12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul kepermukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak
dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat dan populernya strategi
pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastianyang
tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan oleh pusat. Kuncoro, 2004.
Desentarlisasi atau otonomi daerah adalah perubahan besar Big Bang Decentralization bagi Indonesia. Kebijakan desentralisasi yang diterapkan di
Indonesia sejak tahun 1999 diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudian direvisi kembali menjadi
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini menjadi tolak ukur pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang tetap bersinergis dengan
pemerintah pusat. Pemekaran daerah secara filosofis dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam masa pemerintahan mantan presiden Habibie telah diperkenalkan UU. No. 22 mengenai otonomi daerah. Tetapi Pemerintah Abdurrachman Wahid
yang terbebani dengan aplikasi konsep atau sistem Otonomi Daerah. Menjelang
13 berakhirnya tahun 2000 dan memasuki tahun 2001, sistem pemerintahan dengan
otonomi daerah akan direalisasikan. Dengan bergulirnya reformasi politik sebagai dampak dari krisis moneter yang muncul pada pertengahan tahun 1997, tuntutan
terhadap pemekaran provinsi dan kabupaten di Indonesia semakin marak. Hal itu terjadi sejak diberlakukan kebijakan desentralisasi yang digulirkan pada tahun
1999. Sejak tahun 1999 hingga tahun 2014 telah terbentuk sebanyak 223 daerah otonom baru dan masih akan terus bertambah.
Gambar 1.1 Perkembangan Pembentukan DOB Tahun 1999-2014
Sumber : Kemendagri, 2014
Pembentukan DOB 2005-2014 Pembentukan DOB 1999-2004
Provinsi : 7 Kabupaten : 115
Kota : 26 Provinsi : 1
Kabupaten : 67 Kota : 7
148 DOB 75 DOB
Total Daerah Otonom Provinsi
: 34 Kabupaten
: 415 Kota
: 93 Total
: 542 223 DOB
14 Setelah pemekaran Kabupaten Toba Samosir tahun 1999, daerah Tapanuli
Utara masih sangat luas dan sangat memungkinkan untuk kembali dimekarkan. Saat itu harus diakui masih ditemukan persoalan mendasar, seperti minimnnya
infrastruktur, rendahnya pendapatan masyarakat, lemahnya perekonomian rakyat, dan belum efektifnya pelayanan pemerintahan. Langkah awal untuk
merealisasikan impian besar tersebut, bersama dengan jajaran pemerintah dimulailah serangkaian pembentukan kecamatan baru, baik yang merupakan
peningkatan status perwakilan kecamatan menjadi kecamatan definitif atau pembentukan kecamatan yang benar-benar baru. Pembentukan kecamatan baru itu
penting karena selain mendekatkan pusat-pusat pelayanan pemerintah, juga sebagai persiapan awal jika telah tiba saatnya untuk mengajukan usulan
pemekaran kabupaten Nainggolan, 2014. Berbekal keinginan untuk mendambakan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, peluang tersebut dimanfaatkan secara tepat oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Panitia Pembentukan
Kabupaten Humbang Hasundutan. Ternyata sejalan dengan tuntutan kemajuan jaman mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat untuk mengusulkan pemekaran
Kabupaten Tapanuli Utara, melalui usul pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Aspirasi tersebut disambut dan difasilitasi oleh pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara serta dukungan DPRD kabupaten Tapanuli Utara yang kemudian memperoleh dukungan Gubernur Sumatera Utara dan DPRD Provinsi
Sumatera Utara Badan Pusat Statistik, 2004.
15 Pada tanggal 28 Juli 2003, Kabupaten Tapanuli Utara kembali
dimekarkan. Humbang Hasundutan yang beribu kota Dolok Sanggul merupakan daerah yang posisinya paling strategis bagi semua kecamatan yang akan masuk
dalam kabupaten pemekaran. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 2003 tentang “Pembentukan Kabupaten Nias
Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara”. Dengan dimekarkankannya Kabupaten Humbang
Hasundutan, ada pengharapan yang lebih besar bagi masyarakat setempat. Pemekaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan,
pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan perekonomian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat didaerah tersebut. Hal ini
sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 78 Tahun 2007 dalam Pasal 2, yang merupakan peraturan pelaksana Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya Otonomi daerah, Kabupaten Humbang Hasundutan
memiliki kewenangan dan ruang yang luas pada daerah untuk terus berkembang dan memanfaatkan potensi wilayah, mampu menetapkan belanja daerah secara
ekonomi yang wajar, efisien, efektif untuk kemajuan daerah dan memakmurkan masyarakatnya. Mengingat dalam hal ini, pemerintah daerah Kabupaten Humbang
Hasundutan yang lebih memamahami kebutuhan dan masalah daerah tersebut. Bersamaan dengan itu, dengan tingkat kemandirian yang lebih besar disinkronkan
16 dengan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk melakukan sejumlah terobosan
dalam pemerintah guna meningkatkan pembangunan ekonomi daerah tersebut. `
Salah satu tujuan pembentukan daerah baru melalui pemekaran daerah adalah peningkatan pelayanan publik melalui pembangunan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan daerah dan memegang peranan penting
sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi tersebut berimplikasi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat daerah.
Pengaruh infrastruktur terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, adalah peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga
kerja dan akses terhadap lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran. Karena infrastruktur memiliki peranan yang besar dalam peningkatan perekonomian suatu
daerah, maka pembangunan infrastruktur perlu untuk terus di dorong. Tetapi pembangunan infrastruktur mengalami beberapa kendala yang dihadapi oleh
pemerintah yaitu seperti masalah efisiensi investasi, keterbatasan dana dan pilihan skala prioritas dalam infrastruktur. Untukitu pemerintah harus lebih cermat dalam
menentukan jenis dan lokasi investasi infrastruktur yang harus dibangun agar kontribusi infrastruktur menjadi optimal terhadap peningkatan ekonomi suatu
daerahWidayati, 2010. Suatu daerah yang kurang memiliki prasarana infrastruktur yang memadai
dapat menyebabkan daerah tersebut tertinggal dalam pembangunan Sibarani, 2002. Kondisi prasarana jalan yang tidak baik akan menghambat mobilitas
penduduk dankelancaran aktifitas ekonomi masyarakat, seperti distribusi aliran
17 produksi barang dan jasa. Sebagai contoh, jalan dapat melancarkan transportasi
pengiriman atau pengangkutan hasil pertanian daerah humbang hasundutan untuk didistribusikan kepasar sehingga sampai kepada masyarakat. Mayoritas mata
pencaharian masyarakat ini adalah bertani. Setiap kecamatan dikabupaten ini memiliki produk unggulan sesuai dengan kondisi daerah. Selanjutnya,
ketersediaan fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan, agar dapat memaksimalkan pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan
merupakan faktor utama dalam menunjang kualitas hidup. Di kecamatan masih minim dan belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat terutama terkait
dibidang biaya, jarak serta transportasi. Listik menjadi kebutuhan primer bagi masyarat saat ini. Listrik pada laju zaman saat ini sudah menjadi hal lumrah yang
dimiliki oleh setiap keluarga sehingga dengan sendirinya memiliki jaringan listrik dirumah merupakan indikator kesejahteraan sebuah keluarga. Infrastruktur air
bersih menjadi hal yang penting, dimana air bersih merupakan syarat mutlak jaminan kesehatan masyarakat sebuah wilayah.
Peran pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi
daerah Humbang Hasundutan. Salah satu contohnya yaitu peran anggaran pemerintah terhadap perekonomian regional yaitu Belanja Modal yang digunakan
membangunan sarana dan prasarana daerah seperti jalan, jembatan, irigasi, gedung sekolah, rumah sakit dan pembangunan fisik lainnya, termasuk juga
sarana dan prasarana pemerintahan, baik kantor bupati maupun kantor unit kerja- unit kerja yang ada di daerah. Secara rinci belanja modal di DOB memiliki fokus
18 yang berbeda dibandingkan dengan daerah induk dan daerah kabupaten lainnya.
Pada DOB, belanja modal difokuskan untuk membiayai pembangunan berbagai infrastruktur pemerintahan yang belum dimiliki seperti gedung perkantoran, alat
transportasi, juga alat-alat perkantoran dan rumah tangga. Alokasi belanja modal ini ini dilakukan secara bertahap, paling tidak dalam jangka waktu 5 tahun
pertama sejak awal dimekarkannya daerah tersebut. Sementara daerah induk yang telah memiliki kesiapan infrastruktur pemerintah sebelum pemekaran dapat
memfokuskan perhatiannya pada investasi publik Bappenas bekerjasama dengan UNDP, 2008.
Kesejahteraan dan pembangunan daerah, sarana dan prasarana bukanlah hal sepele yang harus dikesampingkan begitu saja mengingat sarana dan prasarana
merupakan citra dari kemajuan dan keberhasilan sebuah daerah dalam mengelola pemerintahannya dan mendukung perekonomian di daerah tersebut. Sarana dan
prasarana merupakan cerminan dari keberhasilan pembangunan daerah Humbang Hasundutan. Dengan adanya pemekaran kabupaten ini, otoritas daerah dalam
mengelola APBD dan tingkat kemandirian yang lebih besar maka daerah ini lebih leluasa untuk melakukan sejumlah terobosan terkhusus dalam perekonomian
dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang dipercaya meningkatkan kesejahteraan daerah ini.
Dari uraian di atas, selama lebih dari 10 tahun Kabupaten Humbang Hasundutan sangat relevan dilakukan sebuah kajian untuk melihat lebih dalam
mengenai dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur yang berperan dalam memberikan fasilitas Pelayanan publik yang diharapkan dengan
19 pemekaran daerah ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat salah satunya
melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan publik termasuk bidang prasarana jalan, kesehatan dan pendidikan sehingga secara optimal dapat mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, perlu dianalisis Dampak Pemekaran Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten
Humbang Hasundutan.
1.2 Rumusan Masalah