lain, dan menggunakan informasi yang didapatkan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.
Penelitia n Gupta dan Pasrija 2012 yang berjudul “Cooperative
Learning: An Efficient Technique To Convert Students Into Active Learners in Classrooms
” menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses pembelajaran di kelas yang dapat mendorong rasa ingin
tahu, kreativitas dan imajinasi siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.
Metha 2014 dengan judul “Implementation of Cooperative Learning in Science: A Developmental-cum-Experimental Study
” menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
sains. Beberapa penelitian di atas sebagai pendukung penelitian Peningkatan
Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Team Assisted Individualization TAI Berbantuan Media Grafis Pada Siswa Kelas IV SDN Tugurejo 01 Kota Semarang.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran yang kebanyakan menggunakan metode ceramah dan kurangnya penggunaan media pembelajaran saat guru menjelaskan materi
pelajaran, membuat siswa merasa jenuh dan bosan. Siswa tidak tertarik untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Kurangnya minat siswa untuk
memperhatikan pelajaran mengurangi tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPS. Kurangnya pemahaman siswa mengakibatkan hasil belajar
siswa tidak sesuai dengan harapan. Banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa yang
kurang tersebut, dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization TAI berbantuan media
grafis untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar IPS kelas IV SDN Tugurejo 01. Adapun kerangka berpikir penelitian tindakan
kelas ini disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
KONDISI AWAL
Guru: 1. Guru dalam mengajar masih monoton dan kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran.
2. Guru kurang melibatkan siswa dalam proses KBM. 3. Guru sering menggunakan metode ceramah.
4. Guru kurang menggunakan media alat peraga dalam penyampaian materi. Siswa:
1. Siswa kurang antusias dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran 2. Siswa gaduh saat proses pembelajaran berlangsung
3. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif 4. Hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 70.
PELAKSANAAN TINDAKAN
Penggunaan Model Team Assisted Individualization TAI berbantuan media grafis dalam
pembelajaran IPS:
1. Siswa mengamati media grafis. 2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab teaching group.
3. Guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya student creative.
4. Guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa team. 5. Siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya
team study. 6. Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan
kuis dan sebagainya fact test. 7. Guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok yang berhasil secra cemerlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas team score and team recognition. 8. Guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa
whole-class units.
KONDISI AKHIR
Kualitas pembelajaran IPS meningkat dengan indikator keberhasilan: 1. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model TAI berbantuan media grafis meningkat
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model TAI berbantuan media grafis meningkat 3. Hasil belajar siswa melalui model TAI berbantuan media grafis meningkat
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN