dan melaksanakan keterampilan bertanya pada situasi yang tepat, sebab memberi pertanyaan secara efektif dan efisien akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pada guru maupun dari siswa. Dari guru yang sebelumnya selalu aktif memberi informasi akan berubah menjadi banyak mengundang interaksi siswa, sedangkan dari siswa yang sebelumnya secara pasif mendengarkan keterangan guru akan berubah menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya, menjawab pertanyaan mengemukakan pendapat. Hal ini akan menimbulkan adanya cara belajar siswa aktif yang berkadar tinggi. Komponen-komponen keterampilan bertanya antara lain: (1) pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat; (2) pemberian acuan; (3) pemusatan; (4) pemindahan giliran; (5) penyebaran; (6) pemberian waktu berpikir serta pemberian tuntunan.

b. Keterampilan memberi penguatan

Keterampilan memberi penguatan adalah respon positif dari guru kepada anak didik yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar anak lebih giat berpartisiasi dalam interaksi belajar mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah pelaksanaannya, namun kadang-kadang banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian penguatan kepada siswa yang melakukan perbuatan baik. Komponen-komponen keterampilan memberi penguatan antara lain: (1) Penguatan verbal yang terdiri dari dua jenis, yaitu: kata-kata, kalimat; (2) Penguatan non verbal yang terdiri dari lima jenis,


(40)

yaitu: mimik dan gerakan badan, gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, pemberian simbol atau benda.

c. Keterampilan mengadakan variasi

Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi terdiri dari: (1) Variasi dalam gaya mengajar yang terdiri dari enam jenis, yaitu: variasi suara, Pemusatan perhatian, kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik, perubahan dalam posisi guru; (2) Variasi pola interaksi dan penggunaan alat bantu pembelajaran.

d. Keterampilan menjelaskan

Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan terdiri dari: (1) Keterampilan merencanakan penjelasan yang terdiri dari: merencanakan isi pesan (materi), menganalisis karakteristik penerimaan pesan; (2) Keterampilan menyajikan penjelasan yang terdiri dari: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan.

e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat


(41)

kepada apa yang akan dipelajari. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran terdiri dari: (1) Membuka pelajaran yang terdiri dari: menarik perhatian siswa, memberi acuan, menimbulkan motivasi, membuat kaitan; (2) Menutup pelajaran yang terdiri dari: meninjau kembali (mereview), menilai (mengevaluasi), memberi tindak lanjut.

f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran terdiri dari: (1) Memusatkan perhatian; (2) Meningkatkan urunan; (3) Menganalisis pandangan; (4) Memperjelas masalah atau uraian pendapat; (5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi; (6) Menutup diskusi.

g. Keterampilan mengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif, dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas terdiri dari: (1) Keterampilan yang bersifat preventif terdiri dari: menunjukkan sikap tanggap,


(42)

membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur serta memberi penguatan; (2) Keterampilan yang bersifat represif terdiri dari: memodifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok.

h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan

Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Komponen-komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari: (1) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar; (2) Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; (3) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran; (4) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.

Dengan menguasai keterampilan mengajar, guru dapat melaksanakan pembelajaran lebih baik dan mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.


(43)

Peneliti akan mengembangkan keterampilan guru berdasarkan penelitian Turney yang akan dipadukan melalui penerapan model Team Assisted Indivisualization (TAI) dengan multimedia sebagai dasar/landasan dalam menyusun instrumen penelitian. Keterampilan mengajar guru yang dikaji dalam penelitian ini meliputi keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan, keterampilan memberi penguatan, dan keterampilan menutup pelajaran.

Adapun indikator keterampilan guru dalam penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan multimedia dalam penelitian ini yaitu : (1) membuka pembelajaran; (2) Menyampaikan materi pembelajaran (Teaching Group); (3) Melakukan variasi dalam proses pembelajaran dan penggunaan multimedia (Placement Test, Teams); (4) Membimbing siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya (Team Study); (5) Pengkondisian kelas selama pembelajaran; (6) Membimbing presentasi kelompok (Student Creative); (7) Memberikan penguatan kepada hasil pekerjaan siswa (Team Score and Team Recognition); (8) Menutup pelajaran (Whole Class Unit, Fact Test).

2.1.3.2. Aktivitas Siswa

Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2010: 7-8) menyebutkan bahwa mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman itu sendiri diperoleh jika peserta didik dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik


(44)

maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Dua aktivitas (psikis dan fisik) harus dipandang sebagai hubungan yang erat. Piaget (dalam Rohani, 2010: 8) berpendapat bahwa “seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat”. Agar peserta didik dapat berpikir sendiri (aktif) maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru timbul setelah individu berpikir pada taraf perbuatan. Seorang guru hanya dapat menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, peserta didiklah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya.

Paul B. Diedrich (dalam Rohani, 2010: 10) dalam penyelidikannya menyebutkan bahwa terdapat beberapa macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut:

a. Visual activities, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.

b. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

c. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.


(45)

d. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.

e. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

f. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan sebagainya.

g. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. h. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang,

gugup, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan segala kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh sisawa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbukan perubahan perilaku pada diri siswa.

Peneliti akan mengembangkan aktivitas siswa berdasarkan teori Paul B. Diedrich mengenai 8 aktivitas siswa yang akan dipadukan dengan model Team Assisted Indivisualization (TAI) dengan multimedia sebagai dasar/landasan dalam menyusun instrument penelitian. Sehingga tidak semua aktivitas siswa memungkinkan untuk diamati dalam penelitian ini karena disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran model Team Assisted Individualization (TAI) dengan multimedia. Aktivitas siswa dalam penelitian ini meliputi aktivitas visual, oral, listening, writing, emosional dan mental. Sedangkan indikator keberhasilan aktivitas siswa dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : (1) mempersiapkan


(46)

diri untuk menerima pelajaran; (2) memperhatikan penjelasan dari guru; (3) memperhatikan materi yang disampaikan; (4) siswa aktif dalam kegiatan diskusi; (5) mempresentasikan hasil diskusi; (6)menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran; (7) mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi.

2.1.3.3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh (Anitah, 2009: 2.19). Guru harus memperhatikan secara seksama agar perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya oleh siswa. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.

Benyamin S. Bloom (dalam Uno, 2009: 35) menyampaikan tiga taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan yaitu: kawasan kognitif (cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan psikomotorik (psychomotoric domain).

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).

Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan


(47)

afeksi ada lima, yaitu: kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.

Kawasan psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks adalah persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.

Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Siswa hendaklah diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan, atau sikap yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses itu guru dapat menilai apakah siswa telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar siswa telah direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak maka siswa tersebut telah mencapai suatu kompetensi (Sugandi, 2005: 63).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik yang meliputi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor selama dan sesudah kegiatan pembelajaran.


(48)

2.1.4 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.4.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas:2006) menyebutkan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. (Ruminiati, 2007:1.25).

Somantri dalam Ian (2010) menyebutkan istilah kewargaannegara merupakan terjemahan dari “civics” yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik (good citizen). Warga negara yang baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik atau secara umum yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral dengan alasan sebagai berikut (Ian: 2010):

a. Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika peerwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.

b. Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam prilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.


(49)

Jadi dalam proses pembelajaran PKn menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku).

Penelitian ini akan menekankan pada semua aspek baik emosional, intelektual maupun sosial dari peserta didik sehingga diharapkan hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai secara maksimal.

2.1.4.2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2008:97):

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Wahab dan Sapriya (2011:346) mengemukakan bahwa tujuan PKn adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari


(50)

warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

Menurut Djahiri dalam Zulfikar (2011 dalam http://www.gudang-materi.com) tujuan PKn secara umum harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama PKn yaitu untuk membentuk masyarakat yang memiliki budi pekerti dan selalu berpikir kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan, selalu berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kehidupan


(51)

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga akan menciptakan karakter masyarakat Indonesia yang baik dan aktif dalam kehidupan antar bangsa dan negara.

Hal itu akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah tercapai.

Sesuai uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau,dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

2.1.4.3. Paradigma Baru PKn

Paradigma berarti suatu model atau kerangka berpikir yang digunakan dalam proses pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah (Fathurrohman dan Wuryandani, 2011:10).

Tugas PKn paradigma baru yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intelligence), membina tanggungjawab warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic participation).


(52)

Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warganegara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional, dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional (Fathurrohman dan Wuryandani, 2011:10).

Fathurrohman dan Wuryandani (2011:11) menjelaskan secara garis besar PKn paradigma baru memiliki tiga komponen, yaitu:

a. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.

b. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yang meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

c. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civic values) yang mencakup percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur.

Jadi untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tujuan PKn harus mempunyai ketiga komponen yaitu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Kecerdasan yang hendak dikembangkan untuk membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi pengetahuan saja, melainkan juga dimensi keterampilan dan nilai-nilai sehingga menjadi warga negara yang bermoral.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa paradigma baru pendidikan demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang tujuannya diarahkan pada dimensi kecerdasan spiritual, rasional, emosional, dan sosial. Dalam hal ini seorang warga negara harus memiliki sejumlah keterampilan berpikir,


(53)

berkomunikasi, dan berpartisipasi untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

2.1.4.4.Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn

Dalam KTSP (Depdiknas:2006) ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga Negara.


(54)

e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Dari ruang lingkup mata pelajaran PKn, materi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah materi globalisasi dalam kelas IV semester II yang meliputi pengertian dari globalisasi, kebudayaan Indonesia dalam misi kebudayaan internasional, dan sikap dalam menghadapai adanya globalisasi.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif

Pendidikan yang menekankan pada interaksi kooperatif adalah pendidikan yang secara bersungguh-sungguh berupaya mengaktualisasikan berbagai semboyan tersebut dalam dunia pendidikan. Dengan demikian, pendidikan yang menekankan pada interaksi kooperatif pada hakikatnya bukan


(55)

suatu ide baru tetapi hanya merupakan back to basic, kembali ke akar budaya bangsa kita sendiri.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009:54). Sedangkan Slavin dalam Huda (2011:114) membagi metode pembelajaran dalam beberapa kategori seperti metode Student Team Learning, Cooperatif Learning, dan Metode Informal. Jadi pada dasarnya pembelajaran kooperatif ini lebih memfokuskan pada interaksi sosial siswa dimana berkaitan dengan ciri pembelajaran PKn yang mengutamakan interaksi dan toleransi social. Didalam model kooperatif sendiri juga mengutamakan pada kerjasama kelompok, hal ini juga terlihat dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Selaras dengan pendapat tersebut menurut Roger dalam Suprijono (2009:58) untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut.

a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif), unsur ketergantungan positif menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua unsur pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), pertanggung jawaban

akan muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota


(56)

kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjalin semua anggota yang diperkuat dengan belajar bersama. c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif), unsur ketiga

pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota), unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengkoordinasi kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus: saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

e. Group processing (pemrosesan kelompok), pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan dari pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Sedangkan manfaat pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2009:67) adalah :

a. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi

b. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajarn akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestos.


(57)

c. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil.

d. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar dan terjadinya dialog interakti

e. Menciptakan iklim sosio emosional yang efektif f. Memfasilitasi terjadinya learning to live together

g. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok.

h. Mengubah peranan guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok.

i. Menumbuhkan kesadaran peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya. Pembelajaran kooperatif dapat menummbuhkan kesadaran alturisme dalam peserta didik. Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan individual.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam bekerjasama atau diskusi dengan siswa lain dalam kelompok heterogen untuk pencapaian suatu tugas, tujuan dan penghargaan.

2.1.6 Model Team Assisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pertama kali diprakarsai oleh Robert E. Slavin yang merupakan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individu. Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan siswa, dimana siswa


(58)

dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang beragam dan setiap siswa memiliki kesempatan untuk sukses dalam mencapai tujuan pembelajaran (Huda, 2011:125). Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.

Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model yang dikembangkan untuk beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju (Sharan, 2012:31-32).

Menurut Slavin (2011: 195-200) model Team Assisted Individualization

(TAI) ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.


(59)

b. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

c. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

d. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.

e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan acuan dari kombinasi antara pendapat Huda (2011:125) dan Slavin (2011: 195-200). Adapun langkah-langkah pembelajarannya antara lain sebagai berikut:


(60)

a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.

b. Guru menyampaikan tujan pembelajaran, memotivasi siswa, dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.

c. Guru memberikan pre-test kepada siswa untuk mendapat skor awal. (Mengadopsi komponen Placement Test).

d. Guru membentuk kelompok heterogen terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan berbeda-beda. (Mengadopsi komponen Teams).

e. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).

f. Setiap kelompok mengerjakan LKS, setiap siswa mengerjakan 1 soal yang berbeda dan dikoreksi teman satu kelompok kemudian didiskusikan bersama. Guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).

g. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative)

h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).

i. Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada siswa mengenai materi yang dipelajari di akhir pembelajaran. (Mengadopsi komponen Whole-Class Units).


(61)

j. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi komponen Fact Test).

k. Guru menutup pelajaran.

Kelebihan TAI antara lain meningkatkan hasil belajar, meningkatkan motivasi belajar, mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi, bisa membantu siswa yang lemah/siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi belajar. Model TAI juga membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik, melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai serta mendapatkan penghargaan atas usaha mereka (Sharan, 2012:31). Selain itu, menurut Slavin (2011:190-195) kelebhan model Team Assisted Individualization (TAI) adalah untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual, antara lain:

a. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.

b. Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.

c. Langkah-langkah pembelajaran model ini mudah untuk dilakukan dan dimengerti siswa.

d. Siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang.

e. Model ini mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan maupun tim guru.


(62)

f. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok, dengan status yang sejajar, model ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa yang kurang secara akademik dan di antara para siswa dari latar belakang yang berbeda.

Disamping model TAI memiliki kelebihanm model Tai juga memiliki kekurangan antara lain :

a. Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantung pada siswa yang pandai.

b. Tidak ada persaingan antar kelompok

c. Tidak semua materi dapat diterapkan pada model ini

d. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka proses pembelajarannya juga berjalan kurang baik

e. Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya.

Solusi untuk mengatasi kekurangan penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran berkaitan langsung dengan peran guru sebagai fasititator, dimana dalam penerapan model ini sekolompok siswa belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, atau memecahkan masalah. Koordinasi siswa dengan siswa dan guru dangan siswa harus terjalin dengan baik untuk memulai pelajaran secara kondusif. Pengendalian suasana kelas juga menjadi perhatian tersendiri bagi guru, karena kemungkinan akan menimbulkan sedikit masalah, biasanya terjadi pada saat peralihan kondisi dari seluruh kelas menjadi kelompok kecil. Selain itu


(63)

manajemen waktu harus dilakukan sesuai dengan tindakan kelas dengan baik oleh guru sehingga tidak ada waktu yang terbuang.

2.1.7 Multimedia sebagai Media Pembelajaran

2.1.7.1. Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2011:4-5). Secara terminologis, ada berbagai definisi yang diberikan tentang media pembelajaran. Gagne dalam Asyhar (2012: 7) mendefinisikan bahwa media adalah berbagai komponen pada lingkungan belajar yang membantu pembelajar untuk belajar. Briggs dalam Asyhar (2012: 7) mendefinisikan media sebagai sarana fisik yang digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta didik sehingga merangsang mereka untuk belajar.

Sedangkan pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik (Asyhar, 2012: 7).

Media pembelajaran, menurut Gerlach & Ely dalam Asyhar (2012: 7), memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hardware), seperti computer, televisi, proyektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu. Dalam hal ini, pendidik juga bisa termasuk salah satu bentuk


(64)

media pembelajaran sehingga menjadi kajian strategi penyampaian pembelajaran. Jadi media pembelajaran tidak hanya berupa benda mati, tetapi juga benda hidup, seperti manusia. Sebagai benda hidup, media dapat juga merupakan pesan y ang dapat dipelajari.

Berdasarkan pengertian tersebut, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. 2.1.7.2. Manfaat Media Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Sebagai sebuah proses komunikasi, pembelajaran sering dihadapkan pada berbagai hambatan sehingga untuk mengatasinya diperlukan sebuah media pembelajaran untuk membantu menyampaikan informasi kepada siswa. Secara langsung maupun tak langsung media pembelajaran memiliki peran dan manfaat yang sangat penting pada proses pembelajaran.

Midun dalam Asyhar (2012:41) menjelaskan secara umum manfaat penggunaan media pembelajaran antara lain:

a. Media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas.

b. Peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.


(1)

363 

 

Foto 23. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan guru membimbing presentasi kelompok (Student Creative)

Foto 24. Guru menetapkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan (Team Score and Team Recognition)


(2)

Foto 25. Guru memberikan post test (Fact Test)


(3)

365 

 

SIKLUS 2 PERTEMUAN II

Foto 27. Siswa siap menerima pelajaran dan guru memberikan pre test kepada siswa (Placement Test)


(4)

Foto 29. Guru menjelaskan materi dengan multimedia (Teaching Group) dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru serta menyerap informasi yang

dijelaskan


(5)

367 

 

Foto 31. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan guru membimbing presentasi kelompok (Student Creative)

Foto 32. Guru menetapkan kelompok terbaik da memberikan penghargaan (Team Score and Team Recognition)


(6)

Foto 33. Guru memberikan post tes (Fact Test)


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

4 24 305

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTU MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IVB SDN TAMBAKAJI 03 KOTA SEMARANG

0 13 283

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN 02 KOTA SEMARANG

0 2 348

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 06 KOTA SEMARANG

0 3 398

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 KOTA SEMARANG

0 5 221

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

APLIKASI PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN Aplikasi Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Materi Penting

0 1 15

APLIKASI PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN Aplikasi Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Materi Penting

0 1 15